If Only..

1.7K 307 26
                                    

Sepeninggal Liying, Xiao Zhan hanya terdiam di ruangan tempat para kucing dirawat. Pikirannya tidak lepas dari perkataan wanita muda itu bahwa Yibo hanya menganggapnya sebuah tantangan yang harus ia taklukan.

Sebuah perasaan di sudut hatinya mengatakan bahwa itu semua tidak benar, bahwa mungkin saja kalau perasaan yang Yibo berikan padanya itu benar-benar tulus. Tapi Xiao Zhan tidak menampik bahwa ini semua terasa begitu cepat. Bagaimana mungkin seseorang semenarik Wang Yibo bisa dengan mudah jatuh cinta setengah mati padanya yang mungkin hanya akan hadir secara singkat dalam hidupnya.

Mungkin saja kalau ini semua adalah sementara saja. Bahwa Yibo hanya bertindak sesuai dorongan hatinya untuk menaklukan hal yang membuatnya tertantang. Dan ketika ia sudah mendapatkan apa yang ia mau, Xiao Zhan akan dicampakkan.

Xiao Zhan merasa tenggorokannya tercekat. Selama seminggu ini, mereka bersama, banyak hal yang membuat Xiao Zhan merasa kalau hidup bersama dokter muda itu adalah hal yang ia inginkan. Memasak untuknya, menunggunya pulang dan melepasnya pergi dengan senyuman di wajahnya. Xiao Zhan seolah menjadi pemuda biasa, lepas dari semua tugas yang membebaninya di desanya. 

Tapi ia sadar, Liying benar, ia belum mengenal Yibo lebih jauh. Tidak seharusnya ia mengekang Yibo hanya karena keinginan egoisnya. 

Xiao Zhan akhirnya mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih jauh lagi tentang hubungan Yibo dengan Liying. Toh, ia hanya menjadi sosok sementara yang hadir dalam hidup dokter muda itu. 

Bahkan ketika akhirnya mereka makan bersama di ruang kerja Yibo, dan wanita muda itu masuk seolah ia sudah biasa datang dan pergi sesuka hati ke ruangan kerja Yibo, Xiao Zhan memilih diam.

"Ah, kalian sedang makan?" Tanyanya. Ia mengambil sumpit yang digunakan Yibo dan mencicipi makanan di piring dokter itu. Xiao Zhan melirik tajam ke arah wanita itu.

"Jie, ini makananku. Kau beli sendiri sana," protes Yibo. Ia berusaha merebut kembali sumpitnya. 

"Pakai punyaku saja," Xiao Zhan menyerahkan sumpitnya ke Yibo. "Aku sudah kenyang, kau lanjutkan saja makannya." 

Xiao Zhan menyadari bahwa tidak seharusnya ia membiarkan sisi cemburunya mengambil alih, tapi ia juga tidak bisa diam saja melihat bagaimana Liying dengan mudahnya menunjukkan kedekatannya dengan Yibo.

"Kau yakin, ge?" Yibo menerima sumpit dari Xiao Zhan sambil tersenyum lebar.

Xiao Zhan mengangguk dan balas tersenyum.

"Kalau aku tahu, kau suka makanan seperti ini, aku pasti akan memasakannya untukmu tiap hari, Bo," Liying kembali berbicara. 

"Aku hanya suka masakan Zhan-ge. Bukan orang lain," Yibo membalas dengan mulut penuh makanan.

"Kau belum mencobanya saja. Aku yakin kau pasti akan suka. Aku juga jago memasak," Liying kembali mengutarakan pendapatnya sambil melirik ke arah Xiao Zhan. Pemuda itu hanya menunduk dan menggertakkan giginya dalam diam. 

Ia juga tidak mengatakan apa pun, ketika akhirnya mereka pulang bersama, ketika Liying berkomentar saat ia melihat Yibo membonceng Xiao Zhan.

"Jangan lupa berpegangan erat, Yibo itu suka sekali memacu motornya dengan kencang."

Mungkin bagi orang lain itu hanyalah sebuah komentar yang biasa dan wajar dari seorang teman. Tapi entah mengapa Xiao Zhan merasa komentar itu seolah menunjukkan betapa Liying sangat mengenal Yibo, dan hal itu membuat hatinya terasa sedikit sakit.

Namun Xiao Zhan terus mencoba untuk bersikap seperti biasa. Ia tetap memasak untuk Yibo, melepasnya pergi bekerja dengan senyuman walau ada sedikit rasa tidak nyaman membayangkan dokter muda itu akan bersama dengan Liying seharian.

Setiap malam, Yibo akan kembali dengan pakaian yang terbalut wangi milik Liying, dan semakin lama hal itu membuat Xiao Zhan tidak nyaman, hingga akhirnya ia memutuskan kalau ia harus membicarakannya dengan dokter muda itu. 

Xiao Zhan memeluk kedua lututnya, ia sudah bertekad untuk mengatakan semuanya, termasuk keputusan yang akan ia ambil walau terasa berat.

"Zhan-ge, aku pulang," terdengar suara Yibo begitu pintu tertutup.

"Aku disini," balas Xiao Zhan. Ia masih berada dalam posisi yang sama.

Yibo meletakkan tasnya di meja, dan melepaskan jaketnya, lalu menghampiri Xiao Zhan.

"Kau kenapa?"

Xiao Zhan memandang Yibo, pemuda yang selama seminggu lebih ini hidup bersamanya. Tapi semua ini harus berakhir. 

"Yibo, aku rasa sudah saatnya aku pulang ke desaku."

"Apa mereka sudah menemukanmu?"

"Belum. Tapi aku rasa akan lebih baik kalau aku kembali lebih awal."

"Kenapa, ge? Apa ada sesuatu?"

Xiao Zhan memeluk kedua lututnya lebih erat. Ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak memandang ke arah pemuda yang mulai mengisi relung hatinya.

"Aku tidak mau mengganggu kehidupanmu lagi."

"Kata siapa? Katakan padaku, siapa yang mengatakan hal seperti itu padamu?!"

Xiao Zhan menggelengkan kepalanya. "Bukan siapa-siapa. Hanya saja aku menyadari kalau banyak perbedaan di antara kita. Kau masih muda, Yibo. Masih banyak hal yang bisa kau raih. Aku yakin, kau pasti akan menyadari bahwa perasaanmu padaku hanya sementara." Setiap kata yang Xiao Zhan ucapkan seolah mengiris hatinya sendiri. Ia tahu ia bersikap egois tapi ia terus menyakinkan diri bahwa ini adalah yang terbaik. 

Yibo mengenggam bahu Xiao Zhan dan membuat pemuda itu menghadap ke arahnya.

"Zhan-ge, katakan padaku, apa yang harus kulakukan agar kau percaya bahwa aku benar-benar jatuh cinta padamu? Ini bukan hanya perasaan sesaat, ge."

Xiao Zhan kembali menggeleng, "kau bisa saja keliru mengartikan perasaanmu. Seperti yang aku bilang kau masih muda…."

"Ini tidak ada hubungannya dengan usiaku!" Yibo memotong ucapan Xiao Zhan. "Memangnya kalau aku masih muda, aku tidak bisa berkomitmen akan sesuatu?!"

"Ini hanya dorongan sesaat, Yibo. Mungkin saja kau merasa kalau ada sedikit tantangan setelah bertemu denganku, dan kau salah mengartikan itu sebagai suka."

"Apa kau gila, Xiao Zhan?!" Suara Yibo terdengar meninggi. Xiao Zhan tidak pernah mendengar Yibo berkata dengan suara setinggi itu kepadanya. "Kenapa kau malah merendahkan dirimu sebagai sebuah tantangan bagiku? Kau tahu benar apa artinya dirimu dihatiku, kan?"

"Kita baru saja bertemu, dan rasanya tidak mungkin kalau kau tiba-tiba jatuh cinta padaku. Apalagi nanti aku akan pergi dari hidupmu. Bukankah lebih baik kalau kau mencari orang yang jauh lebih pantas untukmu?"

Yibo meremas kepalanya, ia mengigit bibir bawahnya berusaha menahan emosi yang mungkin akan terlepas. 

"Dengar, aku yang paling paham perasaanku sendiri. Dan aku yakin seratus persen kalau aku benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama kepadamu. Aku bahkan rela untuk mencarimu ke ujung dunia kalau kau pergi. Aku akan melakukan segala hal untuk membuktikan perasaanku. Mengapa kau tidak percaya padaku?"

"Tapi Yibo …"

"Cukup! Katakan padaku, siapa yang memberikan ide gila bahwa kau adalah tantangan bagiku? Karena aku ingin sekali membuat perhitungan dengannya."

Xiao Zhan tidak menjawab. Ia tidak ingin membuat hubungan antara Yibo dan Liying memburuk. Setidaknya saat dia pergi nanti, Liying bisa menjaga Yibo.

"Baiklah! Kau lebih percaya orang lain dibandingkan perkataanku sendiri," Yibo berdiri dan kembali mengambil jaket serta kunci motornya.

"Aku tidak akan kembali malam ini, jangan repot menungguku," ujarnya sebelum menutup pintu dengan keras.

Setelah Yibo pergi, mata Xiao Zhan mulai berkaca-kaca. "Ini semua demi kebaikanmu, Yibo," gumamnya seraya air mata jatuh bergulir di wajahnya

The Cat and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang