BAB 3 - Orientasi Hari Ketiga

726 49 4
                                    

19 Juli 2017.

Hari berganti dengan sangat cepat, tak terasa hari ini adalah hari terakhir masa orientasi siswa baru.

Antara senang dan sedih yang kini aku rasakan.

Aku senang karena kegiatan ini akan segera berakhir, tapi disisi lain aku juga merasa sangat sedih karena tahun depan aku sudah lulus dan tidak akan bisa merayakan euforia seperti ini lagi.

Kegiatan di hari terakhir, sepenuhnya akan dipegang oleh anak-anak OSIS, Tidak akan ada kegiatan sosialisasi seperti hari-hari sebelumnya.

Semua siswa baru mulai berdatangan, Harun si ketua OSIS sama seperti biasanya yang selalu berteriak menyuruh mereka untuk cepat berbaris di lapangan.

Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, di hari terakhir MOS. Kegiatan yang kami lakukan adalah perlombaan yel-yel, ramah tamah, serta surat menyurat antara senior dan junior.

Ketika semua siswa baru sudah berkumpul dan berbaris sesuai dengan gugusnya masing-masing, ketua OSIS mengumumkan kegiatan pertama yaitu perlombaan yel-yel dan bagi yang menang akan ada hadiah.

bina damping dipersilahkan untuk mempersiapkan serta melatih anak didiknya masing-masing.

Aku, Rifki, Sanah, Rafika dan Nabil, langsung bergegas menuju gugus 2 untuk mempersiapkan semuanya.

"Apakah Kalian sudah hafal Dengan yel-yel yang kami berikan" teriak Rifki selaku ketua bina damping gugus 2.

Mendengar teriakan tersebut, entah kenapa mereka semua pada ragu seolah tidak ada seorangpun yang hafal dengan yel-yel yang telah diberikan.

Melihat ekspresi tersebut kami para bina damping mulai emosi serta memarahi mereka.

"Kalian gak hafal yah... Ngapain aja kalian dirumah" teriak Sanah tak terima.

"Kebiasaan yah kalian... Gimana caranya mau menang kalau begini" sahut Rafika yang juga mulai emosi.

Mereka semua menunduk, merasa bersalah.

"Siapa ketuanya disini" teriak Rifki.

Aku yang tau, dan masih ingat bahwa ketua gugus ini adalah Akmal. Langsung tersadar dan mencari-cari dimana dia berada, karena sedari tadi aku gak melihat batang hidungnya sama sekali.

"Ketua gugus... Seperti nya terlambat kak" sahutku menjawab pertanyaan Rifki.

Rifki menghembuskan nafas, menahan emosinya.

Tak lama kemudian, terlihat sosok laki-laki yang ngos-ngosan berlari menuju ke arah kami.

"Maaf kak... Saya telat" ucapnya menghampiri kami, dengan nafas yang tidak beraturan.

"Oh jadi kamu Ketua gugus disini, pantas aja gugus ini kacau balau, ketua gugusnya aja sifatnya seperti anak dakjal" teriak Rifki menghakimi.

Entah kenapa, mendengar perkataan Rifki. Aku merasa sangat hati dan gak terima dia menghina anak orang sampai segitunya.

"Kak... Janganlah begini kali kak" aku berusaha menenangkan Rifki.

"Kenapa kakak gak terima..." Dia malah memarahi ku.

"Maksud kakak ngomong begitu... Apa yah?" Aku mulai emosi, dan menyerangnya.

Mendengar kami yang seolah berantem, anak-anak bina damping yang lain berusaha memisahkan dan menenangkan kami berdua.

"Kalian berdua ngapain... Hah... Kita ini bina damping mereka, harus mencontohkan yang baik bukan mencontohkan yang buruk" teriak Rafika memisahkan kami.

Here's Your Perfect (Bromance)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang