23//

260 22 1
                                    

Pernikahanku akan tiba dalam 3 hari. Semua yang mengurus adalah Lucy, Susan, dan Louis. Entah kenapa. Padahal aku dan Edmund tak pernah meminta mereka. 

"Kak, dress mana yang lu pilih?" tanya Louis memberiku pilihan beberapa gaun. 

"Uhm, ini aja. Menurut lu gimana?" tanyaku menunjuk sebuah gaun yang indah. Gaun berwarna putih, rok yang panjang, bunga dimana mana, gaunnya yang tak berlengan. 

"Menurut gue bagus ajasi. Gue tanyain Lucy sama Susan," Aku mengangguk. Louis pun keluar seraya membawa gaun yang ku pilih. 

Tak lama kemudian Louis datang dan mengangguk. 

"Okelah," ucapku tersenyum. Louis menggantung gaun yang ku pilih itu dan memasukkannya kedalam 

"Oh, Lou, Edmund dimana?" tanyaku.

"Kenapa?" tanya Louis. 

"Pengen ketemu," ucapku. 

Louis menghela nafas secara kasar. "Kau tak boleh ketemu dengannya sebelum pernikahan lu. Berulang kali gue kasih tau. Ngeyel banget," ucap Louis menjitak jidatku. 

Aku meringis kesakitan seraya mengelus jidatku. 

"Kalau saja Edmund disini,  kau akan mati ditangannya," Louis menjulurkan lidahnya.

••

1 Hari lagi adalah hari pernikahan Elizabeth dan Edmund. Edmund tentu membantu yang lain untuk mempersiapkan pernikahannya sendiri. Seperti menaruh bunga disekitar kursi-kursi dan lain-lain. Disebaliknya, Elizabeth melihat Edmund dari jauh. Edmund mengangkat beberapa kursi menggunakan bajunya yang sedikit kotor. Badan bidangnya terlihat, keringat yang banyak mengelilingi wajahnya. Elizabeth ingin sekali menawarkannya handuk. Tetapi dilain sisi, Louis melihat kakak perempuannya dengan tatapan 'jangan coba-coba.'

Jujur saja, Elizabeth bingung kenapa ia tak diperbolehkan untuk bertemu dengan calon suaminya itu. Louis selalu melarangnya. 

"DAR!" 

"AHHH!" 

Lucy dari belakang mengagetkan Elizabeth. 

"Lucy!!!!!" Lucy tertawa terbahak-bahak. Bahkan tak bisa berhenti. "Kenapa kau mengagetkanku?" kesal Elizabeth melipat tangannya. 

"Maaf. Sepertinya kau fokus sekali," jawab Lucy yang masih tertawa. 

"Sepertinya sebentar lagi ada yang mengganti nama marga," suara yang tak diantara mereka berdua terdengar. 

Perempuan menggunakan dress ungunya, rambutnya berwarna coklat, dan matanya berwarna biru. Susan. 

"Iya. Dan kau, kapan menggantinya?" goda Elizabeth pada Susan. Susan memutarkan kedua bola matanya. Lucy dan Elizabeth tertawa pulas. 

"El, mau ku potong rambutmu?" tawar Lucy. "Rambutmu sudah terlalu panjang," 

Rambut Elizabeth sudah se pinggulnya. Dia tidak menyadari hal tersebut. Bahkan melupakan kalau ia memiliki rambut. 

"Pendek?" tanya Elizabeth. 

"Terserahmu," 

"Pendek saja kalau kau bisa," Lucy tersenyum dan mengangguk. 

Elizabeth ditarik oleh Lucy untuk memotong rambutnya. 

Dilain sisi, Edmund yang mengangkat kursi-kursi pun duduk di alas perbatasan antara pantai dan rumput. 

Always Here For You // edmund pevensieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang