Hua Lijun menatap ke arah keadaan di sekelilingnya saat ini, sebuah desa tak berpenhuni yang penuh dengan darah dan kekacauan, "Ei, setelah kuperhatikan lagi kenapa mataku tak dapat melihat satupun mayat di sekitar sini?" bingungnya, dia menoleh menatap Qing Weihe yang sedang berjalan dan memasang tampang dingin seperti biasanya.
Menyadari dirinya yang diabaikan itu akhirnya membuat Hua Lijun berdecak pelan dan berjalan menuju salah satu rumah di desa tersebut, sementara Qing Weihe tampak tenggelam dalam pikirannya sehingga dia terus melangkah maju tanpa menyadari kalau Hua Lijun telah pergi dari rombongannya.
Hua Lijun yang masuk ke dalam rumah di desa tersebut pun tampak tidak peduli apabila Qing Weihe meninggalkannya atau tidak, dia kembali memperhatikan sekelilingnya kemudian mengerutkan dahinya. "Kenapa tidak ada satupun manusia yang dapat kutemui di tempat ini?" herannya, "setidaknya jika mereka telah dibunuh maka seharusnya ada mayat yang tergeletak."
Setelah beberapa menit dia berkeliling mengunjungi dari rumah ke rumah untuk memastikan jika ada manusia yang tergeletak, tetap saja tidak ada hasil, jangankan satu tubuh manusia, anggota tubuh pun dirinya tak menemukan satupun. Hua Lijun menghela nafas panjang dan menggaruk tengkuknya, "Kemana sebenarnya mereka semua pergi sih."
Ia mempautkan bibirnya dan terdiam sejenak di tempatnya untuk berpikir, dan selagi dirinya memikirkan apa yang harus ia lakukan selanjutnya, tiba-tiba suara layaknya korekan kuku terhadap lantai kayu pun terdengar dan tak luput dari indra pendengaran Hua Lijun. Tanpa pikir panjang dirinya langsung bergegas mencari sumber suara tersebut dan mencarinya.
Dan tepat di saat dirinya berdiri di depan suara pintu, telinganya kini dapat mendengar suara korekkan kuku tersebut semakin jelas disusul dengan kata tolong yang terdengar sangat pelan dan lemah.
Hua Lijun tidak sebodoh itu untuk terburu-buru masuk dan memeriksa keadaan orang yang meminta tolong, dia sengaja diam sejenak di depan pintu dan tidak membuka pintu tersebut. "Hei! Hei! Apa kau baik-baik saja?!" teriaknya kepada orang yang meminta tolong tersebut.
"Tolong aku ...."
Dan, Hua Lijun tetap tidak menggerakkan kakinya barang seinci pun dari tempat dirinya berdiri saat ini. Tangannya bergerak memegang gagang pintu, namun dia ragu untuk membuka pintu tersebut. Sampai tiba-tiba ....
Suara korekan kuku serta kata tolong itu tak lagi terdengar. Hua Lijun terkejut dan bergegas hendak membuka pintu tersebut sebelum tiba-tiba sekelebat bayangan hitam terlihat di ekor matanya sehingga membuat ia bergegas membalikkan badan. Namun percuma, pergerakan bayangan tersebut terlalu cepat sehingga Hua Lijun hanya dapat memejamkan matanya untuk bersiap-siap menahan rasa sakit pedang yang akan menebas bagian tubuhnya sebentar lagi.
Tetapi setelah beberapa waktu ia memejamkan matanya, tak ada rasa apapun yang dapat dirasakan oleh dirinya. Dengan rasa penasaran pun akhirnya Hua Lijun mulai membuka kembali satu-persatu kelopak matanya dan menatap sebuah punggung yang saat ini berada di hadapannya, melindungi dirinya.
Matanya bergulir menatap ke arah lantai ruangan itu dan dapat ia lihat dengan jelas bulir-bulir darah yang mengalir turun dari orang yang sedang melindungi dirinya saat ini. Hua Lijun mengernyit, kali ini dia menarik pedangnya dan dengan cepat langsung menarik pria yang melindunginya itu ke belakang punggungnya sementara ia langsung menahan pedang tersebut.
Karena kesal, Hua Lijun menatap tajam pria yang mengenakan cadar hitam untuk menutupi setengah wajahnya itu kemudian langsung balas menyerangnya.
Dia mengayunkan pedangnya dari arah kanan untuk menyerang, namun saat bilah pedangnya itu nyaris menyentuh permukaan bilah pedang musuhnya, Hua Lijun langsung mengarahkan pedangnya ke bawah sehingga membuat lawannya gagal menghalau pedang Hua Lijun dan berakibat goresan dalam di lengan pria bercadar tersebut.
Melihat pria bercadar yang tampak sedikit lengah karena luka di lengannya itu membuat Hua Lijun menyadari kesempatan untuk kabur berada di depan mata. Dia langsung menarik lengan pria yang melindunginya tadi kemudian membawanya lari mencari tempat persembunyian terdekat agar dapat merawat luka pria tersebut.
Mereka pun berlari memasuki sebuah gubuk tua tak berpenghuni yang berlokasi cukup jauh dari pemukiman warga-warga lainnya namun masih tergolong dalam satu wilayah desa yang sama.
Hua Lijun dengan nafas tersengal-sengal berusaha untuk mengunci seluruh pintu dan jendela di dalam gubuk tersebut, setelah semua dirasanya aman, barulia dia menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat siapa sosok yang sudah membantunya barusan, dan seketika tampang terkejut hadir di wajah Hua Lijun.
"Qing Weihe?"
_______________
AHAY~
Ada yang kangen???
Okhaiii, akhirnya diriku kembali setelah sekian lama hiatus. Sebenarnya niatan mau mulai update lagi kemarin, cuma aku kelupaan hehehe.
Btw part hari ini memang agak pendek gegara diriku dah kehabisan draf ternyata, waktunya ngetik lagi skskksksk.
Yodah sekian bacotan saia hari ini...
Babaiii
Terima kasih banyak buat kalian yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...
Sampai jumpa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr(s) Evil Cultivator 先生修魔者
Fantasía[Bukan novel terjemahan] Aku adalah seorang wanita biasa yang bekerja sebagai pegawai kantoran. Lalu, hanya dikarena diriku yang tak sengaja tertidur di dalam bus malam itu .... Tiba-tiba aku malah terbangun di sebuah tempat dimana terdapat sekte-s...