Kasihan Soobin

130 13 2
                                    


"Bin, kamu dimana?" Arin setelah mandi sore itu tak mendapati Soobin ada di kamar. Ia pun bergerak menuju ruang jemuran karena melihat pintu itu terbuka.

"Lagi ngangkat jemuran kak, udah kering." Ujarnya dengan sedikit peluh di dahinya. Soobin membawa satu bak penuh cucian kering dan hendak membawanya masuk. Tapi tiba-tiba Arin mundur menjauhi Soobin sambil menutup hidung.

"Habis itu kamu mandi ya." Ucapnya sambil mundur lagi.

"Iya kak." Jawabnya santai. Arin mundur lagi semakin menjauh. "Sebau itu?" Soobin menciumi bajunya. "Biasa aja, alay kamu."

"Bau kok emang." Balas Arin.

"Mana ada sih kak? Aku nggak bau." Soobin memutar matanya malas.

Lalu Arin pergi kembali ke kamar. Soobin mengekori setelah meletakkan bak cuciannya di ruang tengah. Ia melepas kaosnya dan meninggalkannya di lantai karena hendak mandi. Tapi tiba-tiba Arin mulai mengomel lagi.

"Jorok Soobin! Langsung taruh tempat cucian!" Ucapnya masih dengan hidung yang ia tutupi.

"Astaga kak. Ini cuman baju kotorku, kenapa gitu sih?" Soobin jadi sewot.

"Ya itu jorok Bin. Kamu tuh, kenapa sih nggak langsung ditaroh di cucian. Kenapa ditaroh lantai sembarangan gitu." Arin balas sewot.

Soobin mengernyitkan dahi, bingung. Karena biasanya kalau begini Arin yang langsung meletakkannya di tempat baju kotor. Soobin jadi ingat ucapan salah satu senior kerjanya di kantor.

"Awas ntar biasanya awal-awal hamil gini ada fase istri gamau dideketin karena suaminya bau."

Soobin mengerjap-ngerjapkan matanya, menatap Arin. Secepat itukah?

"Ngapain bengong gitu?" Arin menyadarkan Soobin.

"Eng-enggak. Oke-oke maaf ya." Soobin meraih kaos kotornya di lantai dan membawanya masuk ke kamar mandi. Tapi satu hal lagi yang ia lupa. Ia lupa membawa handuk dan baju bersih. Biasanya sih minta tolong Arin, tapi kalau kasusnya begini, apakah Arin mau?

"Sayang." Soobin melongok dari pintu kamar mandi. Mendapati Arin yang sedang membaca buku di kasur. "Lupa bawa handuk. Hehe." Ucapnya sambil tertawa. "Tolong ambilin dong. Aku udah selesai mandi kok, aman. Wangi."

Arin mengangguk. Memang sudah tercium wangi sabun dari kamar mandi. Tapi...

"Ih, apaan?! Kamu bohong, belom mandi kan?" Arin melempar handuknya ke Soobin. "Masih bau itu."

"Yaampun kak. Sudah mandi. Aku sudah selesai mandi, makanya minta tolong kamu ambilin handuk." Soobin memijit pelipisnya, kesal. Tapi ia ingat lagi, istrinya sedang hamil. Jadi ia urungkan kekesalannya. "Yaudah, aku mandi lagi ya. Aku keramas nih sekarang."

Arin mengangguk-ngangguk. "Yaudah bagus."

Sepuluh menit lamanya Soobin kembali mandi. Keluarlah ia dengan badan berbalut handuk dengan rambut yang masih basah. Sebenarnya wangi semerbak di ruangan kamar mereka. Tapi entan Arin tidak menemukan 'wangi' dari Soobin. Bahkan ia menutupi semua badannya dengan selimut. Soobin menggeleng-geleng. Mau tertawa tapi kasihan. Kasihan pada Arin dan pada dirinya sebenarnya. Tapi ia mencoba paham.

"Kak." Soobin duduk pelan di atas kasur, menepuk-nepuk pundak Arin. "Kamu nggak papa?"

"Gapapa." Jawabnya singkat.

"Aku masih bau ya?" Tanya Soobin sambil menahan tawa. "Katanya tuh emang gitu tau kak. Tapi aku nggak bau beneran kok. Cuman sugesti orang hamil aja. Beneran ini, aku nggak ngatain. Aku beneran ngasih tau biar kamu nggak kesiksa." Soobin menarik pelan selimut, tapi ditarik balik oleh Arin. "Yaudah, aku ke depan lagi ya, mau ngelipet baju buat dianter ke laundry-an buat di seterika. Kamu gamau nitip apa gitu?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rumah Tangga [Soobin&Arin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang