Dia Takdirku-16

531 22 0
                                    

Vriska POV

Aku dan Revan semakin jauh. Revan selalu bersama Sinta. Aku gak tau kenapa.

Masalah pas itu aku di tembak Julian. Aku nolak dia kok. Dia bisa ngerti. Bahkan sekarang dia jadi sahabat aku.

Aku kangen sama Revan. Aku pingin ngelupain dia tapi gak bisa. Setiap mau ngelupain pasti ingat mulu.

**

Waktu berjalan dengan cepat. Hari ini Revan dan teman-teman nya wisuda. Aku senang melihat dia yang sedang tertawa bersama teman nya.

Aku hanya bisa melihat dari jauh. Dari balik pohon. Udah kaya penguntit ya. Tapi aku gak mau ngeliat dia ngerasa gak nyaman.

"Selamat ya Revan. Semoga lo sukses" kataku lirih. Aku menahan air mataku supaya tidak mengalir.

Aku langsung pergi dari tempat itu.

##
Revan POV

Hari ini adalah hari yang bersejarah buat gua. Gua wisuda. Akhirnya selesai juga kuliah gua.

Rencana sih gua mau ke Jerman untuk kerja di sana. Cari pengalaman lah ya.

Ada yang ngasih gua selamat. Bunga. Bahkan ada yang minta poto bareng. Biasa lah orang cakep.

Haha ini gua terlalu pede.

Waktu semua pada sibuk berpoto ria. Gua mengedarkan pemandangan ke sekitar kampus.

Gua bakal ninggalin kampus ini. Gua bakal ninggalin dia. Kabar dia gimana ya? Gua udah jarang ketemu dia.

Gua melihat ada seseorang di balik pohon. Gua memfokuskan pandangan.

Itu dia yang selama ini gua rindu. Dia berbalik meninggalkan pohon itu.

Ya ampun gimana gua bisa ngelupain lo coba. Gua sayang sama lo. Gua cinta sama lo. Entah sampai kapan.

"Selamat tinggal Vris. Semoga lo bahagia" kata gua lirih.

**

Hari ini gua langsung berangkat ke Jerman. Semua sudah di persiapan dari jauh hari.

"Kamu jaga diri baik-baik ya" kata Mama.

"Iya Ma" Gua langsung memeluk Mama. Gua pasti bakal kangen sama Mama.

"Mama juga baik-baik di sini ya" kata gua.

Aku melepaskan pelukan Mama dan menghampiri Papa.

"Anak Papa udah gede. Harus banggain Papa sama Mama ya" kata Papa.

"Iya Pa. Pasti itu. Papa jagain Mama ya" kata gua sambil memeluk Papa.

"Udah pesawatnya mau berangkat tu" kata Papa.

"Ya udah Revan masuk dulu ya" kata gua.

Gua berat banget ninggalin Indonesia. Gua berharap dia ada di sini. Nahan gua supaya gak berangkat. Haha itu gak mungkin banget. Dia udah punya pengganti gua.

Setelah gua duduk dengan nyaman. Gua langsung mengirim pesan.
From: Revan

Gua berangkat. Jaga diri lo baik-baik ya. Semoga lo bahagia. Selamat tinggal

To: Vriska

##
Vriska POV

Drtttt..... drrrrtttt.....

Aku kebangun dari tidur siangku.

"Aduh siapa sih ini ganggu aja"

Aku membuka hp ku. Mataku langsung terbuka lebar setelah tau siapa orang yang mengirimiku sms. Aku membuka sms itu.
From: Revan

Gua berangkat. Jaga diri lo baik-baik ya. Semoga lo bahagia. Selamat tinggal

Setelah membaca itu aku langsung loncat dari tempat tidur. Aku langsung mengikat rambut ku asal. Aku langsung mengambil jaket ku dan kunci mobil ku.

Aku langsung ke mobil ku. Aku tidak peduli Mama yang memanggil ku.

Aku langsung menuju bandara. Aku tau dari Riski kalau Revan akan ke Jerman untuk bekerja disana.

Aku gak mau Revan pergi. Aku menjalankan mobil sambil menangis.

**

Aku langsung berlari mencari ke beradaan Revan. Tapi aku tidak menemukan nya.

"Revan jangan pergi" kataku.

Aku terus berlari. Aku berharap Revan belum berangkat.

Aku duduk di salah bangku di bandara itu. Aku benar-benar ingin Revan ada di sini.

"Kamu yang namanya Vriska" kata seorang wanita paruh baya dengan suaminya berada di depanku.

Aku langsung mendongak dan menghapus air mataku. Aku ingat wanita ini. Dia temannya Mama.

"Iya tante. Saya Vriska"

"Kamu mirip sekali dengan Arini" katanya. Arini nama Mama ku.

Aku hanya tersenyum.

"Saya Mama nya Revan. Nama saya Revi. Ini suami saya Haris" katanya.

Aku hanya tersenyum.

"Revan nitip ini sama tante buat kamu. Revan udah berangkat 5 menit yang lalu"

Sontak aku menangis di depan mereka. Mama nya Revan langsung memeluk ku.

"Udah jangan nangis. Revan bakalan balik lagi kok" kata nya.

Aku melepaskan pelukannya.

"Makasih ya tante. Aku gak nangis lagi kok" kataku berusaha tersenyum.

"Ya udah tante sama om pulang dulu ya"

Aku hanya mengangguk.

Mereka meninggalkan ku sendiri. Aku langsung beranjak dari tempat itu menuju mobil ku. Aku segera pulang.

**

Aku berjalan menuju kamarku. Aku benar-benar ingin mengistirahatkan pikiran ku. Tidak ada Mama di rumah. Untung lah karena aku lagi malas bercerita.

Di kamar aku duduk di tepi kasurku.

"Kenapa lo pergi Van?" Kataku.

Aku mengambil kotak yang diberikan oleh Mama nya Revan tadi.

Aku membukanya. Di dalamnya ada kotak musik dan ada beberapa lembar poto aku dan Revan disana.

Poto disaat aku dan Revan masih bersama. Aku menangis sejadi-jadinya.

Aku melihat poto saat kami jalan-jalan di salah satu tempat wisata. Ada juga poto ku. Poto Revan juga.

Revan apa kita bisa ketemu lagi? Apa kamu balik lagi ke aku?

Aku merindukan mu Revan. Sangat. Sangat. Sangat. Sangat merindukan mu.

________________________________

Yah Revan nya pergi. Vriska nya galau. Kasian ya Vriska. Jangan galau-galau ya Vriska.
Jadi kasian deh ngeliat Vriska galau.
Semoga suka ya ceritanya.:)

Selamat membaca:D

Dia TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang