"KAK!!!" Soobin pagi berteriak histeris ketika Arin memegang sapu dan kemoceng."Apa sih!! Pagi-pagi udah teriak-teriak kamu."
"JANGAN JALAN-JALAN DULU! KAMU ITU MASIH SAKIT!" Soobin mengambil sapu dan kemoceng yang ada di tangan Arin. Semalam Arin sudah boleh pulang, dengan syarat tidak boleh melakukan pekerjaan terlalu berat. "Biar aku aja." Katanya. "Kamu duduk aja sana." Soobin melirik sofa, mengisyaratkan Arin untuk duduk manis di sana.
"Yaudah kalo gitu aku nyuci baju aja."
"KAK! JANGAN!" Soobin menahan Arin yang sedang melangkah ke ruang cuci. "Kamu duduk aja, biar aku yang urus semua hal di rumah."
"Cuman masukin bajunya ke mesin cuci Soobin. Tinggal pencet-pencet tombol aja, nggak berat kan?"
Soobin mem-pout-kan bibirnya.
"Habis itu duduk ya. Aku tuh takut kamu sakit lagi. Terus kan, ada anak kita di dalem sini." Soobin menunjuk perut rata Arin. "Kamu nggak capek aja nanti dia bisa kenapa-napa."
Arin paham perasaan khawatir Soobin. Tapi dengan diam saja justru membuatnya tidak nyaman.
"Iya sayang, habis ini aku nggak ngapa-ngapain lagi. Nontonin kamu nyapu aja." Ucapnya.
"Ih, panggil-panggil sayang." Soobin menutup mulutnya dengan tangan, pura-pura salah tingkah sambil mencolek-colek dagu Arin.
"Mulai."
Soobin tertawa. "Iya-iya sayang. Yaudah aku mau nyapu semuanya sampe nggak ada debu nempel sebutir pun." Soobin menjentikkan jari kelingking dan jempolnya.
Begitulah pagi mereka lewati. Membersihkan rumah yang selama 2 hari tidak dibersihkan karena Arin di rumah sakit. Yah, memang Soobin yang banyak bekerja. Arin hanya duduk dan tiduran di sofa setelah memasukksn baju kotor ke dalam mesin cuci, memberikan arahan pada Soobin kalau ia bertanya apa yang harus dibereskan lagi. Kaos putih yang dikenakannya mulai menampakkan bercak-bercak keringat. Poninya yang ia kibas ke samping juga basah oleh keringat. Sesekali ia berkacak pinggang karena kelelahan.
"Capek beresin rumah?" Goda Arin.
"Enggak. Gini doang, ah, gampang." Katanya sambil beralih ke mesin cuci yang sudah mengeluarkan bunyi-bunyi tanda sudah selesai mencuci.
"Aku bantu gantungin baju ke kastoknya, boleh?" Tawar Arin.
"No!" Soobin menggeleng keras
"Bosen, aku jadinya ngantuk Bin." Arin cemberut. Ini masih jam 10 pagi, terlalu dini untuk tidur siang.
"Iya bobok aja kak, gaada yang ngelarang." Soobin mengambil kastok-kastok di keranjang. "Bobok di kamar aja sana biar enak posisinya, pinggangnya biar nggak sakit." Ucapnya sambil duduk, mengastoki baju yang nanti akan ia gantung di halaman belakang.
"Bener?"
"Iya kak." Katanya. "Udah tidur aja sana. Nanti makan siang aku bangunin, oke?" Soobin mengacungkan jempolnya.
Arin pun beranjak menuju kamarnya setelah mengacak-acak rambut Soobin yang basah keringat sambil mengelapnya dengan tisu.
"Hm, wangi." Soobin menciumi baju yang sudah selesai terpasang kastok. Ia membuka pintu belakang dan menggantungkannya satu persatu baju di sana.
Hari ini panas cukup terik. Yakin bahwa bajunya akan kering nanti sore. Soobin menata jarak bajunya agar tidak terlalu dekat. Ia menjemur dengan bersenandung, lagu yang ia putar acak dari playlist spotifynya.
"Kok banyak daun-daun kering sih." Soobin melihat halamannya yang kotor karena pohon tetangga yang meranggas ke halamannya. "Ntar deh ku sapu. Capek." Soobin duduk di kursi kayu dekat jemuran bajunya. Ia melipat kaki sambil meng-scroll ponselnya, beristirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Tangga [Soobin&Arin]
FanficMenikah emang banyak berantemnya, apalagi kalo usia pernikahannya masih muda, ditambah umur Soobin dan Arin yang memang masih sangat muda. Terlebih lagi Soobin yang setahun lebih muda dari Arin. "Kenapa sih kakak marahin aku terus." "Kak marah ya...