D U A B E L A S

345 200 448
                                    


"Udah aku bilang aku aja yang urus!" Seruan Rylee mengawali suramnya pagi hari ini.

Kalau dua orang ini dirumah, suara perkelahian mereka pasti menjadi backsound penambah kesuraman hidup Richelle.

Dengan malas, Richelle melangkah turun.

"Gimana kamu yang ngurus kalo kamu aja lama balas pesanku? Kamu kebanyakan sama laki-lakimu!" Balas Ken.

"Chhh, biarin. Kan kita udah nggak ada hubungan lagi!" Jawab Rylee.

Grevander menatap Richelle canggung, Richelle menyuruhnya untuk keluar.

"Pokoknya keputusan udah aku buat. Kalo nggak terima, ya salah sendiri." Ucap Ken ketus.

"Semuanya aja kamu salahin aku!Kematian Rae kamu salahin aku, kamu Papanya kemana aja?!"

"Jelas itu kesalahan kamu! Hari itu aku udah bilang sama kamu buat angkat telponnya, tapi kamu malah asik sama cowok lain!"

"Wahhh!" Rylee nggak terima. "Waktu itu kamu juga lagi 'main' sama simpenanmu! Kalo kamu tau Rae dalam bahaya, kenapa bukan kamu yang bertindak?"

"Kamu---"

"URUSE⁴!" Tegur Richelle, melerai pertengkaran mereka. "Kalian berdua itu sama-sama selingkuh. Udah, conversation over!"

[⁴Diam/berisik, teguran kasar dalam Bahasa Jepang.]

Ken dan Rylee tertegun mendengar bentakan Richelle.

"Dan nggak usah ngebahas soal kematian Kakak lagi, udah jelas itu kesalahan kalian!"

"Kita nggak---"

"Apa? Nggak bersalah?! Ngotak!" Sambar Richelle. "Dahlah, capek. Mending kabur." Richelle beranjak pergi.

"Richelle!" Tegur Ken. "Jangan pernah mikir begitu!"

"KALO KAYAK GINI TERUS, ANAK MANA YANG BETAH TINGGAL DI RUMAH?!"

"Kamu kenapa jadi nggak sopan begini!?" Ken ikutan emosi.

"Ck, kenapa?" Richelle mendecak. "Apa peduli kalian? HAH, APA? Nggak ada kan?!"

Yang tadinya emosi, kini Ken jadi merasa bersalah. "Maaf----"

Richelle langsung menghentakkan kakinya keluar, nggak peduli dengan mereka yang memanggilnya.

Selama perjalanan, Richelle hanya menangis sesunggukan.

Grevander menenangkan dan mengusap jemari Richelle. "Nona..."

Richelle menggenggam jemarinya erat. "Capek, Van... Hiks... Hiks.. Lo paham, kan?"

"Saya tau, Nona..." Grevander mengangguk. "Tapi, yang saya lebih tau, Nona itu orangnya kuat. Jangan nangis lagi, ya? Ada saya disini."

Richelle mengangguk pelan. Setelah Rae meninggal, Grevander-lah yang sering menenangkan Richelle dari hal seperti ini.

  
-------

  
Ruang Rapat.

Mereka menatap heran saat Richelle masuk kedalam ruangan dengan tampang yang sangat lesu.

"Kenapa, Chel?" Tanya Rara.

"Habis nangis?" Tebak Vega. "Ada yang nyakitin lo?"

Richelle menggeleng. "Mulai dah, cepetan."

"Yakin? Lo----"

"Nggak usah peduli sama gue, cepetan mulai." Richelle mempertegas.

Mereka masih agak heran tapi kemudian mereka memutuskan untuk memulai sesi rapat.

℘ 𝐖𝐡𝐚𝐭 𝐀 𝐒𝐡𝐚𝐦𝐞 (E.N.D)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang