Richelle berada ditempat yang biasanya dia dan Rae kunjungi, tapi tak nampak kehadiran Rae disitu.Jadilah dia hanya berjalan-jalan tanpa tujuan. Menikmati kesunyian didalam mimpinya.
"Percuma kesini kalo nggak ada Kakak,"
Richelle menendang batu sampai terpental jauh.
TUKKK!
"AAWWWW!" Teriak seseorang yang suaranya sangat Richelle kenali."Aduhhh! Kamu tuh nggak cocok jadi pemanah, jadi pemain bola deh! Tendangannya hebat bener tepat sasaran!" Gerutu orang itu lagi.
Sudah tau siapa pemilik suara itu, Richelle sumringah menghampiri dan memeluknya. "KAKAKKKKK!!!"
Orang yang sangat Richelle tunggu-tunggu akhirnya datang lagi. Rae terkekeh melihat adiknya yang kaget bukan main ketika melihat dirinya.
"Aku kangen Kakak!" Richelle memeluk Rae erat.
"Ah.. Uhh... Aduhhh, Kakak nggak bisa nafasss!!" Sungut Rae sesak.
Richelle melepaskan pelukannya dan menatap Rae sedih. "Kak, maaf. Aku---"
"Ssshhhh! Besok penerbangannya jam berapa?" Tanya Rae cepat.
Richelle tersentak kaget. "J... Jam 10.45."
Rae mengangguk. "Semuanya udah siap kan??"
"Ud---Udah..."
"Bagus dehh," Sahut Rae. "You doing the right thing, Chel. This time,"
"Aku tau Kakak marah sama aku," Gumam Richelle.
Rae menatap adiknya lembut. "Memang, tapi Kakak juga kangen sama kamu, Kakak khawatir berat. Tapi kamu harus terima apa yang udah kamu perbuat."
Richelle menghela nafas. "Yap, ini yang aku dapatin. A disaster."
"You must go on. Nggak boleh nyerah sama keadaan." Ucap Rae.
"I won't let you down again, i promise."
"Yap," Rae mengelus rambut Richelle. "Dan Kakak rasa tugas Kakak udah selesai."
"Maksudnya?" Alis Richelle bertaut.
Rae hanya tersenyum dan diam.
"Kakak mau kemana?" Tanya Richelle lagi.
Rae menghela nafas panjang.
"Kakak sampai disini aja, ya?""Nggak!!!" Richelle kembali memeluk Rae erat. "Kakak nggak boleh kemana-mana!!!"
"Kehidupan kamu nanti akan jauh lebih baik, Chel. Percaya sama Kakak, kamu akan lebih bahagia. Tanpa Kakak sekalipun."
"Without you? No!! Aku nggak bisa kehilangan Kakak lagi!" Richelle terisak sambil menarik baju Rae pelan.
"Chel, kamu benar. Kakak cuma halusinasimu." Rae melepaskan pelukannya. "Sekarang, Kakak mau kamu fokus sama semua pengobatan kamu, oke?"
Richelle menggeleng. "Nggakkk.. Kakak---"
"Kakak nggak akan hilang," Bantah Rae. "Kakak selalu ada di dalam kamu. Karena tubuh kamu, tubuh Kakak juga. Jadi, pastikan kamu nggak akan pernah nyakitin diri kamu. Kalo kamu nyakitin diri kamu, berarti sama aja kamu nyakitin Kakak."
KAMU SEDANG MEMBACA
℘ 𝐖𝐡𝐚𝐭 𝐀 𝐒𝐡𝐚𝐦𝐞 (E.N.D)
Teen Fiction⌠ あ⌡ 𝙱𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚎𝚖𝚋𝚞𝚕𝚕𝚢 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚁𝚒𝚌𝚑𝚎𝚕𝚕𝚎 𝚖𝚎𝚖𝚞𝚝𝚞𝚜𝚔𝚊𝚗 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚑𝚎𝚗𝚝𝚒? ❝ 𝗔𝗽𝗮𝗽𝘂𝗻 𝗸𝗲𝗽𝘂𝘁𝘂𝘀𝗮𝗻 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘂𝗱𝗮𝗵 𝗴𝘂𝗲 𝗯𝘂𝗮𝘁, 𝗶𝘁 𝗺𝗲𝗮𝗻𝘀 𝗴𝗼𝗼𝗱 𝗳𝗼𝗿 �...