Bagian dua

2.2K 243 20
                                    

"Aduh, ini teh Nak Sunghoon kenapa?" tanya Irene, ibu kandung Sunghoon.

Ni-ki menggeleng pelan. "Nggak kenapa-napa kok Ma, Kak Sunghoon cuma capek aja ngurus kegiatan MPLS makanya sekarang ketiduran gini," ujarnya sambil menyalim tangan kanan Irene.

Selepas itu Ni-ki pamit menuju kamar Sunghoon yang berada di lantai dua. Tidak perlu berpikir lama, ia kangsung saja memasuki kamar yang terdapat gambar Minions.

Oh? Ternyata suka Minions diam-diam.

Ni-ki merebahkan tubuh Sunghoon di atas kasur empuk sang kekasih. Ia meletakkan tas miliknya dan milik Sunghoon di lantai, membiarkan kedua tas itu terlihat mengenaskan.

Tangannya menyalakan pendinginan ruangan. Ni-ki juga melepaskan seragam Sunghoon menyisakan kaos hitam agar ia tidak kepanasan.

Ni-ki mengusap lembut rambut Sunghoon dan menyelimuti tubuh kakak gemasnya itu. Ia berdiam diri memandangi wajah polos pacarnya.

Seketika itu tangannya bergerak mengambil ponsel yang berada di saku seragamnya. Ni-ki  memotret wajah Sunghoon yang tampak sangat indah. Bibirnya terkekeh pelan melihat hasil jepretannya. As always, Kak Sunghoon-nya selalu menggemaskan.

Ni-ki menoleh kearah pintu kamar Sunghoon yang terbuka—menampilkan sosok Irene yang membawa dua gelas susu sama beberapa cemilan cookies.

Lelaki berusia 15 tahun itu segera bangkit dan mengambil alih papan lebar tumpuan minuman serta makanannya. Ia meletakkannya di atas nakas tepat sebelah kasur Sunghoon.

Irene mengusap lembut rambut Ni-ki yang sudah seperti anaknya sendiri. "Makasih ya. Oh ya, kamu nginap aja di sini temenin  Sunghoon, biar besok berangkat bareng aja sekalian. Tadi pagi Sunghoon nekat berangkat sendiri naik bus," bisik Irene pelan pada Ni-ki.

"Beneran Ma?" tanya Ni-ki terkejut. Bukan, bukan terkejut karena disuruh menginap, namun ia terkejut mendengar Sunghoon yang berangkat sendirian tadi pagi. Soalnya semalem Sunghoon berkata akan diantar oleh sang ayah.

"Iya, Mama pas bangun tau-tau tuh anak udah hilang aja, bahkan di dapur udah ada sarapan padahal masih jam setengah lima," ujar wanita itu.

Ni-ki menggeleng pelan mendengar tingkah Sunghoon tadi pagi. "Oh iya, Mama bukannya lagi masak tadi?" tanyanya, soalnya dari saat ia datang, hidungnya mencium bau wangi makanan.

Irene menepuk keningnya. "Astaga lupa!"

Ni-ki tertawa kecil melihat Irene yang segera berlari keluar dari kamar. Enggak anak enggak emak sama-sama suka ceroboh, fikirnya terkekeh kecil.

"Riki?"

Mendengar suara lirih itu, Ni-ki berbalik dan menemukan sosok Sunghoon yang mengerjap setengah sadar.

Manik indah Sunghoon menatap kearah Ni-ki sambil menjulurkan kedua tangannya. "Peluk."

Lelaki yang lebih muda bergeming. Ia hanya bersidekap dada tak memeluk sang kakak yang meminta pelukannya.

"Nishiii pelukkk," rengeknya.

"Tadi pagi berangkat jam berapa?" tanya Ni-ki, mengabaikan rengekan Sunghoon. Ia memilih duduk di kursi meja belajar milik Sunghoon.

Yang ditanya menelan ludah gugup, Sunghoon bangkit dari kasurnya dan menghampiri Ni-ki yang masih duduk anteng di kursi. Kursi yang bisa bolak-balik itu.

"Ni-ki maaf," ujar Sunghoon seraya menghentikan aksi Ni-ki yang memutar-mutar kursi tak mau menghadap ke Sunghoon.

Banyak amat dah panggilan lo.

Merasa dihiraukan, Sunghoon memaksa duduk di atas pangkuan Ni-ki dan memeluk erat leher pemuda blasteran Jepang itu.

"Answer the question, Kak."

"Jam 4 subuh," jawab Sunghoon pelan.

"Katanya berangkat sama Papa?"

Sunghoon mengeratkan pelukannya. "Maaf, harusnya emang sama Papa, tapi aku berangkat jam 4. Nggak enak bangunin Papa jam segitu," ucapnya, lebih pelan dari suaranya yang tadi.

Ni-ki tetap mengalihkan pandangannya tak mau menatap sang kekasih yang mungkin sebentar lagi akan menangis.

"Terus kenapa gak bilang ke gue?" tanya Ni-ki, lagi.

Sunghoon memegang wajah Ni-ki agar lelaki itu tidak menghindari tatapannya.

Aduh ini Ni-ki sengaja ngehindar biar gak kelewat gemas. Habis Sunghoon natap dia polos banget mana matanya berkaca-kaca gitu kan? Kalau gak ingat lagi marah udah Ni-ki gigit pipi Sunghoon sampai anaknya beneran nangis.

"No lo-gue with me Nishi."

Ni-ki tak mengidahkannya, ia hanya menatap tajam Sunghoon membuat lelaki manis itu menunduk sambil menggigit bibirnya pelan, jemarinya juga memilin ujung kaosnya.

Tahan Ni-ki, tahan.

"Maaf Ni-ki, aku cuma gak mau ganggu waktu tidur kamu hueee." Nahkan, nangis.

Ni-ki menghela nafas kecil, tangannya mengusap air mata kakak pacarnya itu. "Gak usah nangis, jelek kayak Dora."

"Dora emang dasarnya udah jelek! Banyak nanya lagi!"

Astaghfirullah.

"Iya, gak usah nangis lagi. Lain kali kalau mau kemana bilang dulu, mau jam satu pagi pun tetap bilang ke aku. Jangan ngerasa bakal ngerepotin atau ganggu aku. Kamu pacar aku, prioritas nomor satu aku, Kak."

Kewarasan Sunghoon menghilang, bye.

—————

tunggu nikhun selca sama aja kayak lagi nunggu duit jatuh dari pohon.

-senin, 20 september 2021.

AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang