Adek Cerewet

230 41 9
                                    


Lima hari berlalu, kaki Arin kian membaik. Hari Rabu ini bahkan dia sudah bisa melakukan aktivitas rumah seperti biasa. Masak, cuci piring, dan lain-lain meski Soobin tetap membatasi pekerjaan rumah Arin.

"Sudah sembuh Soobin." Ngotot Arin saat wanita itu mengangkat telpon dari Soobin siang-siang.

"Belum pulih bener kak, aku aja yang ngepel hari minggu nanti. Kalo kepeleset kamu nanti kenapa-napa." Ucap Soobin dari sana.

"Lama banget hari minggu. Keburu bau lah lantainya. Lagian udah nggak berasa sakitnya Soobin, astaga." Arin tau Soobin hanya khawatir, namun kekhawatiran suaminya itu keterlaluan.

Soobin terdiam. "Yaudah lah terserah."

"Marah kamu?"

"Gak. Emangnya aku pernah marah sama kamu?"

"Suaranya gitu, marah kan pasti? Yaudah iya enggak. Habis nyapu rumah aku duduk deh."

"Yaudah, gitu dong." Balas Soobin.

"Yaudah."

"Yaudah."

"Apasih. Gak jelas." Arin kesal sendiri.

Soobin malah tertawa. "Yaudah, ku tutup ya telponnya. Nanti mau dibawain makan apa?"

"Nggak usah, aku kan masak."

"Oiya aku lupa."

"Kamu kalo mau bawa makanan juga nggak papa."

"Nggak deh."

"Beneran ini, aku nggak marah." Arin sudah mengenal Soobin. Takut dimarahin.

"Iya iya kamu emang nggak marah, aku tau. Ih, keseringan marah-marah kan jadi ngatain diri sendirinya marah." Ledek Soobin.

"Ngeselin kamu."

"Tapi sayang."

"Nggak. Males."

"Bohong ih." Goda Soobin lagi.

"Kan aneh."

"Kamu tuh nggak pernah bilang sa-,"

Di situ pun Arin langsung menutup telponnya.

"Sayang sayang terus. Dikira sayang cuman kalo lagi diucapin aja." Arin menjauhkan ponselnya di meja ruang tamu dan berlanjut menyapu teras rumah.

"Duh, rumputnya banyak yang kuning kenapa ya, padahal disiram tiap hari." Ucapnya berbicara sendiri sambil mengambil gunting kecil dan menggunting beberapa rumput kering agar lebih enak untuk dilihat.

Setelah mengguntingi rumput dan menyapunya, sekarang Arin merasa lega dengan halaman rumahnya yang sedikit mulai rapi. Ia juga menyingkirkan kayu-kayu bekas yang saat itu dipakai Soobin untuk membuat pagar tanaman. Siang ini juga mendung, dia tidak banyak merasa capek dan berkeringat, jadi menghabiskan waktu untuk bersih-bersih teras.

"Kak Arin!"

"Seokjun?" Arin mendapati adik laki-lakinya yang sedang menuntun sepeda ontelnya berudiri di depan pagar. "Kamu ke sini naik sepeda?" Arin membuka pintu pagar dan Seokjun pun masuk ke dalam, memarkir sepedanya dengan menyandarkan di dinding.

"Tadi habis dari rumah temen kak, habis sepedahan pagi-pagi. Terus makan dulu, main juga. Pas mau pulang aku mampir aja deh ke sini." Jawabnya.

"Rumah temen kamu di mana emangnya?"

"Gak deket sih, tapi se arah lah sama rumah kakak. Oiya kaki kakak udah sembuh?" Tanyanya sambil melihat kaki Arin yang sudah tidak diperban.

"Oh, udah enakan sih dari kemaren. Tapi masih belom boleh banyak kerja berat."

Rumah Tangga [Soobin&Arin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang