Bagian tiga

1.6K 209 6
                                    

"Ni-ki? Cepet banget datang."

Yang disapa mendongak. Ia melambaikan tangan menyapa teman barunya itu. "Hei Sun, kebetulan aja sih bangun pagi hari ini. Jungwon mana? Tumben nggak bareng."

Sunoo terkekeh pelan. "Kebelet dia, di toilet sekarang," ujarnya kemudian duduk di belakang meja Ni-ki.

Jam menunjukkan pukul enam pagi. Ni-ki sudah tiba di sekolah sejak satu setengah jam yang lalu karena mengikuti jadwal milik Sunghoon. Lebih tepatnya sih memaksa agar ia ikut Sunghoon.

Kalau dibilang selama itu Ni-ki hanya duduk berdiam diri di kelas tentu saja salah. Sepuluh menit yang lalu ia baru tiba di kelas karena selama sejam lebih Ni-ki asik memeluk tubuh Sunghoon di ruang osis. Hanya saja perlahan banyak siswa yang mulai masuk termasuk anggota osis membuat Ni-ki harus segera keluar dari ruang osis, sedikit tidak rela meninggalkan kekasihnya.

Ni-ki melirik kebelakang sekilas, mendapati Sunoo yang tengah asik melihat ke arah jendela.

"Apa yang menarik dah dari jendela?"

Sunoo mendengus pelan. "Ada orang ganteng."

Mendengar hal itu, Ni-ki ikut memandang keluar jendela yang berpapasan langsung dengan koridor kelas. "Kak Sunghoon maksud lo?" tanyanya kala mendapati disana ada Sunghoon.

Yang ditanya mengulum bibir sesaat. "Kak Sunghoon emang ganteng sih, tapi gak dulu deh judes banget kayak nek lampir. Mending lihatin Kak Jake, adem gitu."

Dalam hati Ni-ki meng-iyakan. Bukan iya-in atas ucapan yang mengatai Sunghoon judes kayak nek lampir, tapi nge-iya-in kalimat yang 'mending lihatin Kak Jake' karena Ni-ki gak suka miliknya dipandang penuh puja selain oleh dirinya.

***

"List barang-barang disetiap kelompok yang kemarin disuruh bawa oleh panitia Hanbin, kalau kurang satu barang seluruh anggota push up 10 kali di depan."

Seluruh kelompok menjadi waswas dan mulai mengecek seluruh bawaan mereka. Mulai dari sabun Rinso, sikat gigi, sandal warna pink, balon, boneka bayi, mayones, dan juga--madu.

"Shit! Kelompok kita gak ada yang bawa madu?"

Itu kelompok satu.

Dan yang berujar panik tadi adalah Jungwon, ketua kelompok.

"Yang bawa madu harusnya siapa?" tanya Yuna, gadis itu sudah ketar-ketir karena malas harus push up.

"Ni-ki!"

Yang disebut memandang heran anggota kelompoknya. "Lho? Sejak kapan? Kok gue gak tau?"

"Lo gak ngecek group kemarin?" tanya Sunoo yang dibales gelengan kepala oleh sang empu.

"Pantes! Mampus aja lah kita, lo juga tumben ga ngecek group padahal megang hp tiap detik," sinis Wonyoung sambil melirik tangan Ni-ki yang memegang ponsel logo apple.

"Mana pembimbing kita Kak Sunghoon lagi..." Sunoo bergumam lirih, serem aja gitu auranya.

Kepanikan mereka teralihkan kala suara sang ketua osis memasuki indra pedengaran seluruh siswa. "Ketua kelompok yang nggak bawa maju kedepan."

Mau gak mau Jungwon selaku ketua kelompok maju kedepan, Ni-ki di belakang-nya mentapnya tak enak.

"Kelompok satu? Barang apa yang tidak dibawa?"

Suara Sunghoon begitu dingin kala menyadari kelompok yang tidak lengkap merupakan kelompok bimbingannya.

Jungwon menetralkan detak jantungnya sesaat. "Madu Kak."

"Siapa yang bertanggung jawab akan madu?"

Belum sempat Jungwon membalas pertanyaan sang kakak kelas, sebuah suara lebih dulu menawab pertanyaan itu. "Saya Kak!"

Ni-ki mengangkat tangan kanannya dan berjalan keluar dari barisan, ikut berdiri disebelah Jungwon.

"Alasan?" seketika suara Sunghoon kembali normal, tidak seintimidasi tadi.

Ni-ki mengulum bibirnya sesaat. "Maaf Kak! Kemarin saya nggak buka hp sama sekali karena harus ngurus anak nakal yang gak makan seharian dan berakhir jatuh sakit. BANDEL banget kan Kak? Harusnya saat itu saya tinggalin aja biar dia kapok sama sekaligus saya bisa nyari madu. Tapi karena dia gemesin—" ucapan Ni-ki terhenti kala Jungwon menyenggol lengannya pelan.

Oh, ia lupa lagi berbicara didepan banyak pasang mata.

Sunghoon menatapnya kesal. "Iya, emang harusnya kamu tinggalin aja dia biar kamu gak perlu repot ngurusin anak BANDEL kayak orang itu," ujar Sunghoon penuh penekanan.

Ni-ki tersenyum kecil, bahkan saat kesalpun Sunghoon tetap menggemaskan.

"Tapi nanti dia nangis Kak."

"Pede banget kamu dia bakal nangis," deliknya.

"Ya gimana ya, saya diemin aja orangnya nangis dua jam."

Gak tau ah! Sunghoon marah, kesal. Pokoknya ia gak mau ngomong sama Ni-ki seharian.

Ia menghela nafas sesaat agar tidak refleks melempari sang kekasih dengan mic digenggamannya. "Jungwon ambil madu sana sama panitia Jay, lalu kamu Nishimura Riki, push up gantiin teman-temanmu."

Bukannya mengeluh, Ni-ki malah tersenyum. 100 kali push up gak bikin dia mati sih. Yang bikin dia mau mati itu pas harus ngadepin kegemasan Sunghoon kayak saat ini.

Tepat saat push up ke-empat puluh, Sunghoon malah menyuruhnya berhenti membuat yang lain berpandang bingung. Itu refleks, soalnya Sunghoon melihat Ni-ki tampak kesulitan bernafas padahal lelaki itu hanya keselek ludah sendiri makanya batuk-batuk.

"Udah deh stop, males saya harus mantengin orang push up. Nanti kamu mati saya yang digentayangin sama anak BANDEL-mu itu."

Masih marah ternyata walau terselip rasa khawatir.

—————

ini apa.

-senin, 20 september 2021.

AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang