HAPPY READING!
"Kita bertemu lagi, Lady Clarance"
Ucapan yang lebih terdengar seperti bisikan itu membuat Liana membatu sejenak. Dengan cepat ia mendongak, menatap pasangan dansanya dengan raut terkejut. Namun dia langsung menetralkan rasa terkejutnya.
'Astaga, kenapa aku harus bertemu dengan dia lagi. Dasar Lady Vincent sialan!' Umpat Liana dalam hati.
"Ehm, benar Tuan. Senang bertemu dengan anda"
Liana memasang senyum ramah. Walau hati menyumpah serapahi Lady Vincent yang meninggalkannya ditengah tempat dansa sendirian, kesopanan tetap harus dipertahankan bukan?
'Tapi, ngomong-ngomong soal dansa, sepertinya aku melupakan sesuatu'
Liana mulai bergelut dalam pikiran. Sampai dia merasakan ada yang aneh dengan lantai yang dia pijak. Dia menunduk, matanya terbelalak melihat kakinya yang menginjak kaki pasangan dansanya.
'Astaga, aku melupakan satu hal, aku kan tidak bisa berdansa!' Teriaknya Liana histeris dalam hati.
"M-maafkan saya Tuan" Liana langsung buru-buru meminta maaf dengan raut panik.
Sedangkan sang empunya hanya tersenyum kecil, "Tidak apa-apa, lady"
'Walau dia bilang begitu, tapi kan tetap saja......'
"Apa kita berhenti saja" Liana kembali membuka suara.
"Saya sungguh tidak apa-apa"
Liana menghela napas, "Baiklah"
Tak lama setelah pembicaraan mereka berakhir, musik berhenti. Para pasangan yang telah selesai berdansa saling membungkuk kepada pasangan mereka dan mulai meninggalkan aula dansa.
Begitu juga dengan Liana, setelah dansa selesai Liana langsung pergi dengan setengah berlari ke pinggir. Namun merasakan tangannya dicekal, Liana menoleh. Rupanya seorang pria piranglah pelakunya.
"Ada apa, Tuan?" Tanya Liana.
Pria itu langsung buru-buru melepaskan tangan Liana, "Ah, maaf atas tindakan saya yang kurang sopan Lady. Saya hanya ingin menyapa Anda. Perkenalkan saya Rivene Vello de Ambire"
"Saya Yeryvica Floura de Clarance"
'Tunggu, tadi marganya Ambire? Bukankah itu juga marga milik salah satu antagonis yang akan muncul di pesta ini?'
"Lady Clarance, jika Anda berkenan maukah Anda berdansa satu lagu dengan saya?"
Ucap Rivene sembari mengulurkan tangannya ke Liana."Terimakasih atas ajakannya, namun sayang sekali saya tidak bisa melakukannya" Tolak Liana dengan halus.
"Ah, baiklah. Tidak apa-apa Lady"
Rivene tertunduk lesu, membuat setitik rasa bersalah timbul di hati Liana.
'Aku harus cepat pergi untuk melakoni peranku'
"Saya permisi lebih dulu, Tuan Muda Ambire"
"Silahkan, Lady"
Liana berjalan dengan agak tergesa ke arah labirin yang tak jauh dari tempat pesta berlangsung.
'Aku yakin di novel tempatnya ada disini'
Liana berjalan sambil mengamati area sekitar. Hingga matanya melihat 4 nona bangsawan. Satu dari mereka jatuh terduduk di tanah, dan 3 lainnya terlihat tengah menindasnya.
'Ketemu'
Liana berjalan menghampiri mereka sembari berkata, "Apa-apaan ini"
Mendengar suara Liana mereka semua menoleh dengan raut terkejut. Salah satu dari mereka berujar dengan lantang kepada Liana, "Siapa kamu!"
"Bukankah aku yang seharusnya bertanya? Siapa kalian sampai berani menindas orang lain?" Ujar Liana sinis.
"Kau sendiri siapa?! Berani-beraninya ikut campur! Cepat katakan siapa namamu!" Ujar gadis bersurai jingga sambil mengayunkan tangan, mencoba menampar Liana.
Namun tepat sebelum tangannya menyentuh Liana, Liana lebih dulu menepisnya dengan keras.
"Yeryvica Floura de Clarance. Itu namaku"
"Cla-Clarence?" Ucap gadis bersurai jingga itu dengan nada terbata. Sedangkan 2 orang lainnya yang sedari tadi hanya berdiri diam menampilkan raut terkejut, dan berlari pergi.
Sementara gadis bersurai jingga itu diam untuk sesaat, namun akhirnya berbalik pergi mengikuti 2 orang temannya.
Sekarang yang tersisa hanyalah Liana dan gadis bersurai merah yang terduduk di tanah. Liana mengalihkan atensinya ke arah gadis itu, dan mengamatinya selama beberapa saat.
' Rambut dan bola mata bewarna merah, kecantikan yang dapat membuat semua orang merasa iri, serta kemurniaan yang terpancar dari wajahnya bak aura dewi yang turun ke bumi. Dia sesuai dengan deskirpsi Roseria yang ada di novel'
Setelah selesai mengamati, Liana mengulurkan tangan kepada Roseria. Roseria merasa ragu untuk sesaat, namun akhirnya tetap menerima uluran tangan Liana. Setelah berhasil berdiri, ia pun membungkukkan badan dan berterimakasih.
"Terima kasih telah menolong saya, Lady Clarance. Perkenalkan, saya Roseria Leora de Jennison"
"Anda bisa memanggil saya Yeryvica saja, Lady Jennison. Dan saya harap lain kali Anda dapat melakukan pembelaan diri saat ditindas"
"Baik, kalau begitu Yeryvica juga panggil saya Roseria saja" Ujar Roseria sambil tersenyum manis.
"Baiklah"
' Cahaya muncul saat dia tersenyum, benar-benar khas tokoh utama sekali'
"Sepertinya kita harus segera kembali ke tempat pesta, karena kita tidak boleh melewatkan pidato yang akan Baginda Raja sampaikan di akhir pesta"
"Benar, kita harus bergegas"
Tepat saat Liana dan Roseria sampai, Raja beserta Ratu mulai memasuki aula. Baginda Raja langsung menuju mimbar yang telah disediakan, dan Ratu berdiri di sampingnya.
'Hanya Raja dan Ratu? Putra Mahkota tidak hadir?'
Beberapa bangsawan mulai berbisik satu sama lain menyadari ketidakhadiran Putra Mahkota. Menyadari situasi yang ada Raja langsung mulai angkat bicara.
"Ehm. Aku akan mengucap terima kasih kepada para bangsawan yang telah hadir di sini. Dan ......."
Seluruh bangsawan diam dan mendengarkan pidato dari Raja dengan khidmat. Situasi itu berlangsung selama beberapa saat.
"...... Sayang sekali Putra Mahkota tidak dapat hadir di sini karena sebuah urusan. Namun ku harap hal itu tidak menyurutkan kegembiraan kita di hari yang indah ini. Hidup Deronia!"
Raja menutup pidatonya dengan sebuah sorakan di akhir kalimat. Dan bangsawan lain pun mengikutinya.
"Hidup Deronia!" Sorak para bangsawan secara serentak.
To Be Continued
Haiiii
Maaf lama banget nggak update😌Btw, aku mau ngasih cast Roseria.
Gimana, cantik kan hehe
Biodata
-Nama : Roseria Leora de Jennison
- Usia : 17 tahun
- Tinggi badan : 160 cmOkee segini dulu untuk chapter ini.
See you next time🌼
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Jadi Tokoh Figuran!
FantasyLiana Anelia, seorang gadis modern berusia 21 tahun yang masuk kedalam sebuah novel. Ia bersyukur karena merasuki tubuh salah satu tokoh yang tidak penting , bukanlah tokoh antagonis maupun protagonis yang akan terasa merepotkan menurutnya. Sampai s...