8. Harap yang Tak Luput

109 41 10
                                    

Vote terlebih dahulu sebelum membaca. Terimakasih, selamat bersemesta <3

            Barangkali sudah teramat sering untuk Sekala menghabiskan waktu bersama adiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

            Barangkali sudah teramat sering untuk Sekala menghabiskan waktu bersama adiknya. Jika diingat-ingat lagi, sepertinya tidak hanya satu-dua resep yang mereka coba bersama. Terkadang hanya Binta yang membantu Sekala mencoba resep-resep baru untuk masakan rumah, yang mana membuat Mama tidak harus memasak banyak makanan karena sudah diwakilkan dua anaknya. Terkadang pula, Binta yang mengajak Sekala membuat roti berdua. Mereka saling membagi kemampuan bersama.

Kemampuan memasak Sekala sepertinya diturunkan dari Ayah. Hal yang sama pun berlaku untuk Binta. Sedikit-banyaknya, Sekala merasakan betul persamaan-persamaan yang dia miliki dengan Binta. Agaknya, hal tersebutlah yang membuat Sekala melupakan kebenciannya yang ia sembunyikan pada Binta dahulu.

"Kamu sudah ambil keputusan baik, Kala," Tsana berucap sembari menyesap sirup jeruk dingin buatan kekasihnya. Di hadapan gadis itu, tersaji beberapa potong brownies buatannya dengan Binta tadi malam.

"Benar? Aku cuma takut apa yang aku lakukan itu salah, Tsan."

"Nggak ada yang salah. Kamu sudah berbuat benar. Lagipula, mau nggak digubris pun percuma. Faktanya dia adik kandungmu dan akan selalu begitu. Melakukan hal yang sama seperti Nava," Tsana menggeleng pelan, "Bukan hal yang benar-benar tepat untuk dilakukan."

Sekala mengangguk menyetujui. Ia kembali memokuskan diri pada laptopnya. Sedikit lagi tugasnya selesai. Dia hanya perlu mengirimkan bagian pengerjaannya di grup kelompok seusai nyaris tiga jam memandang laptop miliknya. Tsana sejak tadi menemani, ia sedang senggang dan memang sudah sering datang ke rumah Sekala sejak mereka SMA.

"Aku pulang!"

Suara nyaring itu berasal dari arah pintu depan. Terdengar suara sedikit heboh karena barangkali Binta sedikit tergesa melepaskan sepatu miliknya dan setengah berlari, "Bunda! Ada pendaftaran ekstra yang tadi dibagi. Binta bingung mau ambil apa. Bunda tolong―"

Binta menghentikan ucapannya spontan. Ia berdiri canggung saat melihat sosok asing tengah duduk di sofa ruang keluarganya, depan televisi. Binta spontan memerhatikan lebih dan menilai penampilan gadis asing yang tengah bersama kakaknya itu. Ia berani bertaruh perempuan itu adalah perempuan paling cantik yang pernah dilihat Binta. Rambutnya menjuntai panjang sampai pinggang dengan sedikit bergelombang di bagian bawah dan berwarna hitam mengkilap, kulitnya putih dan kelihatannya sangat halus pun lembut, badan proporsional, serta wajah bak artis-artis yang sering dilihatnya di televisi.

"Lho? Anak Bunda sudah pulang? Sini, Sayang. Jangan ribut, Mas Sekala lagi belajar."

Acara saling pandang-memandang itu harus dihentikan ketika Bunda muncul dari dapur. Baru saja selesai memasak makan siang. Binta mengangguk menurut. Mengatup bibirnya rapat-rapat karena sudah membuat rusuh di rumah dan hendak berjalan pergi jika saja seseorang tidak memanggilnya.

Merebah Bumi ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang