Vote dulu sebelum baca,
Jangan lupa komen setiap paragraf,Tandain kalau ada typo.
***
"Masuk gapapa nih?" ucap Zeline, ia melirik kamar yang berada di atap.
"Gapapa, ayo!" ucap Fadhlino, menarik Zeline masuk.
Sebelumnya, gadis itu sempat terkejut karena lagi-lagi baru mengetahui di atap rumah ini masih ada kamar. Tadi, ia hanya di ajak Fadhlino menyusuri lorong bertangga di belakang gudang.
Sebenarnya seluas apa rumah Fadhlino?
"Apaan yang mau kamu tunjukin?" Zeline mengernyit tidak mendapati 'sesuatu' di ruangan ini. Hanya ada ranjang, lemari dan meja rias.
Ia menatap Fadhlino yang malah diam menatapnya. "Heh!"
Fadhlino mengalihkan pandanganya ke atas, lalu tersenyum miring yang tidak Zeline sadari dan menatap Gadis itu kembali.
"Lihat ke atas." titahnya.
Beberapa detik kemudian. "Astaga, ini... " Zeline kehilangan kata-kata setelah melihat apa yang di tunjukkan oleh Fadhlino.
"Gimana?"
Gadis itu membuat wajah kagum, sambil bergumam. "Cantik banget.."
Di atas sana, Zeline bisa melihat langit malam dari atap kaca. Sangat indah, bahkan gadis itu tidak berkedip beberapa saat untuk menganggumi keindahan ini.
Ia memang sering melihat bintang dari balkon kamar, tapi kali ini ia terlihat sangat norak karena melihat dari dalam kamar.
"Lo lebih cantik." gumam Fadhlino, membuat pandangan Zeline terpusat padanya.
"Hah?"
"Apa?"
"Malah balik tanya lagi, tadi kamu bilang apa?"
Fadhlino berdehem. "Nggak." ia berjalan menuju ranjang, merebahkan diri di sana dengan kedua telapak tangan sebagai bantalan.
"Zel, dari sini lebih jelas,"
Zeline tanpa kata mendekatkan diri di ranjang, mendudukan diri di tepi ranjang.
"Ia, tapi bintangnya banyakan pas berdiri tadi,"
"Rebahin badan lo."
"Bentar," Zeline mengeluarkan ponselnya, membuka aplikasi kamera, lalu mengarahkan ke atap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Gaze
أدب المراهقين"Andai aja lo nurut, rantai ini gak akan ngelilit di tangan lo, Zel." ____ (𝗢𝗡 𝗚𝗢𝗜𝗡𝗚)