𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟐𝟐 : 𝐀 𝐖𝐚𝐫 (𝟑)

52 6 0
                                    

"PERANG! PERANG TELAH PECAH!"

"BANGSA WEYLIN MEREBUT WILAYAH COUNT ARLO!"

"SELAMATKAN PENDUDUK!"

"SELAMATKAN DIRI ANDA!"

Anak panah yang saling berjatuhan bagai piringan hitam yang diputar paksa untuk mengiringi teriakan dan jeritan kematian. Pakaian lusuh yang diselimuti pakaian compang-camping, berlarian dengan gurat kasar bak seorang kriminal yang baru saja tertangkap basah telah mencuri sebuah roti. Mereka yang menangis dan menjerit di antara kobaran api memeluk takdir yang telah pilu. Ledakan dari suara bubuk mesiu, suara besi pedang tipis yang beradu di ujung kota perbatasan, tembok beton saling berguguran setelah prajurit-prajurit tanpa seragam itu mengepung seluruh benteng. Rakyat menjerit pilu, prajurit berteriak dengan patriotisme yang tak ada ujungnya, mayat berhamburan seperti wabah yang tidak diperkirakan, darah mengalir bagai sungai deras yang tak bermuara.

"Wahai pemimpin agung, Baginda yang diberkati oleh dewa, matahari kekaisaran ini. Para rakyat telah melolong seperti anjing yang memohon untuk hidup.Tidakkah kamu bisa mengirimkan pasukan itu dengan kekuatan yang begitu suci? Saat darah setiap orang mengalir dan mayat membusuk di atas tanah, kobaran api menyala-nyala memperlihatkan kebengisan suatu negara yang bahkan tidak terjajah.Tidakkah kamu bersimpati pada dasar kekaisaran yang kini perlahan-lahan menjadi abu?"

"Bagiku, kamu yang begitu diberkati oleh Dewa, mengapa kamu menjatuhkan kiamat, seperti itu adalah sebuah pertunjukkan boneka? Eurigent yang terkutuk di atas darah rakyat yang mati karena berkatmu, pemimpin agung yang dihormati dan suci, kaisar negeri ini yang begitu dicintai. Karenamu, negeri ini telah terbakar karena keegoisanmu."

"Caius Heinrich de Eurigent membakar api ditangannya, dan menarik layar untuk pertunjukkannya, lalu duduk manis dengan pedang di tangannya. Dia akan menari-nari, untuk menggapai tujuannya, dan menghancurkan negerinya."

Tali boneka ditarik bagai jemari yang digenggam di lantai dansa. Tubuhnya yang bersenandung di atas atap kastil tersenyum bagai iblis yang sedang menikmati orang-orang yang berteriak di dalam kesukaran penderitaan. Kakinya bergoyang-goyang, jubahnya tertiup oleh angin panas yang terasa begitu hangat di kulit. Abu dari setiap potongan kain, suara teriakan yang khas, para prajurit yang menerobos masuk mempertahankan benteng, lalu nyanyian lembut yang keluar bagai suara lonceng kematian yang telah dia nantikan sejak lama.

Ia tertawa psikopatik dengan perasaan membuncah.

Baginya, perang yang terelakkan ini hanyalah sebuh batu loncatan. Mayat yang bersuara, rakyat Eurigent yang hidup makmur bahkan pemimpin wilayah yang gugur tidak berarti apapun. Begitulah bagaimana seorang kaisar yang begitu bengis melepaskan topengnya untuk menunjukkan tirani yang sebenarnya. Bunga yang telah layu akan mati digenggamannya yang terbelenggu oleh sihir. Nona muda yang begitu kaku akan layu saat ia menggenggamnya. Wanita yang diberkati oleh cahaya kekaisaran telah hilang peruntungannya. Kemudian, takdir akan memberikan muara darah pada keluarga itu.

Manipulasi, arogansi, dendam dan pengkhianatan bahkan kematian.

Saat kaca yang berdiri kokoh membayangi reka kejadian yang mematikan, halaman istana kekaisaran di dini hari pagi diselimuti oleh kabut dingin yang suram. Pohon-pohon tinggi yang memberikan vegetasi, terlihat menyeramkan di langit yang masih begitu gelap. Namun, dibaliknya para pemimpin wilayah terkemuka datang ke ibu kota, menginjak istana kaisar yang disebut sebagai berkat dari surga. Pun, prajurit yang silih berganti berjaga memperketat pengawasan ibu kota. Kereta kuda dengan lencana setiap lambang keluarga berhenti untuk menampilkan sosok masing-masing pemimpin wilayah yang turun dengan tergesa-gesa.

Wibawa yang dijaga melekat erat, dibalik ekspresi yang penuh ketenangan ada rasa duka dalam dan perasaan tidak nyaman. Begitu pula dengan pemilik singa yang agung. Melakukan perjalanan begitu kilat dari wilayah Demetria yang jauh, ia sampai dengan ekspresi yang tidak beda jauh. Kepala dayang milik kaisar menyambutnya dengan hangat dan sopan. Akan tetapi, teror duka yang baru saja tiba memberikan kesan yang memilukan ketika pintu ruang rapat para dewan bangsawan dibuka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Demetria : Sail Into You [Chenle]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang