«Fifth»

264 51 4
                                    


"Roseanne kenapa masih di kelas? dimana patner kamu?"

Pertanyaan Bu Gyne memecahkan lamunan Rosé, oh iya kalau tentang patnernya Rosé pun tak tahu dimana lelaki itu berada kini.

"Saya gak tahu Bu dia dimana."

Bu Gyne terlihat menghela nafas berat, bisa bisanya anak muridnya itu tak tahu. "coba kamu chat, ada nomernya kan?"

Rosé yang ditanya menggeleng pertanda tak tahu. mungkin kalau ada Joya disampingnya bakal terjadi adegan baku hantam.

"Kamu buka grup cari namanya Jeffrey Jovano."

Rosé sebenarnya tadi udah kepikiran buat chat si Jeff itu tapi dia lebih memilih merenung sambil bermeditasi di dalam kelas yang sekarang udah sepi dan tingga dirinya dan mungkin sekitar tiga anak, dua perempuan satu laki laki.

Jarang ada suasana damai di hidup Rosé, soalnya biasanya dirumah rame banget sama kelakuan sepupunya.

:You
Jeffrey kita ketemu di rooftop.
Saya Roseanne teman sekelompok kamu.

Dan sembari menunggu pesannya terbaca oleh Jeffrey, Rosé kembali ke tempatnya duduknya tapi langkahnya tertahan sewaktu Bu Gyne memanggilnya lagi.

"Roséanne."

Rosé menoleh, "ya?"

"Kenapa tidak pergi, bukannya mencari Jeffrey. saya memberikan tugas ke kalian secara kelompok bukan individu."

Rosé memandang tak suka ke arah Bu Gyne, kenapa dia tiba-tiba mengatur pergerakannya. apa salahnya Rosé di kelas? tapi sedetik kemudian Rosé melangkah keluar tanpa kata.

Kalau boleh jujur Bu Gyne itu,

Aneh.

#

Rosé menenguk cola nya lalu kemudian membuang kalengnya asal, sampai sampai Jeffrey yang baru datang terkena lemparan bekas kaleng itu.

Ringisan Jeffrey yang sedikit keras tak mengalihkan pandangan Rosé dari pemandangan di bawah rooftop, gadis itu seakan benar benar menulikan pendengaran nya.

"Lo mau bundir?"

Hingga terciptanya pertanyaan bodoh Jeffrey.

"Gak."

"Terus?"

"Ya gak ada terusan nya."

Akhirnya Jeffrey diem, habis aura Rosé sangatlah dominan nan mengerikan.

Roséanne kini menghadap ke arah Jeffrey, "lo tahu dia?" Telunjuknya mengarah ke seorang pemuda yang tengah menghikat rambut seorang gadis.

"Oh dia?"

Bukannya mengarah ke arah si pemuda yang di maksud Rosé, Jeffrey malah menunjuk si tukang kebun yang tengah menyapu di halaman belakang.

Rosé menatap malas Jeffrey, dengan sabar si gadis berambut blonde itu memegang tangan Jeffrey lalu mengarahkan ke arah yang sebenarnya. "Yang itu ganteng."

"Makasih."

"Memang sih muka gue kaya malaikat." - inner Jeffrey.

(Malaikat yang suka ngebug maksudnya.)

"Gue gak muji loh." Rosé berkata dengan senyum sabarnya.

Duh Jeffrey jadi malu.

"Jadi tuan Jung, siapa dia kalau lo kenal."

"Oh yang cowok itu Jack, temen se perbalapan gue."

"Balapan?"

"Eh- maksudnya-"

"Tunggu maksud lo dia cowok gak bener? Tukang balapan liar?" Serbu Rosé.

"Gak jangan nethink dulu, jadi intinya hidup si Jack itu problematik banget." Tukas Jeffrey cepat sebelum otak Rosé berpikir yang tidak-tidak.

Oh Rosé kini paham.

"Jeff lo kapten basket?"

Jeffrey tuh dari awal bingung, pertanyaan Rosé tuh kaya gak nyambung sama kerja kelompok mereka deh.

"Iya."

Hening sejenak Rosé kembali berfikir, sebenarnya ini adalah kesempatan bagus baginya, kenapa? karena tugasnya dari Opa adalah mengencani lelaki berpengaruh di sekolah.

Dan jawabannya pasti Jeffrey.

"Jeffrey, can I get your number?"





















































-

Tbc

Note: sorry kalau chapter kali ini agak gaje.

𝐑𝐨𝐥𝐞 𝐩𝐥𝐚𝐲! ᵇˡᵃᶜᵏᵛᵉˡᵛᵉᵗ [slow]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang