Bagian sembilan

1.2K 132 4
                                    

"Nishiii, aku kesal banget! Masa tadi aku gak kedapetan jajan susu sih!" gerutu Sunghoon.

"Nishiii aku kangennnn."

"Sabar sayang, baru juga tiga hari aku di Jepang. Empat hari lagi aku balik kok."

Di seberang layar ponsel Sunghoon, Ni-ki tengah berbaring di atas kasur. Memang, tiga hari yang lalu Ni-ki harus kembali ke asal tempatnya lantaran terdapat sedikit masalah di keluarganya.

Sunghoon mengembung pipinya kesal. "Aku mau terbang kayak superman biar bisa nyusul kamu ke Jepang!"

Ni-ki terkekeh. "Jangan terbang, nanti kalau jatuh sakit. Terus kamu nangis lalu aku gak bisa meluk kamu."

"Aku gak bakal nangis!" elak Sunghoon.

"Iya-iya enggak nangis. Paling cuma cemberut sambil natap aku berkaca-kaca, terus jari kamu bakalan mainin kaos aku, hidung kamu bakalan sumbat—"

"Nggak ih Rikiiii!"

Ni-ki tertawa kencang melihat wajah Sunghoon yang menatapnya penuh rasa kesal. Kalau Ni-ki berada di sana saat ini, sudah dipastikan Sunghoon akan melayangkan ribuan pukulan serta cubitan di lengan Ni-ki.

"Kakak kecillll."

"Eummm?"

"I love you."

***

Sunghoon sibuk menyalin materi biologi yang berada di papan tulis ke buku catatannya. Ia sedari tadi terus berkutat dengan catatannya tanpa memedulikan kebisingan kelas di jam istirahat terutama kedua temannya yang duduk dihadapannya.

Tak!

"Anjing!" Sunghoon refleks memaki kala tangan Jake menyenggol lengannya hingga mengakibatkan tulisannya jadi jelek.

"EH MAAF HOON SUMPAH, INI GARA-GARA JAY DORONG GUE." Jake berujar panik, ia tau seberapa tak sukanya Sunghoon bila keganggu ketika sedang belajar.

Sebelum Sunghoon mengamuk, Jay buru-buru menyela. "Hoon maaf Hoon sumpah, gue gak sengaja soalnya kaget denger gosipan anak kelas 10 yang bilang si Nishimura Riki anak Jepang itu pacaran sama primadona kelas 10. Habis kan gue jadi ngerasa bangga berasa jadi mak comblang yang waktu pas camping nyuruh tuh orang nyanyi di depan."

Sunghoon yang semulanya ingin melempari kedua temannya dengan buku tebal berjudul Kamus Besar Bahasa Indonesia sontak terhenti tergantikan raut bingung.

"Nishimura Riki?"

Jake mengangguk. "Iya, yang waktu itu nyanyi sambil lo yang megang mic. Masa lo gak ingat sih?"

"Gak peduli juga," gidik Sunghoon.

"Eh eh yang itu bukan sih? Reina 10 Ipa 3?" tunjuk Jake pada gadis yang berjalan melewati kelas mereka.

"Iya, panggil gih," suruh Jay.

Jake iya-in aja, dia kan suka gossip.

"Reina bukan? Sini masuk dulu, gue mau denger informasi dari sumbernya langsung."

Jake langsung saja menarik tangan gadis itu dan mendudukkan tubuh gadis itu di kursi Jake tadi.

"Ada apa ya Kak?" tanya Reina bingung.

"Lo pacaran sama Nishimura Riki?" tanya Jay menyela.

Reina mengerjap pelan, pipinya secara tiba-tiba bersemu. "Ni-ki? M-memangnya kenapa ya Kak?"

"Pacaran gak?"

Gadis itu mengangguk pelan. "Iya..."

"Sejak kapan?" tanya Jake antusias—lebih ke kepo sih.

"Sehari sebelum Ni-ki ke Jepang Kak," jawab Reina.

"Ih anjir ini pasti berkat gue," ujar Jay yang langsung saja digeplak Jake. "Kepedean lo."

Sunghoon meremat erat penanya. Ni-ki yang mereka maksud bukan kekasihnya kan...?

"Ada foto berdua gak? Biar in case jadiin bukti, lumayan gue bisa buka sesi comblang," ucap Jay yang lagi-lagi digeplak oleh Jake.

"Comblang dari mananya buset? Perasaan lo cuma nyuruh tuh anak nyanyi doang bukan confess atau pdkt-in mereka."

Jay bodo amat dengar ucapan Jake, ia lebih milih memfokuskan diri pada Reina yang tengah memuka ponselnya. "Ini Kak."

Sunghoon refleks menoleh ke belakang.

Benar. Itu Ni-ki. Itu Nishimura Riki-nya.

Bahkan dari foto saja terlihat bahwa mereka emang dekat.

Lalu Sunghoon harus apa...

Selepas Reina keluar dari kelas mereka, Jay dan Jake kembali membicarakan adik kelas mereka itu.

Sedangkan Sunghoon tak bisa konsentrasi sama sekali. Pikirannya kacau. Bahkan untuk sekedar menulispun tangannya gemetar.

Tanpa berpikir panjang, Sunghoon menutup semua bukunya dan memasukkan secara brutal ke tasnya. Ia bangkit dari kursi dan pergi meninggalkan kelasnya menghiraukan panggilan dari Jay maupun Jake.

Otaknya seketika nge-blank. Ia bingung harus ngapain. Air matanya perlahan menetes. Ia tertawa sarkas, Sunghoon benci jadi cengeng jika berhadapan dengan hal berkaitan Ni-ki.

Tungkainya berjalan pelan menuju rumahnya.

Sepi, kedua orang tuanya sedang berpergian ke luar negri perjalanan bisnis.

Sunghoon mengunci pintu rumahnya dan segera memasuki kamarnya sendiri. Ia juga turut mengunci pintu kamar serta menutup akses pintu balkon menggunakan sapu sehingga membuat pintu itu tak mungkin bisa dibuka.

Ia mengurung diri di kamar. Pandangannya mengarah ke langit-langit kamarnya.

Sunghoon memikirkan banyak hal di otaknya.

Segala overthinking-nya mulai menyeruak memenuhi kamarnya.

Tangannya bergerak mengambil ponsel yang ia letakkan di atas nakas. Jarinya memencet tombol panggilan pada kontak Ni-ki.

Sesungguhnya, ketimbang takut akan fakta bahwa Ni-ki memang selingkuh, Sunghoon jauh lebih takut jika harus bertemu langsung dengan Ni-ki dan menyadari—tidak ada lagi cinta di matanya.

Ia takut.

Takut jika Ni-ki bosan. Takut jika Ni-ki tak memandangnya sama lagi seperti biasanya. Takut jika Ni-ki memang hanya menganggapnya sebagai kakak. Takut jika selama ini Ni-ki hanya merasa harus melindunginya, bukan mencintainya.

Maka dari itu—

"Hallo?"

"Ni-ki, putus yuk?"

—Sunghoon nyerah akan rasa takutnya.

—————

aneh banget dah, kenapa aku gabisa ngetik yang ngefeel gituuuu. kenapa selalu gagal ngetik konflikkkk. kalau ga ngefeel pura-pura ngefeel aja deh:(

-jumat, 24 september 2021.

AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang