Perkara 1

155 28 17
                                    


"Kak. Pake ini aja." Soobin duduk di lantai dan menyingkirkan sepatu Arin dengan heels 2 centinya dengan sneakers berwarna putih.

"Nggak usah pake sepatu yang ada heelsnya dulu kak." Soobin memasangkannya di kaki Arin.

"Kamu beli ini kemaren?"

"Sebenernya ini tuh kado ultah kakak bulan depan tau gak sih. Yaudah sekarang aja kasihnya." Soobin menekuk mukanya.

"Kamu simpen di ruang kerja kamu?"

"Iyalah, kalo ku bawa pulang bisa ketauan kamu. Parahnya lagi bisa-bisa kamu ngira aku punya cewek lain.

"Heh!"

"Ya bercanda." Lalu Soobin tertawa. "Oh ya kak, nanti aku lembur. Pulangnya pagi, tapi habis itu aku di rumah terus. Jadi nanti aku gabisa jemput sama nganter kakak ke tempat bimbel." Jelas Soobin.

"Iya gapapa. Aku bisa naik grab atau nebeng temen kantor."

"Oke. Yuk berangkat." Soobin mengulurkan tangannya.

"Ngapain?"

"Gandeng kamu."

"Ngapain?"

"Ya nggak papa. Nggak boleh?"

"Nggak usah aneh-aneh, kayak anak kecil aja." Arin berdiri dan berjalan melewati Soobin.

Soobin tertawa dan menggandeng tangan Arin dengan paksa menuju mobil.

"Nggak ada orang juga. Ngapain malu-malu." Goda Soobin.

"Ngapain malu?" Arin mengernyitkan dahi.

"Oh, jangan-jangan kamu baper sama aku ya?"

"Aneh-aneh aja kamu." Arin masuk ke dalam mobil. "Kamu mau naik sini juga?" Kata Arin karena Soobin masih menggenggam erat tangannya.

"Eh, hehe maap." Lalu ia balik ke kursi kemudinya.

"Kamu tau nggak sih Rin, kemarin tuh ada trainee baru, cewek, dia tuh-,"

"Kenapa? Cantik?" Potong Arin.

"Ih kak! Apaan sih!" Soobin yang baru saja menancap gas mobilnya langsung menginjak pedal rem.

"Soobin!"

"Kakak sih aneh-aneh."

"Kan aku cuman nanya. Cantik?" Gurau Arin.

"Ya... mmmmm.. iya c-cantik." Ragu-ragu Soobin menjawabnya sambil menengok ke Arin patah-patah. Wanita itu sedang membenarkan alisnya yang kurang rata.

"Terus?"

"Ih kak, aku ceritanya bukan ke situ." Soobin gemas sendiri.

"Apanya?"

"Kamu ungkit-ungkit cantik apa enggak. Poinnya bukan yang itu." Pipinya menggembung.

"Iya terus? Aku nanya 'terus' itu maksudnya lanjutin emang kamunya mau cerita apa?" Jelas Arin.

Soobin melirik Arin dengan jengkel. "Dia itu caper ke Yeonjun."

"Maksudnya? Deket-deket gitu, nempel-nempel. Padahal kan harus ada batasnya."

"Beneran anak baru? Kok berani sih?" Arin mengaplikasikan kuas ke pipinya.

"Ya gatau. Nekat, mungkin dia emang suka nggoda laki-laki." Ucapnya asal ceplos.

"Hush! Kok gitu bilangnya."

"Ng-nggak m-maksudnya, mungkin dia emang suka caper-caper."

"Caper ke kamu?"

Rumah Tangga [Soobin&Arin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang