𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟏𝟖 : 𝐓𝐡𝐚𝐭 𝐃𝐚𝐲, 𝐖𝐡𝐞𝐧 𝐈 𝐖𝐚𝐬 𝐌𝐞𝐭 𝐘𝐨𝐮 (𝟏)

74 21 8
                                    

Brookhavén, capital city of Eurigent, two years ago.

"Ada lamaran yang datang untukmu."

Jarak sepersekian antara meja yang begitu tinggi dan sosok Lareina yang berdiri dengan gaunnya—membentang bagai jarak mental keduanya. Marquis Ovrin memang selalu dikenal sebagai pria pekerja keras, bahkan dia dikenal sebagai pejabat yang setidaknya selalu disibukkan dengan tugas kenegaraan dan dinas keluar kota. Dan bahkan untuk urusan putrinya, dia sama sekali tidak melepaskan pena tinta di tangannya hanya untuk melihat sosok Lareina Ovrin yang berdiri dengan sorot kaku di hadapannya.

"Apakah ayah berencana ingin menikahkan saya?" Pertanyaan yang meluncur tidak sekalipun menghentikan gerakan pena yang terus bergerak mencoret di atas dokumen. Marquis Ovrin bahkan tidak sekalipun mendongak untuk menatap wajah putrinya.

"Berencana atau tidak kamu tidak bisa menghindar dari lamaran pernikahan." Marquis Ovrin berujar.

Lantas rasa nyeri yang menyengat sesekali membuat Lareina pupus harapan. Pun genggaman di depan tubuhnya terasa menguat tanpa sadar. Kesadarannya mempertahankan ketegaran walau hatinya berdentum-dentum untuk mengisyaratkan syarafnya yang lain untuk segera menerima rasa kekecewaaan dan retak yang sama sakitnya.

"Begitu." Lareina menjawab dengan senyum tipis miris di ujung bibirnya.

Coretan di atas dokumen berhenti. Marquis Ovrin menatap sosok gadis dewasa di hadapannya sejenak. Mata biru dan rambut pirang itu begitu mirip dan serupa dengan mendiang istrinya, mengingatkannya dengan perasaan yang belum bisa dia relakan dengan mudah dalam secepat kilat. Dan dalam waktu singkat itu, tangannya melepas pena, dan meraih surat bersegel terbuka untuk disodorkan pada putrinya.

"Ini suratnya. Mempelai laki-lakinya adalah putra Duke Demetria, orang yang menyelamatkanmu dulu."

Ah, jadi kamu ingat peristiwa itu tapi sama sekali tidak datang untuk melihat kondisi putrimu.

"Jadi, ayah ingin saya pergi ke Demetria?" Lambang segel keluarga Demetria yang tercetak di atas surat terasa membuat rasa sesak di dalam dadanya bergejolak lebih kuat. Keluarga Duke yang masih berkerabat dengan keluarga kekaisaran. Pasti sulit untuk menolak lamaran dari keluarga bangsawan tinggi seperti itu.

Lareina tahu beberapa nona bangsawan yang mencapai umur untuk debutante terkadang akan menerima banyak lamaran. Tapi tidak banyak yang langsung mengirimkannya untuk bertunangan dan tinggal di rumah mempelai laki-laki. Ada banyak pertimbangan tentang hal itu, selain karena pertunangan yang terkadang bersifat politik, sehingga tidak selalu menuntut kedua pasangan untuk tinggal di satu rumah yang sama. Tapi juga tak jarang jika mereka dikirim untuk tinggal bersama tunangannya ditujukan untuk belajar budaya keluarga laki-laki lebih dalam.

"Jika kamu menolak ini, tidak akan ada kesempatan yang sama akan datang lagi. Reputasimu mungkin berpengaruh di pergaulan sosial." Marquis Ovrin melipat tangannya.

Jeda sejenak. Lareina melipat bibir sembari jemarinya memasukkan kembali lembaran kertas ke dalam surat. Itu hanya sebuah permintaan biasa, dia yakin surat lamaran resminya menyusul dalam perjalanan. Ayahnya tidak menolak, karena itu pihak Duke Demetria membuat langkah lebih dulu. Lagipula walau terdengar seperti mementingkan kondisi politik—sebenarnya sejak lamaran dikirimkan—Lareina tidak punya pilihan sama sekali. Menolak keluarga bangsawan tinggi akan dianggap sangat tidak sopan, terlebih lagi Demetria masih punya hubungan kerabat langsung dengan Kaisar. Pergaulan atas akan panas jika Lareina membuat pilihan seperti itu.

Yah, apa yang ingin ayahnya katakan hanya seperti terima saja jika ingin hidup dengan tenang.

Lareina menghela napas pelan. Dia memejamkan matanya sejenak, kemudian kembali menatap wajah ayahnya. "Baiklah. Saya akan pergi ke Demetria."

Demetria : Sail Into You [Chenle]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang