Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Fadhlino melepaskan pangutannya. menatap Zeline yang sepertinya syok, lalu beralih menatap bibir Zeline yang bertambah bengkat. ia terkekeh, sangat puas.
Masih dengan posisi dirinya mengukung tubuh Zeline, tangannya terangkat menghapus bekas air mata di pipi gadis itu.
"Bibir lo manis, bikin candu." Fadhlino mengecup sekilas bibir Zeline, lalu bangkit dari posisinya.
Sedangkan Zeline, ia masih diam sambil memegang bibirnya yang barusaja 'di makan' Fadhlino. ia terkejut, tentu saja. ini pertama kalinya ia melakukan itu, parahnya lagi.. di paksa.
"Eh.."
Zeline tersentak Fadhlino mengelus rambutnya.
"Bangun, makan dulu." ucap Fadhlino lembut, seperti tidak merasa bersalah sedikit pun.
Zeline sampai terheran-heran dengan sahabatnya, tadi saja sebelum 'memakan bibirnya, seperti setan kesurupan.
Gilaa.
"Zel! nurut bisa nggak sih?!"
Nah kan, Gila. setannya muncul lagi.
Takut Fadhlino bertindak kasar dan melakukan yang tidak-tidak lagi, gadis itu mendudukan dirinya.
"Aku bisa makan sendiri,"
Tatapan datar Zeline dapatkan dari Fadhlino setelah dirinya mengatakan itu, Zeline meneguk ludahnya pelan. "O-oke di suapin kamu aja."
Suapan demi suapan Zeline terima. sebenarnya, ia sangat risih di tatap dalam oleh sahabatnya, tapi mau Bagaimana lagi, ia takut Fadhlino kembali marah.
Drrt drrt..
Ponsel Fadhlino berbunyi, bersamaan dengan suapan terakhir yang di terima Zeline.
"Nih minum. gue angkat telepon dulu."
Fadhlino keluar dari kamar setelah memberikan segelas air putih kepada Zeline.
Zeline menatap Fadhlino yang membuka pintu dengan tatapan sendu. kenapa lelaki itu menculiknya? apakah perbuatan dan sikap baik Fadhlino itu hanya untuk mengecohnya?
Samar-samar ia mendengar suara Fadhlino. tanpa sadar, kakinya melangkah mendekati pintu.
