Setelah dari rumah sakit mereka pun pulang ke rumah. Tepatnya Soobin mengantar Arin pulang. Sedangkan ia harus kembali ke HYBE."Yaampun kak berat banget" Soobin membuka pintu rumah sambil menggendong Arin di punggungnya. Kaki panjangnya bergoyang-goyang karena tidak mampu menopang berat tubuhnya dan berat Arin. Belum lagi di lehernya tergantung tas selempang milik Arin.
"Awas kakiku! Kakiku nanti ketatap pintu!" Ucap Arin panik saat Soobin mulai oleng.
"Enggak-enggak."
Soobin langsung mendudukkan Arin di sofa.
"Bentar ya kak aku mau minum dulu." Ucapnya ngos-ngosan.
"Gitu doang udah capek."
"Ya aku nggendong kamu dari kantor ke parkiran, terus sampe rumah sakit juga nggendong kamu, keluar dari rumah sakit juga nggendong kamu, sampe rumah nggendong kamu. Capek banget kak." Soobin duduk sambil meluruskan kaki di depan kulkas setelah meneguk air minum dingin.
"Bikin repot aja nih kaki." Arin mendengus kesal.
"Sini ayok ke kamar. Ntar aku gorengin telur aja ya kak makannya buat minum obat."
"Oke. Kamu nanti pulang jam berapa?"
"Agak malem kayaknya. Tapi kalo aku bisa pulang cepet nanti aku usahain ya." Soobin menurunkan Arin di kasur. "Karna kata doktet kakimu cuman keseleo ringan dan perkiraan sembuhnya 7-9 hari ke depan, jadi obatnya harus diminum yang rajin ya."
"Iya." Jawabnya singkat.
"Oke aku gorengin telur dulu ya."
"Oke. Jangan pake wajan yang besar."
"Iya-iya." Soobin pun beranjak menuju dapur. Terdengar suara kelontangan di sana dan Arin sudah geleng-geleng kepala duluan.
"Kak wajan kecilnya di mana?!" Teriaknya.
"Lemari atas!"
"Nggak ad-, eh ada."
"Apinya jangan besar-besar!" Teriak Arin dari dalam kamar. Tak dijawab oleh Soobin
"Minyaknya harus banyak gak ini?!"
"Cuman nggoreng telur Bin, bukan nggoreng gorengan! Dikit aja!"
"Kak nyiprat nyiprat minyaknya!!"
Arin menutup kupingnya.
"Ah panas!" Ucap Soobin saat telurnya lengket dan ia tidak sengaja memegang gagang wajan panas.
Setelah 10 menit lebih di dapur sana akhirnya Soobin kembali dengan sepiring nasi dan telur ceplok yang hancur di atasnya. Ia hanya nyengir saat Arin melongo melihat maha karya Soobin Batara.
"Pertama kali gak sih aku masakin kakak? Dulu pernah mau masakin nasi goreng tapi malah kakak yang masak soalnya jariku kena pisau."
"Makasi ya Soobin."
"Ih mukanya nggak enak gitu."
"Lah kamu parah banget. Katanya udah pernah diajarin ibuk masak telur?"
"Ya sekali. Terus ibu marah-marah sih aku nggosongin pantat wajan soalnya apinya gede belom dikasi minyak."
"Heh awas aja ya kamu gosongin lagi yang sekarang."
"Enggak lah kak, kan udah belajar dari kesalahan sebelumnya." Belanya. "Aku berangkat kerja lagi ya. Baik-baik di rumah. Nanti malem aku pulang bawa nasgor depan alun-alun." Soobin mengusap-usap puncak kepala Arin.
"Okey. Hati-hati ya."
"Love you sayang." Soobin menggantung di balik pintu.
"Ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Tangga [Soobin&Arin]
ФанфикMenikah emang banyak berantemnya, apalagi kalo usia pernikahannya masih muda, ditambah umur Soobin dan Arin yang memang masih sangat muda. Terlebih lagi Soobin yang setahun lebih muda dari Arin. "Kenapa sih kakak marahin aku terus." "Kak marah ya...