5. PERGI

19.3K 1.7K 223
                                    

SPAM KOMEN TIAP PARAGRAF YA.

Vote dulu, sebelum baca.

Tandain kalau ada typo, makasiii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tandain kalau ada typo, makasiii.

***

"Mamah cepetan, udah jam berapa ini?!!!" teriak Zeline yang sedang membuatkan sandwich untuk sarapan keluarganya.

"Bentar napa, mamah lagi benerin lipstik," ucap Sita yang menuruni tangga dengan kaca di tangannya.

"Ya ampun mamah, kita itu cuma pergi ke bandara loh," Azzam menggelengkan kepalanya melihat make up mamahnya yang sangat tebal.

Sita duduk di kursi samping suaminya. "Mamah tu mau ke amerika, jadi harus cantik dong,"

Arkan tersenyum kecil. "Tapi mah, itu menor banget,"

"Bener, pah. Kayak mau kondangan," Zeline datang dari dapur. Ia meletakan sandwichnya di meja makan.

Sita mengaca lagi, ia memperhatikan setiap titik wajahnya. "Masak sih? Perasaan natural aja deh,"

Uhukk.

Azzam tersedak saat meminum tehnya. Zeline dengan cepat mengelus punggung kakaknya.

"Makannya, kalau minum itu pelan-pelan," peringat Zeline, yang hanya di angguki Azzam.

Setelah sedikit mereda, Azzam menatap mamahnya. "Natural? Dari mana? Tuh lipstik nomer berapa? merah banget kayak habis di sengat lebah,"

"Yang beli siapa? mamah kan, ya terserah mamah lah," sewot Sita, ia memakan sandwich buatan Zeline, begitu pun yang lain

"Pake duit siapa?"

"Papah lah, yakali duitmu."

Arkan hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah keduannya. Lelaki paruh baya itu menatap Zeline yang sedari tadi diam, tapi ia tidak bertanya, karena sudah tau sebabnya.

"Masih pake duit papah, jan sok keras." gumam Azzam.

"Sudah-sudah, ayo kita berangkat,"

Sita berdiri, melangkah menuju kamarnya untuk mengambil koper. Azzam berjalan ke garasi, untuk memanasi mobilnya.

Zeline belum beranjak sedikit pun, ia masih memakan sandwichnya sambil melamun. Arkan mendekati Zeline, mengelus pucuk kelapa putrinya.

"Zeline," panggilnya.

Gadis itu menoleh cepat, "Iya pah?"

"Ayo, kita mau berangkat,"

Zeline mengangguk, ia baru sadar mamah dan kakaknya sudah pergi dari ruang makan.

"Yaudah pah, aku telpon Seena dulu, izin ga ikut mapel pertama."

Zeline menjauhi ruang makan, ia mengetikkan pesan di ponselnya. Sedangkan Arkan, ia menatap putrinya dengan helaan napas.

Behind The Gaze Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang