10. Riuh, Redam, Rindu

120 40 19
                                    


Sebelum dibaca. Pastikan dulu sudah klik tanda bintangnya. Selamat bersemesta <3

Di sekolah kemarin, Binta diminta mendaftarkan diri untuk mengikuti ekstrakurikuler

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sekolah kemarin, Binta diminta mendaftarkan diri untuk mengikuti ekstrakurikuler. Itu adalah hal wajib yang biasa dilakukan setiap semester. Di sekolahnya yang dulu, Binta mengikuti tata boga. Itu pun karena tujuannya agar bisa membantu ibu berjualan dan membuat roti di rumah. Sekalipun, masakan yang ia pelajari tidak ada hubungannya dengan membuat roti, tetapi setidaknya Binta bisa sedikit belajar.

Saat ini, ia sedikit bingung karena harus memilih apa. Ada banyak sekali ekstrakurikuler menarik di sekolah barunya. Belum lagi mengingat Binta kini bersekolah di sekolah elit. Sudah pasti seluruh kebutuhan ekstrakurikulernya terjamin. Dia jadi tidak sabar. Kendalanya hanya satu, Binta yang bingung ingin memilih apa.

"Aku sama Baskara ambil klub debat."

"Kalian serius ninggalin aku?" Binta menatap tak percaya kedua temannya. Sedangkan Magenta dan Baskara hanya mengedikkan bahu.

Binta menelisik kepada dua temannya. Dia mencoba mencari tahu karena ada sesuatu hal yang salah. Ekspresi Magenta dan Baskara yang tampak tidak begitu antusias.

"Bentar, bentar. Klub debat yang kalian ambil itu debat bahasa inggris atau Indo?"

"Bahasa Inggris," jawab Magenta, ia mengaduk es teh miliknya setelah menghabiskan sepiring nasi campur.

"Lha, terus? Kalian kan pintar bahasa Inggris. Harusnya senang dong bisa bareng-bareng."

Baskara kini menyondongkan badan ke arahnya, "Kalau asyik, ayok bergabung bersama kami. Seru-seruan dan pesta bersama. It doesn't feel bad, right?" lelaki itu mengerlingkan matanya menggoda. Binta yang melihat ekspresi itu sadar kalau ada yang tidak beres dengan ikutnya mereka di klub debat.

"Memangnya apa salahnya, sih? Kan bisa belajar bahasa Inggris. Bisa ikutan lomba juga."

"Sebenarnya kita mau cari yang seru-seruan. Sepak bola, voli, basket, atau mungkin klub tari, dan nyanyi. Apapun ekstra yang nggak bikin mutar otak," ucap Magenta malas.

Binta masih mendengarkan, "Terus?"

"Orang tuanya saranin ambil itu. Katanya melatih berpikir kritis, lah, biar speaking-nya makin lancar lah. Ya sudah, karena dia anak Mama. Diambillah klub debat. Anak berbakti banget memang," Baskara berdecak seraya menggeleng kepala kanan-kiri. Menilai kehidupan Magenta seolah hidupnya tidak lebih baik.

Dan kini Binta justru menoleh. Ia menatap datar satu temannya yang tidak tahu diri, "Terus kenapa kamu ikut-ikutan?"

Kali ini Baskara menghela napasnya. Ia bahkan menjatuhkan kepalanya sehingga kini pipinya itu menempel di permukaan meja. Pemuda itu berucap dramatis, "Aku sebenarnya nggak se-berbakti itu. Cuman ibuku memang agak maksa, sih. Karena ditau anak kesayangannya ini sedikit bandel, diarahin lah aku ke jalan yang lurus. Ibuku sama ibunya Magenta sering ketemu di arisan ibu-ibu kompleks. Eh, saling cerita, lah. Pulang-pulang ibu langsung minta aku ikut klub yang sama kayak Magenta. Biar ketularan pintar katanya. Nggak tau aja ibuku kalau anaknya ini otaknya lumayan encer."

Merebah Bumi ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang