𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟏𝟎 : 𝐑𝐮𝐧𝐚𝐰𝐚𝐲

187 47 19
                                    

Hari ini double update hehe
Happy reading 😁

Di sela langkah Lareina yang berat setelah meninggalkan ruang tamu, dia beralih berjalan seorang diri di lorong sembari melihat halaman luas dari balik kaca bening raksasa yang dipasang di sepanjang tembok lorong. Halaman itu biasanya kosong, tak jarang terkadang Lareina menghabiskan waktu di sana untuk membaca buku atau sekedar minum teh. Tetapi, kali ini dia menangkap sosok tak asing.

Cadfael Demetria berjalan seorang diri di sana. Kemeja hitam yang dari jauh tampak setengah tergulung, dengan celana khas yang biasa dia gunakan saat bepergian sebagai seorang ksatria. Lareina tidak tahu bahwa Cadfael sudah ada di rumah setelah dia mendengar bahwa laki-laki itu pergi ke istana untuk proses peresmian gelar. Itu saat-saat yang menyibukkan. Lareina bisa tahu pasti bahwa semua yang dilakukannya pasti mengundang lelah.

Di sela-sela itu, tiba-tiba Lareina terpikirkan mengenai pembicaraannya dengan ayahnya beberapa saat yang lalu. Pembatalan pertunangan yang sama sekali belum Lareina singgung pada Cadfael itu tiba-tiba membuatnya teringat bahwa sejak awal dia berniat memutuskan hubungannya dengan Cadfael. Tetapi, di sisi lain Lareina merasa dilema—dia takut akan kenyataan bahwa dia diam-diam mulai merasakan sesuatu yang lain setelah perlakuan Cadfael padanya.

Rasa hangat yang diam-diam menyebar, perasaan seperti Lareina ditarik pada palung lautan. Tatapan teduh Cadfael saat menatapnya itu mulai memberi afeksi berbeda, gestur tangannya, bagaimana saat Cadfael merengkuhnya, memegang tangannya, itu seperti Lareina diterbangkan di antara jutaan awan dan langit biru. Perutnya terasa dipenuhi kupu-kupu, semakin lama dia merasakannya, semakin Lareina merasa dirinya serakah.

Bagaimana jika dia pergi juga setelah semuanya?

Setiap saat, Lareina selalu mempertanyakan hal itu. Sejak awal, dia tidak punya hubungan yang dekat dengan Cadfael. Mereka bertunangan, dan Lareina ditinggalkan seorang diri selama dua tahun tanpa komunikasi. Hubungan yang terasa canggung, lama-lama berubah menjadi dingin dan asing. Tetapi, Cadfael tiba-tiba datang dengan sodoran tangannya lagi. Dia menarik Lareina lagi pada ketidakpastian yang tidak dia mengerti.

Ada apa?

Lareina selalu bertanya-tanya. Dia sudah sering ditinggalkan seorang diri. Jadi, dia berusaha memutuskan lebih dahulu sebelum kebahagiaan semunya dipatahkan tanpa sisa oleh kenyataan. Itu akan lebih menyakitkan saat dia terjatuh tanpa seorang pun menolongnya untuk naik lagi.

"Lareina,"

Sentuhan di pundaknya membuat Lareina berjengit kaget. Tanpa sadar, Lareina berhenti melangkah dan terdiam memandangi Cadfael dari balik kaca—tanpa tahu bahwa laki-laki itu telah menyadari keberadaannya dan pergi untuk menemuinya.

Saat berbalik, Lareina menangkap ekspresi teduh itu lagi. Rambut hitamnya itu terlihat acak, lalu kantong mata yang menghitam itu selalu ada di sana kapanpun Lareina melihatnya. Cadfael tampak kelelahan, tapi binar wajahnya itu tidak bisa disembunyikan. Lareina seakan-akan terbius setiap kali matanya menatap laki-laki itu.

"Kamu melamun tentang sesuatu? Lalu, kenapa berjalan-jalan dengan gaun tidur? Bukankah seharusnya kamu beristirahat?" Cadfael mengajukan pertanyaan dengan nada yang lembut. Suara berat yang selalu berusaha untuk terdengar halus.

"Ah, ini bukan apa-apa." Lareina menjawab dengan gestur canggung. Dia menggenggam kedua tangannya di depan dengan sedikit gelisah. Kebiasaannya ketika gugup. "Hanya saja tadi ayah saya datang berkunjung dengan Arséne." Lareina berkata.

Awalnya, ekspresi Cadafel tampak membayang hingga Lareina tidak mengerti apa yang tengah laki-laki itu pikirkan. Tetapi, setelahnya dia menarik senyum tipis. "Benar. Beberapa saat yang lalu, saya bertemu dengan Arséne dan berbincang sebentar," Cadfael berucap. Netranya itu bergulir pada wajah Lareina yang tampak cantik.

Demetria : Sail Into You [Chenle]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang