Bagian duabelas

2.1K 180 26
                                    

Seisi kelas bahkan yang berkerumun di luar kelas menatap terkejut pemandangan di sana.

Sunghoon mendorong tubuh Ni-ki ke belakang-nya. Ia kini berdiri ditengah antara Ni-ki dan reina. Matanya menatap tajam gadis itu.

"Riki yang aku kenal itu anak baik, bahkan seisi dunia juga mungkin setuju," ujar Sunghoon berbicara pada Reina. "Tapi semua orang tau gue bukan anak baik, jadi..."

Sunghoon maju selangkah.

"Jangan berlagak seolah lo nomor satu, karena setelah dokter dan orang tua Ni-ki, gue orang pertama yang lihat dia pas lahir. Gue yang pertama kali denger dia ngucap kata pertama. Gue yang pertama kali lihat dia bisa ngerangkak sama jalan. Gue yang pertama kali lihat dia bisa makan sendiri pakai sendok. Ngelihat dia pertama kali pakai baju TK, SD, SMP, SMA. Ngelihat dia yang bisa nulis. Ngelihat dia yang bisa naik sepeda, bisa gambar, main bola, renang. Itu semua, gue yang pertama. Jadi, tau batasan lo, bocah."

Selepas itu, Ni-ki segera menarik pergelangan tangan Sunghoon. Ia ingin berbicara hanya berdua dengan sang kekasih.

Sunghoon membiarkan dirinya diseret, namun pandangannya masih tak lepas menatap marah ke gadis itu. Ia hanya terlalu kesal dan emosi hingga menitikkan air mata. Bibirnya terkekeh sarkas.

Langkah keduanya memasuki kelas seni yang berjarak cukup jauh dari kelas tadi. Ni-ki mengunci ruangan yang penuh dengan alat lukis itu sedangkan Sunghoon berjalan menuju ujung ruangan—menatap ke luar jendela.

Ni-ki menghampiri lelaki itu. Tangannya memegang kedua lengan Sunghoon dan memutar balik tubuh pria itu agar menghadap dirinya.

Wajah Sunghoon tertunduk, sama sekali tak mau mendongak menatap sang kekasih.

Jemari Ni-ki mengangkat dagu Sunghoon sehingga ia dapat melihat wajah kakak kesayangannya itu. Ni-ki tersentak pelan melihat ujung mata Sunghoon yang berair, ia mengusap lembut air mata Sunghoon.

"Look at me," ujar Ni-ki kala manik Sunghoon terus berlarian menghindari tatapannya.

Bukannya menurut, Sunghoon malah menggeleng dan memeluk Ni-ki erat. Menenggelamkan wajahnya di dada Ni-ki.

"Riki aku takut..."

Wajar buat Sunghoon untuk takut. Karena ini pertama-kalinya masalah muncul dihubungan mereka selama enam tahun menjalin hubungan.

"Sebenarnya... aku nggak gitu takut kalau kamu selingkuh. Lalu, kalau kamu mikir aku percaya sama ucapan Reina, sebenernya juga nggak terlalu. Pas aku ngelihat foto itu juga aku sempat mikir kalian satu kelas jadi mungkin aja pernah foto bareng," ucap Sunghoon bercerita.

Ia bercerita sedikut tersendat karena Sunghoon tetap tak mau mendongak.

"Aku takut, kalau aku natap kamu, aku sadar, there is no love anymore in there. Aku takut, takut kalau kamu udah nggak sayang lagi sama aku, takut kalau kamu lebih milih ninggalin aku sendirian. Riki, aku takut ditinggal sama kamu..."

Melihat pundak Sunghoon yang bergetar pelan, Ni-ki menghela nafas sesaat kemudian mengusap surai lelaki itu. "Prove it, Kak. Lihat aku, dan buat kesimpulan sendiri. My heart always be yours. My eyes always just look at you. Look how beautiful my boyfriend, look how my precious human alive."

Ni-ki mengusap rahang kecil milik Sunghoon, jemarinya mencoba mengangkat dagu lelaki itu agar menatap matanya. Sunghoon mencoba memberanikan diri dengan mendongak, bertubrukan langsung dengan mani Ni-ki, yang menatapnya penuh kasih.

"Did you still found your love in my eyes, Kak?"

Sunghoon mengangguk pelan. Bibirnya menyunggingkan senyuman lebar, tanda bahwa ia sangat bahagia.

Tangannya mengalung indah pada tubuh Ni-ki, mengamitkan kedua tangannya sendiri.

Lalu—duk!

Wajah Sunghoon jatuh bertumpu pada pundak Ni-ki.

"Kak? Kak Sunghoon?" panggil Ni-ki panik, tangannya mengguncang bahu Sunghoon yang sama sekali tidak merespon.

"Anjing," maki Ni-ki pelan kala menyadari kakak kesayangannya itu, pingsan.

***

Ni-ki berdiam diri duduk di kursi sebelah kasur Sunghoon. Bibirnya sesekali menghela nafas gusar. Sunghoon-nya pingsan lagi, karena maag.

"Ikiii..."

Suara lirih itu membuat Ni-ki menoleh. Mendapati Sunghoon yang mengulurkan kedua tangan dihadapannya.

"Mau peluk."

"Hah." Ni-ki sontak saja berdiri dan memeluk tubuh Sunghoon yang masih terbalut pakaian seragam sekolah dengan selang infus yang menancap di tangan kirinya.

"Bandel."

Sunghoon merengut pelan. "Maaf."

"Jangan sakit lagi," ucap Ni-ki, lebih ke memerintah.

"Enggak sakit!"

Ni-ki menyentil pelan dahi Sunghoon. "Kalau enggak sakit gak bakal masuk rumah sakit."

Ceklek!

"CAKEEE!" teriak Sunghoon riang kala menemukan sebuah kue yang dibawa oleh perawat rumah sakit. Matanya berbinar tampak siap akan melahan semua kue tersebut.

"Makan bubur dulu baru boleh makan kue," ujar Ni-ki sambil mengambil mangkok berisi bubur.

Sunghoon melengkungkan bibirnya ke bawah. Mau tak mau ia harus memakan bubur terlebih dahulu daripada harus menghadapi Ni-ki yang marah kan?

***

Nshmura_

Liked by 175 others

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Liked by 175 others.

Nshmura_ gemes lucu kecil, punya gue🥺
yang ngambek mau makan kue tapi malah jatuh kena muka🥺 happy anniversary yang ke-tujuh, sayang🤍

Pinned comment: Prkshoon 🤨⁉️jelek, hapus Ikiii mencemarkan nama baik😔

—————

-senin, 18 oktober 2021.

AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang