Bagian delapan

1.4K 136 6
                                    

"Nishiii aku mau vanillaaaa! Kenapa milih rasa strawberry?" rengek Sunghoon menarik kaos Ni-ki yang sedang memesan es krim pada mbak kasir.

"Vanilla terus, bosen."

Sunghoon merengut pelan, ia mencibir sang kekasih dalam hati. Kakinya menghentak kesal dan ia berbalik memilih duduk di salah-satu kursi dekat jendela.

Ni-ki terkekeh. Ia segera membayar uang dan menghampiri Sunghoon yang masih menatapnya kesal.

"Bercanda sayanggg," ujar Ni-ki kemudian meletakkan semangkok es krim dihadapan Sunghoon yang rasa vanilla dengan ceres dan oreo sebagai topping.

Sunghoon mendelik, ia melirik mangkok lainnya. "Terus kenapa beli rasa strawberry juga? Kamu mana mau pesan buat dirimu sendiri. Biasa juga modus minta disuapin," ucapnya.

Kalau soal per-modus-an, Ni-ki juaranya.

"Kepo."

"Kan aku nanya!"

Ni-ki mengusak pelan rambut Sunghoon. "Udah lanjut makan sana."

Sunghoon menggidik bahu kemudian lanjut makan es krim-nya. Melihat Sunghoon memakan dengan lahap, tanpa sadar Ni-ki ikut tersenyum melihatnya. Rasanya hangat melihat binar mata Sunghoon yang tampak begitu indah setiap ia sedang memakan sesuatu yang disukainya.

Ni-ki berjalan keluar dari kedai es krim meninggalkan Sunghoon yang memandangnya kebingungan. Dibalik kaca jendela, Sunghoon dapat melihat Ni-ki yang menghampiri sosok anak kecil laki-laki kisaran berusia enam tahun tengah bermain dengan kucing.

Dari arah pandang Sunghoon, ia dapat melihat sang kekasih duduk di sebelah anak itu dan memberikan mangkuk yang berisi es krim rasa strawberry tadi. Bibirnya tersenyum hangat, Ni-ki memang anak yang baik.

***

"Nishiii lihat iniii! Lucu banget kayak kamu," ujar Sunghoon sambil menunjuk salah satu hewan anjing yang berukuran besar.

Ni-ki mendelik melihat anjing itu yang terus menempel pada Sunghoon. Sudah hampir sepuluh menit mereka tiba di caffe hewan ini dan udah sepuluh menit pula anjing itu duduk di pangkuan Sunghoon.

"Ihh yang ini mirip Jake!" seru Sunghoon sambil menunjuk anjing yang menghampirinya.

"Ihh ying ini mirip jiki," cibir Ni-ki meniruin ucapan Sunghoon tadi.

Yang diledek tertawa kecil. "Kenapa? Cemburu, iya?"

Ni-ki memajukan wajahnya. "Kalau iya kenapa?" bisiknya.

Tak berselang lama Sunghoon spontak memukul bahu Ni-ki agar mundur. Di sini banyak orang, Sunghoon kan malu.

"Kenapa cemburu? Hati aku cuma milik kamu, sampai bumantara runtuh sekalipun hati aku tetap akan selalu jadi milik kamu."

Ni-ki gak suka kalau Sunghoon udah larut dalam kebahasaan, ucapan dari bibir sang kekasih akan membuatnya mabuk hingga pusing dengan efek samping ingin tersenyum lebar secaa terus-menerus.

Tolong kembalikan Sunghoon yang cerewet dan manja saja, Ni-ki tidak akan sanggup menghadapi sisi Sunghoon yang berjiwa puitis.

Sunghoon menoleh ke belakang kala menyadari tidak ada sahutan apapun. Ia mengernyit bingung melihat Ni-ki yang melamun menatapnya.

"Rikiii! Jangan melamun, nanti dirasukin hantu, rawr. Emang Nishi mau?"

—Ternyata, sisi Sunghoon yang manja juga tidak sehat buat jantungnya.

"Kak udah sore, ayok ke taman katanya mau lihat sunset?" tanya Ni-ki mengalihkan diri dari kegemasan Sunghoon.

"Ih iya ayooo!" Sunghoon segera bnagkit setelah ia memindahkan anjing tadi dari pangkuannya.

AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang