Doctor, Help Me

1.3K 182 29
                                    

Xiao Zhan membuka matanya. Hari ini ia tertidur setelah membuatkan sarapan untuk Yibo. Ada yang berbeda hari ini. Ia merasa kalau suhu tubuhnya terus menghangat. Ia menggunakan telapak tangannya untuk memeriksa dahinya.

"Tidak demam," gumamnya.

Tapi tetap saja ia merasakan sensasi aneh, seperti ada sebuah perasaan menggelitik di sekujur tubuhnya.

Xiao Zhan menggerakan telinga kucingnya.

Eh?
Sejak kapan telinga kucingnya muncul?

Ia yakin benar kalau saat ia tertidur tadi, telinganya masih normal.

Perasaan menggelitik itu makin kuat. Ia merasa bulu kuduknya meremang. Xiao Zhan tidak dapat menahan dirinya untuk menggesekkan bagian bawah tubuhnya ke kasur.

Ya, tuhan. Jangan-jangan ....

Ia segera bangkit dari tempat tidurnya. Pikirannya sibuk menghitung terakhir kali ia mengalami estrus atau masa birahi.

Biasanya Xiao Zhan akan menggunakan obat khusus untuk meredakan gejala saat berada dalam masa birahi. Dan ia sudah meminta Zhiguang untuk membawakan obatnya ketika mereka datang bersama Jingyu.

Seharusnya sekarang belum saatnya, batin Xiao Zhan.

Saat masa birahi bagi yang belum mendapatkan pasangan, adalah saat yang tepat untuk memilih pasangan yang sesuai, namun bagi yang sudah memiliki pasangan, gejalanya akan semakin berlipat ganda. Apalagi masa birahi adalah masa yang tepat untuk memperoleh keturunan.

Dan itulah yang terjadi dengan Xiao Zhan, seluruh tubuhnya seolah menjerit menginginkan kehadiran Yibo tapi ia juga belum siap dan ia tidak yakin apakah Yibo bersedia menjadi ayah dari anak-anaknya.
Memang mereka sering bercinta tapi peluang ia untuk hamil sangat kecil dibandingkan bila mereka melakukannya dalam masa birahi.

Xiao Zhan turun dari tempat tidur dan menuju lemari. Ia mencoba mencari baju yang memiliki aroma Yibo paling kuat. Ia pernah membaca kalau salah satu cara untuk meredakan gejala saat birahi adalah mengenakan pakaian milik pasangan.

Saat sedang sibuk membongkar lemari pakaian Yibo, terdengar suara dering bel pintu.

Ting tong

Hal pertama yang terlintas dalam pikiran Xiao Zhan adalah kekasihnya akhirnya pulang. Ia bergegas keluar kamar namun saat hendak membuka pintu, ia mencium aroma yang berbeda. Bukan Yibo tapi ia sangat mengenal aroma ini.

"Zhanzhan, buka pintunya!" seru seseorang dari balik pintu.

Suara itu, dan aromanya meyakinkan Xiao Zhan tentang siapa seseorang yang berkunjung ke tempatnya.

Ia membuka pintu dan berhadapan dengan Huang Jingyu.

"Masuklah," ujar Xiao Zhan. Ia meninggalkan Jingyu dan kembali ke kamarnya.

Jingyu mengendus udara di sekitarnya sebelum akhirnya masuk dan menutup pintu.

"Kau lagi masa birahi? Kenapa feromonmu kuat sekali?" tanyanya.

Xiao Zhan tidak menjawab. Ia kembali dengan kesibukannya semula, mencari pakaian dengan aroma Yibo yang terkuat.

Namun ia tidak bisa menemukannya karena semua pakaian Yibo sudah tercuci dan terlipat rapi.

"Zhanzhan?" Jingyu bertanya sambil menghampiri Xiao Zhan ke kamarnya.

Beberapa pakaian tampak berhamburan di lantai. Sementara Xiao Zhan terus menciumi beberapa pakaian sebelum kembali melemparkannya ke lantai.

"Obatmu mana?" tanya Jingyu lagi. Ia belum pernah melihat Xiao Zhan seperti ini. Memang beberapa kali Xiao Zhan mengalami masa birahi tapi biasanya itu dilewati pria itu tanpa masalah. Selain aroma feromonnya yang meningkat, biasanya Xiao Zhan tidak akan menunjukkan perubahan perilaku.

"Belum datang, aku salah perhitungan soal masa birahiku," jawab Xiao Zhan. Peluhnya mulai bercucuran padahal udara dalam kamar sangat dingin karena hembusan angin dari pendingin ruangan.

"Apa perlu aku minta mereka membawakannya sekarang?" Jingyu kembali bertanya seraya melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar.

"Jangan masuk!" larang Xiao Zhan. "Jangan mendekatiku. Kau bau!" Ia menjepit hidungnya.

"Bau?" Jingyu mengendus tubuhnya. Ia sudah mandi hari ini, bahkan ia menyemprotkan parfum di tubuhnya.

Xiao Zhan melewati Jingyu sambil terus menjepit hidungnya.

"Aku tidak tahan baumu," ujarnya lalu menuju ke lemari pendingin dan mengambil sebotol air dingin. Xiao Zhan mereguk isinya dengan rakus. Namun hal itu tetap tidak bisa mengurangi rasa panas yang terus ia rasakan. Ditambah dengan keinginannya yang kuat untuk bersama Yibo, merasakan lembutnya bibirnya, otot tangannya yang kekar, bahunya yang bidang. Ia juga ingin merasakan bagaimana setiap jengkal tubuh kekasihnya, menciumnya, menjilatnya, memberikan tanda di setiap bagian tubuhnya.

Ah, membayangkannya saja, sudah membuatku bergairah, batin Xiao Zhan. Ia bisa merasakan penisnya bereaksi.

Ia bisa saja menelepon Yibo, dan ia yakin Yibo pasti akan datang langsung tapi ia tidak ingin mengganggu kekasihnya itu saat sedang bekerja.

Tiba-tiba sebuah ide terlintas di benaknya.

Mandi.

Berendam air yang sangat dingin.

Xiao Zhan bergegas ke kamar mandi dan mengisi bath tub dengan air dingin. Ia sejenak melupakan kalau ada Jingyu.

Setelah terisi penuh, Xiao Zhan melepaskan pakaiannya. Namun belum sempat ia melepaskan celananya, aroma Jingyu kembali tercium. Xiao Zhan mengambil botol sabun cair yang terdekat dengannya dan melemparkan ke arah Jingyu. Untung saja dia mempunyai refleks bagus dan bisa menghindari lemparan Xiao Zhan.

"Sudah kubilang, jangan mendekat!" serunya. "Tunggu saja di ruang tamu, aku akan menemuimu setelah ini semua reda."

"Baiklah, aku hanya akan menutup pintunya," balas Jingyu sambil menutup pintu kamar mandi. Ia lalu menuju ruang tamu dan duduk di sofa.

Ada satu hal yang mengganggu pikirannya, saat ia melihat Xiao Zhan melepaskan baju, tanda di pinggangnya sudah berubah. Jingyu kenal tanda itu, tapi ia tidak menyangka kalau tanda itu akan ada di tubuh Xiao Zhan.

Ia segera meraih gawainya dan mulai menelepon seseorang.

" ... "

"Bawakan obat yang kemarin aku minta. Zhanzhan sedang dalam masa birahi."

" ..."

"Aku tahu efeknya, tapi ini satu-satunya kesempatan kita. Memangnya kau mau ia mengandung anak orang lain di luar suku kita?"

"..."

"Aku yang akan bertanggung jawab. Dengan obat itu, dia tidak akan tahu siapa yang bercinta dengannya."

"..."

"Aku tahu. Sudah, bawa saja ke sini."

Jingyu mengakhiri panggilannya.

Ia menatap ke arah kamar mandi.

Ini semua demi kebaikanmu, Zhanzhan.

The Cat and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang