Janu mengendap-endap masuk ke ruang kerja sang ayah. Beruntung karena dirumah hanya ada bunda. Karena ayahnya sedang berada di luar kota dan jingga sedang keluar rumah. Bunda Janu sendiri? Sibuk di dapur.
Klik!
Pintu sudah terkunci. Aman, batin janu.
"Terus gue harus apa?" Janu berbicara sama mei lewat walkie talkie.
"Ya lo coba cari apa kek nu, yang sekiranya ada datanya om heru heru itu" desis mei dari seberang.
"Ck! iya iya galak banget si"
Lalu Janu pun mulai berkeliling ruang kerja ayahnya. Membuka satu-persatu laci dan lemari yang ada. Tapi hasilnya nihil.
"Bersih Mei gaada berkas apapun tentang om heru heru itu"
Janu mendengar mei menghembuskan nafas panjang. "Yauda si gausa galau" canda Janu. Niatnya sih biar mei ga terlalu kepikiran dan jadi clueless.
"YA ABIS GUE KEPO BANGET" ngegas tapi kedengaran cute di telinga janu. Mei berjalan dan menaruh asal walkie talkienya. Janu berjalan santai di ruang kerja ayahnya. Dia gatau aja Mei udah ga sadar (re : tidur) sejak menaruh walkie talkie asal.
Terdengar suara grusuk-grusuk (jelek banget dah) dari kamar mei. "Mei? Meina? masuk masuk ganti" "...."
Janu mulai merasa ada yang aneh. Ia kembali mengendap-endap keluar dari ruang kerja ayahnya. Saat selesai menutup pintu, "HAYO! Kakak habis ngapain masuk ke ruang kerja ayah?" kejut Jingga yang memang sedari tadi menguntit kakaknya itu.
Saat Janu masuk, Jingga bersembunyi di sebelah pintu. Lebih tepatnya di belakang guci. Ia hanya diam disitu menunggu Janu keluar.
Janu mundur beberapa langkah karena kaget. "Lah lu sendiri ngapain disini? Nguntit in gue ya? Ya Tuhan hukum aja Jingga kalau dia berbohong hukum aja Jingga ya Tuhan karena Jingga tukang nguntit ya--"
"ABANG!"
Janu auto ngibrit menghindari pukulan-pukulan kecil dari Jingga.
"Haaahhhh~~" hela napas panjang Janu keluar begitu saja. Sambil memandang langit-langit kamar Janu berpikir.
"Kalau, kalau seandainya iya om heru heru itu kolega ayah dan sama kaya ayah Mei, berarti Mei masih memiliki ayah"
"Tentang Meila? Nah ini nih yang gua bingung"
"Kenapa gue kaga tau kalau Meira ada sodara, mana kembar lagi"
"Lalu, siapa yang meninggal? Om Heru atau orang lain?"
"Ck! Ribet amat!"
Monolog panjang Janu berakhir dengan gelengan kuat. Ia membalik tubuh terlentang menjadi tengkurap. Lalu membenamkan wajahnya pada bantal.
Ia hanya memiliki info sangat terbatas. Sedangkan masalah yang ia tangani kali ini –sepertinya–sedikit serius. Oh ayolah, dia hanya ingin membantu Mei menuntaskan rasa penasarannya. Iya, berkedok main detektif ia sebenarnya juga ngebucin.
Kalau begini Janu jadi ada bahan buat terus-terusan main ke rumah Mei. Hadeh...
• • •
"Stop! Cukup! Kau bisa membunuhnya!"
"Ck! Jangan menganggu kesenangan ku!"
"Kau gila?! Kita membutuhkan detak jantung dan suaranya!"
"Argh!! Ok! Ok! Masih sanggup bernafas? Cih, kuat juga kau"
/Brak!/
• • •
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bestfriend My Boy-friend Too || ft. Kim Jongin
Fanfic"Am i your boyfriend?" "Boyfriend? It's Boy-friend" "How about bestfriend?" "You are more than besfriend for me, but you're not my boyfriend. Totally not" ________ Bilang tidak padahal iya. Bilang tidak suka padahal suka. Se-sulit itukah untuk mengu...