Bagian tujuh

1.7K 181 9
                                    

Seberhubungannya dengan MPLS telah selesai, maka dihari Minggu yang seharusnya menjadi tenang, adem, dan tentram harus rusak karena kehadiran Ni-ki yang merecoki Sunghoon meminta sang kekasih untuk berkencan atas dasar karena 'aku sudah berusaha jadi anak baik dengan ikut MPLS'.

Halah, ia jadi anak baik ikut MPLS kan karena ada Sunghoon bukan karena berusaha jadi anak baik.

Sedari sepuluh menit yang lalu, Ni-ki menyelinap masuk ke kamar Sunghoon melalui pintu balkon yang tentu saja terkunci. Namun Ni-ki memiliki kunci cadangannya. Ia melompat-lompat di atas kasur Sunghoon dan memeluk erat tubuh Sunghoon membuat badan pemuda itu ikut berputar-putar sesuai arah gerak Ni-ki yang tak mau diam.

"Rikiii aku ngantukkk!" rengek Sunghoon, tangannya menarik selimutnya ke atas hingga menutup sempurna wajahnya.

"Kemarin tidur jam berapa?" tanya Ni-ki selidik.

Sunghoon bergumam tak jelas. "Jam dua."

Ni-ki sontak menghentikan aksi menganggu Sunghoon, kalau dipikir-pikir memang nggak punya otak sih dia gangguin orang jam 6 subuh gini.

"Kenapa malem banget? Kan aku udah bilang nggak boleh gadang."

Jemari Sunghoon menurunkan perlahan selimut yang menutupi wajahnya, ia mengintip pelan ke arah Ni-ki yang kini menatapnya serius. Sunghoon sontak menarik kembali selimutnya dan beringsut ke tepi kasur, menjauhi Ni-ki.

Gubrak!

Karena tidak melihat, tubuh Sunghoon yang terbalut selimut jatuh ke lantai dari atas kasur yang lumayan tinggi.

"Aish."

Ni-ki segera bangkit dan menggendong tubuh Sunghoon. Wajah cantik Sunghoon menyembul dibalik selimut. Tangannya mengusap kepalanya sakit, bibirnya mencibik pelan, dan manik matanya bergetar. Intinya dia kesakitan.

"Makanya lain kali hati-hati, kakak kecillll," tegur Ni-ki selepas meletakkan tubuh Sunghoon di atas kasur. Jarinya mengurut pelan kepala Sunghoon yang terasa sakit sedangkan tangan Sunghoon memainkan kaos Ni-ki yang kusut.

"Masih sakit?"

Sunghoon menggeleng. Ia memeluk Ni-ki erat dan wajahnya ia benamkan di ceruk leher Ni-ki.

"Mau es krim," lirih Sunghoon pelan.

"Iya ayo makan es krim, tapi sekarang mandi dulu," ujar Ni-ki sambil menggendong tubuh Sunghoon memasuki kamar mandi dan meletakkan Sunghoon didalam bathup.

Jari Ni-ki menunjuk ke arah gantungan. "Pakai handuk yang paling ujung, jangan yang tengah karena kamu kemarin pakai itu buat lap lantai, kotor," ucapnya memerintah. Jemarinya kini berpindah ke arah kotak kaca.  "Lalu pakai shampoo yang warna biru, jangan yang kuning karena nanti matamu sakit lagi." Masih belum berakhir, tangan Ni-ki lanjut menunjuk ke arah keran bathup. "Dan yang terakhir, putar ini ke kiri, jangan putar ke kanan, jangan sampai salah lagi. Jangan mandi pakai air dingin."

Ni-ki benar-benar hafal se-detail apapun tentang Sunghoon.

Ia mengambil sisir di atas nakas dekat bathup, tangannya bergerak menyisir rambut Sunghoon agar sesudah mandi nanti rambutnya tidak kusut. Ni-ki menyetel alarm selama sepuluh menit dengan jam bergambar Minions di atas nakas. Ia juga turut memutar lagu acak yang membawa  ketenangan.

"Kalau alarm-nya nyala, berhenti mandi, ngerti? Jangan coba-coba main air atau boneka Minions kamu aku bakar semua. Aku siapin baju kamu di luar, jangan lupa minum air putih yang aku taruh di dekat hp-mu. Aku tunggu di bawah, ada bubur ayam."

Sunghoon mencibik pelan. "Aku bukan anak kecil Rikiiii," cibirnya.

Ni-ki mengangkat bahu tak peduli, jarinya menyentil pelan dahi Sunghoon. "Kamu emang bukan anak kecil, tapi kamu kakak kecil yang akan dan selalu aku perhatiin."

Selepas itu, Ni-ki mengusap pelan rambut Sunghoon kemudian keluar dari kamar mandi dan beranjak ke lemari pakaian Sunghoon.

Ni-ki menelaah satu-persatu pakaian yang dimiliki Sunghoon. Ia tampak berpikir sesaat sebelum pada akhirnya memilih sweater biru dan celana panjang warna hitam.

What a soft colour.

Setelah itu Ni-ki meletakkannya di atas kasur Sunghoon, kemudian ia berjalan ke ujung kamar Sunghoon dan mengambil gelas kaca serta termos air. Ni-ki menuang hingga setengah gelas kemudian menaruhnya di atas nakas sebelah kasur Sunghoon bersamaan dengan letak ponsel Sunghoon.

Ia melakukan semua itu dengan telaten seolah memang sudah menjadi kebiasaannya.

Jam telah menunjukkan pukul 7 pagi, Ni-ki turun ke meja makan dan mulai memindahkan bubur ayam yang semula dikotak menjadi di atas piring. Tak lupa ia menuang susu ke gelas. Ngomong-ngomong, Irene ibu Sunghoon baru saja pamit ke pasar.

Beberapa menit setelah itu Sunghoon tiba di meja makan. Ia duduk tepat di depan Ni-ki.

"Minum dulu," ujar Ni-ki sambil menyodorkan segelas susu milik Sunghoon yang langsung diterima sang empu.

"Makasih Nishiii!"

Ni-ki tersenyum kecil. "Kembali kasih, sayang."

Btw dua-duanya tim bubur diaduk, jadi jangan ngarep ada pertengkaran.

—————

aku makan bubur... ga diaduk soalnya gak ada yang bisa diaduk alias—lauknya aku singkirin, aku cuma makan buburnya or sometimes sama kerupuk🥺🥺🥺🥺 ga jelas ya, emang suka aneh jenis-jenis makananku.

-kamis, 23 september 2021.

AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang