FORTY-FOUR

853 107 2
                                    

Ini sudah setengah jam berlalu. Itu waktu yang sangat cepat bagi vampire sayang sekali entah mengapa itu melambat sejak aku masih merenung di taman ini, masih bertanya-tanya seberapa buruk masa depanku yang akan datang jika ayahku tidak memaafkan, atau mungkin saja bahkan tidak ingin melihatku lagi.

Sementara itu suara Aro terus menerus menganggu renunganku, dengan mengatakan bahwa semua hanya perlu waktu. Apakah yang dia maksudkan adalah waktu untuk ayahku benar-benar meninggalkanku atau apa?

Tidak ada gunanya menghentikan keseluruhan pikiran buruk dari kepalaku karena itu tidak akan bisa. Kepalaku punya alasan logis yang mendasari lahirnya pikiran negatif itu.

Sekarang aku seperti menjadi putri terburuk yang bisa diminta oleh orang tua.

Suara ocehan Aro tak kunjung berhenti hingga rasanya aku ingin mengutuknya, andai aku bisa. "Aro can you stop talking with your dumb words? That's even not help," ucapku hampir membentaknya.

Dia tidak terlihat sedih atau memasang wajah terluka seperti yang dia biasa lakukan setelah aku bentak, yah dia tahu jelas aku benar-benar sedang dilanda komplikasi terbesar dalam kehidupanku. "Cara kau hanya perlu sedikit tenang, Charlie tidak akan seburuk itu, dia hanya butuh waktu untuk mengerti..." dia kembali membujukku.

Tidak sadarkah dirinya bahwa dia juga perlu diam untuk tidak membuatnya semakin rumit.

"Sesuatu tentang ikatanmu dan ayahmu baru saja berubah," Marcus bergumam, aku melepaskan diriku dari Aro dan mendekat ke Marcus.

Jujur saja, dia yang paling tahu cara yang paling baik untuk membantuku, dengan tetap diam.

"Apakah itu baru saja hancur? Ayahku benar-benar meninggalkanku? Dia tidak ingin melihatku?" Tanyaku dengan panik.

Dia menggeleng dan menarikku ke pangkuannya. "Ini bukan sesuatu yang buruk, tapi itu lebih dari sebuah sesuatu yang baik." Pernyataan nya yang ambigu membuatku menjadi bingung.

Perasaan gugup dan panik itu menghilang tergantikan tanda tanya. "Intinya itu tidak buruk bukan? Lalu bagaimana ikatan nya? Apakah itu menjadi lebih terang?" Tanyaku lagi wajahku pasti terlihat seperti orang bodoh, aku tahu tapi tetap saja alasan nya setimpal dengan ekspresi bodohku ini.

Dia tersenyum kecil, "Dia benar-benar mencintaimu dan Bella. Memang mungkin seharusnya sulit untuk bersikap normal setelah sebuah kebenaran terungkap, tapi sepertinya dia menerimanya dengan baik. Ikatan itu hanya meredup sejenak lalu kembali terang lebih terang dari sebelumnya." Ujarnya.

Senyuman menyebar di wajahku, sebelum itu pudar kembali lagi. "Caius tidak ikut campur dalam semua ini bukan?" Tanyaku.

Caius pergi beberapa saat yang lalu bersama dengan dengan penjaga serta Wendy dan Clara. Jujur aku tak mengerti saja bagaimana Wendy bisa pergi meninggalkanku begitu saja tanpa wajah berdosa.

"Tidak, dia benar-benar tidak ikut campur kali ini." Ucapnya, aku menghela nafas lega dan bersandar padanya. Melingkarkan lenganku ke lehernya yang sama dinginnya dengan milikku.

Namun aku teringat sesuatu, kekuatan Chelsea dan Corin. Bisa saja bukan? Aro meminta mereka untuk memanipulasi perasaan ayahku atau bahkan ikatan batinku dengan ayahku.

"Aro kau tidak—"

"—Sama sekali tidak, aku tahu kau akan membunuhku jika aku melakukan itu." Dia memotong ucapanku sebelum aku sempat menyelesaikan nya.

Aku masih memberinya tatapan curiga, dia terlihat pasrah oleh itu. Jelas dia harus dicurigai, bagaimanapun dia selalu melakukan hal yang semena-mena. Dan betapa bodohnya aku yang tetap mencintai nya.

Bahkan jika semua itu hanya karena daya tarik dari ikatan yang bahkan terdengar tidak nyata itu.

Suara pintu terbanting mengalihkan perhatianku. Itu Caius, dia datang dengan raut wajah kesal dan penuh kemarahan. Tapi sejujurnya hampir setiap saat wajahnya terlihat seperti itu, hanya saja kali ini lebih dari biasanya.

✓𝐑𝐄𝐈𝐍𝐂𝐀𝐑𝐍𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍 𝐈𝐍 𝐓𝐖𝐈𝐋𝐈𝐆𝐇𝐓 [ⱽᴼᴸᵀᵁᴿᴵ ᴷᴵᴺᴳ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang