Dengan langkah ringan dan senyum yang mengembang di bibirnya, Yibo berjalan menuju apartemen tempat ia tinggal. Di tangannya terdapat sebuah kantong kertas berisi beberapa pastry dari toko roti di dekat tempat kerjanya.
Ia memang memutuskan untuk pulang lebih cepat demi memberikan kejutan kepada Xiao Zhan. Apalagi sejak pagi, kekasihnya itu mendadak sangat manja sekali terhadap Yibo.
Namun ketika ia membuka pintu, hidungnya menangkap aroma yang lain. Sepintas memang mirip dengan aroma cinnamon milik Xiao Zhan tapi ada sedikit wangi musk.
Siapa?
Yibo tidak sempat berpikir lebih jauh lagi ketika ia kembali menyadari bahwa aroma feromon Xiao Zhan tercium dengan jelas hingga meliputi seluruh ruangan. Dalam sekejap nalurinya mengambil alih dan ia segera mencari di mana posisi kekasihnya berada.
Seraya setengah berlari, Yibo menuju ke arah kamar mandi dan membuka pintu. Pemandangan yang ia lihat membuat darahnya mendidih.
Seorang pria muda tengah berlutut di samping bath tub, di sebelah Xiao Zhan yang tengah berendam. Dari sudut pandang Yibo, ia bisa melihat kalau pria muda itu tengah berusaha mencium kekasihnya. Yibo sendiri tidak mengerti mengapa ia merasakan amarah yang begitu besar. Ia bahkan tidak peduli kalau tenyata ia malah mengeluarkan raungan yang memekakan telinga dan bukannya teriakan layaknya manusia biasa.
Belum sempat Jingyu menyadari apa yang terjadi, tiba-tiba tubuhnya terdorong hingga membentur tembok. Di hadapannya berdiri sosok Yibo. Untuk sesaat kedua matanya berubah menjadi kehijauan dan sepasang telinga kecil muncul di kepalanya. Sebuah ciri khas dari suku yang sangat Jingyu kenali.
"Panthera," gumam Jingyu. "Tidak mungkin. Suku mereka bukannya sudah musnah?"
"Siapa kau?" tanya Yibo. Suaranya terdengar lebih menyerupai geraman. Kedua tangannya mengepal. Jingyu bisa merasakan aura menekan yang keluar dari pemuda itu.
Belum sempat Jingyu menjawab, ia mendengar suara lirih Xiao Zhan.
"Yibo," panggilnya.
Hanya dengan sebuah kata, aura menyeramkan yang dipancarkan pemuda itu hilang.
Yibo meraih tubuh Xiao Zhan dan menggendongnya tanpa peduli kalau hal itu membuat seluruh bajunya basah. Xiao Zhan melingkarkan tangannya ke leher Yibo dan mengendus leher kekasihnya. Mulutnya terus memanggil nama Yibo.
"Bo Ge, sakit sekali. Tubuhku panas," keluh Xiao Zhan. Ia membenamkan kepalanya di ceruk leher Yibo. Memberikan beberapa kecupan ringan di leher pemuda itu. Yibo berusaha menahan dirinya untuk tidak larut dalam gairah yang mulai muncul. Ia tidak ingin memanfaatkan kondisi Xiao Zhan yang tengah dalam pengaruh birahi.
"Aku tahu, Baobei," ujarnya sambil membawa kekasihnya itu ke kamar dan membaringkannya di tempat tidur. Yibo mengambil handuk dari lemari pakaian dan segera menyeka badan Xiao Zhan. Ia bisa melihat bagaimana kekasihnya begitu gelisah. Kulitnya yang putih terlihat kemerahan dan kejantanannya berdiri tegak, menandakan kalau pemiliknya benar-benar sedang dalam horny mode.
Yibo berusaha mengendalikan dirinya. Dia masih harus berurusan dengan pria yang mencoba mengambil kesempatan saat Xiao Zhan tengah dalam pengaruh birahi. Namun, yang paling terpenting adalah, ia harus meredakan gejala yang kekasihnya alami, karena bila dibiarkan, feromon Xiao Zhan bisa membuatnya gila.
Pemuda itu meraih sesuatu dari laci nakasnya. Sebuah kotak kecil berwarna hitam dengan ukiran di sisinya. Ia membukanya dan mendapati empat buah alat suntik yang berisi cairan bening. Sebuah obat yang diberikan oleh Liu Hai Kuan untuk meredam gejala saat ia tengah birahi sehingga tidak akan ada yang mengetahui siapa dia sebenarnya.
Yibo mengambil salah satu alat suntik itu, membuka tutupnya dan menyuntikkannya ke lengan Xiao Zhan.
"Yi… bo," panggilnya. Kedua mata indahnya mengerjap perlahan.
"Ssh, tidurlah, Baobei. Nanti kau akan merasa lebih baik," bujuk Yibo. Ia menyelimuti Xiao Zhan.
"Jangan pergi," cegah Xiao Zhan. Tangannya terulur meraih baju Yibo yang masih basah.
"Aku cuma mau ganti baju, nanti aku kembali lagi."
"Janji?"
Yibo mengangguk. "Aku tidak akan pergi. Aku janji."
"Hmmm, cepat kembali."
Yibo mencium kening kekasihnya. Ia bisa merasakan bagaimana tubuh Xiao Zhan mulai rileks. Matanya terpejam, dan napasnya mulai normal kembali. Tubuhnya juga tidak terasa panas.
Untung saja obatnya juga bisa bekerja pada Zhan Ge.
Ia kembali teringat pada pria yang tadi bersama Xiao Zhan. Ia tidak tahu siapa pria itu. Namun, karena aroma feromon mereka mirip, Yibo yakin kalau pria itu satu suku dengan Xiao Zhan. Sekarang yang menjadi permasalahannya adalah bagaimana menyakinkan pria itu untuk menjaga rahasia bahwa Yibo bukanlah manusia biasa.
Ketika keluar dari kamar, Yibo melihat kalau pria itu tengah duduk di sofa sambil mengusap bagian belakang kepalanya.
"Kau siapa?" tanyanya sembari menghampiri pria muda itu.
Jingyu menatap Yibo dari ujung kepala hingga ujung kaki. Pemuda itu mempunyai perawakan yang jauh lebih kecil dari dirinya. Lebih pendek juga.
"Jingyu. Huang Jingyu, aku yakin Zhanzhan pernah cerita tentang aku padamu." Ia terdiam sejenak sebelum menambahkan. "Pangeran kedua suku Panthera, Wang Yibo."
"Jadi, kau sudah tahu," jawab Yibo. Nada suaranya terdengar tenang.
"Pantas saja namamu terasa akrab. Tadinya aku berpikir namamu hanya mirip dengan mereka." Jingyu memajukan badannya. Pandangannya penuh selidik seraya ia melipat tangannya di dada. "Jadi rumor itu benar adanya. Bahwa para pangeran suku Panthera lolos dari pembantaian berdarah suku mereka."
"Kau bisa mencari tahu soal itu sendiri, Jenderal Huang. Pertanyaanku adalah apa yang kau lakukan di sini?"
Sebuah senyuman terulas di bibir Jingyu. "Kau sudah tahu jawabannya, Yang Mulia. Aku datang untuk menjemput Zhanzhan. Dan kurasa ia belum mengetahui kalau kekasih tercintanya itu ternyata berbohong soal asal usulnya."
Yibo sempat melirik ke arah kamar tempat Xiao Zhan masih tertidur sebelum akhirnya kembali menatap ke arah Jingyu.
"Itu adalah urusanku dengan dirinya. Aku harap kau tidak ikut campur."
Jingyu bangkit dari duduknya dan mendekati Yibo. Ia memandang ke arah pemuda yang beberapa inchi lebih pendek darinya. Wajahnya memang jauh lebih muda, tapi aura yang dikeluarkan terasa sangat dominan. Tatapannya tajam dan terkesan tanpa ampun.
Pantas saja Zhanzhan tergoda.
"Aku akan kembali lagi dua hari lagi. Kuharap kalian sudah menyelesaikan masalah kalian," tegasnya. Ia tidak mau kalah dengan pemuda yang ada di hadapannya.
"Pintunya di sana, silakan pergi," balas Yibo dengan tangan menunjuk ke arah pintu apartemennya.
"Sampai jumpa, Yang Mulia," Jingyu melambaikan tangannya lalu beranjak pergi. Ia yakin sekali kalau kali ini Xiao Zhan akan kembali ke desa mereka. Lagipula, hubungan antara Yibo dan Xiao Zhan jelas tidak mungkin terjadi. Sebuah tawa kecil terdengar dari mulut pria itu.
Selepas kepergian Jingyu, Yibo segera meraih gawainya.
"Hyung, kita harus ketemu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cat and I
FanfictionKetika Wang Yibo menemukan seekor kucing hitam yang tengah kedinginan, ia tidak berpikir dua kali untuk merawatnya. Namun apa yang terjadi kalau ternyata kucing dengan liontin bertuliskan Zhanzhan ternyata berubah menjadi pria cantik di tempat tidur...