.
.
.
.
.
Hari menjelang sore, dan junkyu masih berdiri di depan gerbang, entah siapa yang ia tunggu, yang pasti ia tak berniat pulang lebih awal, bukan karena ia dan haruto lagi bertengkar, hanya saja ia ingin disini untuk beberapa saat lagi,
"Kim junkyu, kau belum pulang,"
"Eung, dan kau,"
"Aku baru selesai dengan guru bimbingan ku, kenapa kau masih disini, kau menunggu seseorang," tanya sunoo penasaran, junkyu mengeleng pelan, tak lama sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti di depan mereka, junkyu sangat mengetahui siapa pemilik mobil tersebut, ya! Siapa lagi jika bukan milik haruto, suaminya,
Seorang pria jangkung keluar dari mobilnya dengan kaca mata bertenger di tulang hidung mancungnya, pakaiannya tidak seformal biasanya, yang akan memakai jas dipadukan dengan celana berbahan kain, kali ini haruto tampil casual, hanya memakai kaos putih di padukan dengan celana abu-abu, dan di tambah sepatu berwarna putih yang mana menambah kesan keren yang memang melekat permanen padanya,
"Mommy menyuruhku untuk menjemput mu,"
Junkyu memperhatikan sunoo yang melangkah maju kedepan, entah apa yang di pikirkan pria berwajah imut itu, junkyu tau ini tak akan baik untuk haruto, ia sangat kesal jika mendengar ocehan tak berguna, apa lagi sunoo orang yang membenci haruto,
"Tuan muda watanabe, tumben sekali kau membuang-buang waktu mu untuk menjemput sahabat ku ini," ucap sunoo yang berkacak pinggang seperti ia sedang menantang seorang tuan muda watanabe,
"Watanabe junkyu, masuklah," perintah haruto, namun tanpa haruto ketahui, junkyu berdiri mematung tanpa berkedip sekalipun, jantung junkyu berdetak dua kali lebih cepat begitu nama depan nya yang kali pertamanya haruto sebut tadi, apa....apa haruto baru saja mengakui bahwa junkyu istrinya, bukan hanya junkyu saja yang tak percaya dengan perkataan haruto, tapi seorang sahabat yang tadi melangkahkan kakinya kedepan junkyu kini terdiam, sunoo masih tak percaya apa yang baru saja ia dengar tadi,
"Kau akan berdiam disini atau ikut aku," kata haruto lagi, sepertinya haruto mulai kesal melihat tak ada respon dari junkyu,
"Eoh...em-ba-baiklah," setuju junkyu,
"Junkyu bodoh! Kau akan menyetujuinya begitu saja, apa kau tak mencurigainya sama sekali, apa kau tak berpikir ia bisa saja mencelakaimu, huh,"
"Sudahlah sunoo~a,"
"Ya! Watanabe haruto, jika sesuatu terjadi pada junkyu maka akan ku pastikan kau akan membusuk di peti mati mu, lihat saja, aku tidak bermain-main dengan uca-ya! Haruto, watanabe haruto, ya! Aku belum selesai bicara,ya!" Sunoo berteriak sekuat tenaganya, namun tak dihiraukan oleh haruto yang membawa paksa junkyu masuk kedalam mobilnya, sunoo sangat kesal ia di tinggal begitu saja sebelum ia menyelesaikan ucapannya,
"Ya! Watanabe sialan Haruto, aku benar-benar akan membunuh mu, YA!," sunoo masih saja berteriak kesal meski haruto sudah menjauh dari pandangannya,
"Wah, ternyata kau cukup berani untuk membunuh seorang putra tunggal Watanabe," ucap seorang pria yang berada di belakang sunoo, sebenarnya ia sedari tadi melihat semua masalah yang terjadi, dan itu membuat sunoo terkejut bukan main,