23. Sebuah Pelukan Hangat

150 40 14
                                    

Karena Selasa aku nggak sempat update, chapter kali ini bakalan panjang banget. Semoga kalian nggak bosan. Well, Merebah Bumi ini memang sedikit lebih panjang mengingat tokohnya pun nggak cuma satu-dua orang saja. Jadi, nikmati semuanya pelan-pelan ya. Di semesta Bumi ini aku harap banyak hal yang bisa kalian ambil untuk ke depannya.

Jangan lupa vote dulu. Selamat bersemesta <3

            Selama menghabiskan waktu beberapa bulan di rumah dan kehidupan barunya, baru pertama kali ini Binta mengunjungi sebuah restoran mewah hanya untuk makan malam satu keluarga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

            Selama menghabiskan waktu beberapa bulan di rumah dan kehidupan barunya, baru pertama kali ini Binta mengunjungi sebuah restoran mewah hanya untuk makan malam satu keluarga. Sekalipun tidak ada Nava dan Sekala di sini. Meskipun baru menginjak kelas 2 SMA, Binta sudah harus dijejali banyaknya kesibukan dan bimbingan belajar yang ia hadapi. Ayah yang bekerja sebagai kepala cabang perusahaan pun sama sibuknya. Bunda seringkali menunda makan bersama anak-anaknya, hanya untuk menemani Ayah makan malam sedikit lebih larut.

Seusai menjemput Binta sore tadi, Ayah dan Bunda langsung mendatangi salah satu restoran langganan keluarga mereka, katanya. Lampu-lampu restoran terlihat cantik sekali, penataannya yang didominasi putih terkesan begitu elegan, pun tanaman hias yang berada di beberapa sudut ruangan mempercantik suasana. Binta melihat penampilan para pengunjung, sebagian besar terlihat cukup formal. Berbeda dengan Binta dan keluarganya yang terlihat lebih santai.

Binta memakai celana selutut miliknya, lalu baju kaos berlengan pendek berwarna merah muda, dan topi serta sepatu converse berwarna serupa. Rambutnya yang mulai memanjang dibiarkan terikat separuh. Bunda menggunakan celana kain dan kemeja bunga-bunga. Sementara Ayah dengan celana jeans dan baju kaos berlengan pendek yang dimasukkan ke dalam celana.

"Ini baju yang waktu itu Bunda belikan, kan?" Bunda melihat-lihat baju yang Binta kenakan, dibalas anggukan pelan dari si bungsu.

"Ini kalau dipakai outer kemeja cantik, lho. Kelihatan tomboy, tapi masih manis. Minta Mas Kala-nya pinjamkan kemeja."

Binta meringis, ia seketika bergidik, "Nggak, deh. Nanti takut digantung dijemuran sama Mas Kala. Dia kan jagain koleksi kemejanya, sudah kayak prasasti."

Bunda terkekeh, "Prasasti?"

"Iya, yang dijaga mati-matian biar nggak rusak. Padahal, kalau Binta pakai baju yang oversized, kayaknya bagus, deh. Iya, kan, Bun?"

Bunda mengangguk, ia mencubit pelan hidung anaknya, "Anak Bunda pakai apapun cantik."

Pelayan restoran mendatangi mereka memberikan buku menu. Binta melongo melihat deretan harga makanan yang sangat amat mahal ini. Dulu, jangankan bisa menjejakkan kaki di restoran macam ini, bisa makan tiga kali sehari saja Binta sudah syukur. Namun, lihatlah sekarang?

Bunda di sampingnya, sekalipun baru beberapa bulan tinggal bersama, sudah seperti orang yang sangat tahu Binta itu siapa. Wanita ini bahkan menawarkan beberapa menu berdasarkan makanan yang Binta sukai, pun menjelaskan dengan sabar makanan yang memiliki nama terdengar aneh untuk Binta.

Merebah Bumi ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang