Part 13

1K 98 5
                                    

Happy Reading!

Melihat dua orang itu, Liana beringsut mendekatkan dirinya pada Louis. Perasaan takut yang sempat hilang kembali menyerang.

Tapi Liana merasa sesuatu yang janggal, saat dirinya merasa tak asing dengan perawakan tubuh salah satu dari mereka.

"Mau kita apakan mereka?" Ucap salah satu dari 2 orang berjubah itu, sedangkan yang satunya lagi hanya diam memperhatikan Liana dan Louis.

Wajah mereka buram dikarenakan cahaya yang temaram, satu hal yang dapat dipastikan, mereka berdua laki-laki.

".... Hei kau, Tuan Muda Clarance. Kau pasti sudah tahu tempat apa ini kan?" Ucap laki-laki berjubah itu lagi.

"Yah, tentu aku tahu" Jawab Louis santai.

"Sifatmu yang tidak tahu situasi dan kondisi itu masih tetap sama rupanya"

"Kau juga masih sama, masih lemah dan tidak waras" sarkas Louis.

Liana memperhatikan Louis dan lelaki berjubah itu bergantian.

'Mereka saling kenal?'

Mendengar ucapan dari Louis, orang itu menggeram kesal.

"Cih, mungkin di pertarungan terakhir aku kalah, tapi di dalam menara ini aku lebih unggul darimu"

'Menara?'

Krak

Terdengar suara besi patah, disusul Louis yang berdiri. Tangannya yang semula terikat dengan rantai, telah terlepas.

"Kalau begitu, ayo buktikan"

Mata Liana membulat tak percaya, ' Kalau rantainya bisa dilepas semudah itu, kenapa tidak dari tadi?'

"Clarance sialan!"

Orang yang beradu mulut dengan Louis sedari tadi itu, mengeluarkan gumpalan sihir hitam yang berkobar dari tangannya dan dilemparkan ke arah Louis berada. Namun dengan gesitnya, Louis berhasil menghindar, hingga serangan itu berakhir mengenai tembok hingga retak.

Giliran Louis mengeluarkan sihir berupa air yang awalnya berputar mengeliling tubuhnya, tiba-tiba melesat cepat mengenai lawan. Ia terpental dan membentur tembok, darah sempat mengalir dari hidungnya.

" Apa ini yang kau sebut unggul?" Ucap Louis, yang lagi-lagi memprovokasi. Membuat sang lawan berseru tak terima.

Dengan cepat orang itu kembali berdiri dan melayangkan serangan dengan lebih brutal. Ia melayangkan belasan bola-bola api hitam ke arah Louis. Salah satu bola api itu hampir mengenai Liana, andai Louis tidak sigap menciptakan barier pelindung untuk melindungi adiknya.

Sedangkan Liana sendiri, masih mematung melihat perkelahian antara 2 ahli sihir itu. Rekan laki-laki berjubah yang bertarung dengan Louis juga hanya memperhatikan dari sudut ruangan.  Namun, entah mengapa rasanya fokus orang itu bukan berada pada rekannya yang sedang berkelahi, melainkan Liana yang tengah terduduk tak berdaya.

Mungkin karena rasa terkejut dan takut bercampur menjadi satu dalam diri Liana, ia merasa kesadarannya perlahan menghilang.

'Uh, sial. Aku tidak boleh pingsan, aku harus tetap sa-

•••••••••••

Liana POV

Urgh, aku pingsan lagi. Ini menyebalkan, bisa-bisanya aku pingsan disituasi yang mengerikan seperti tadi, untungnya aku masih selamat. Mataku mengerjap-ngerjap untuk menyesuaikan cahaya ruangan yang remang. Masih dengan penglihatan yang sedikit kabur,  netraku menangkap sesuatu bewarna merah. Mataku menyipit, berusaha untuk melihat lebih jelas obyek itu.

Namun, saat retina ku telah berhasil menyesuaikan diri dengan cahaya ruangan aku tersentak kaget. Sesuatu bewarna merah itu, rupanya merupakan rambut seorang pria yang tak asing. Pria itu, Claudius Boston yang memperkenalkan dirinya saat pesta debutante dan orang yang berdansa denganku saat pesta di istana, sedang duduk beberapa meter dari tempatku berada dengan matanya yang tertuju padaku.

Masih dengan pikiran yang diliputi kebingungan, aku bangun dari posisi berbaring ku dan duduk di ranjang yang kutempati sedari tadi. Sejenak suasana hening tanpa salah satu dari kami membuka suara, hanya saling melakukan kontak mata.

".... Tuan?"

Aku berusaha membuka pembicaraan terlebih dulu, namun ia tak menjawab. Hingga beberapa saat kemudian matanya terpejam sesaat, dia menghela napas sebelum bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiriku.

"Bagaimana keadaanmu, Nona Clarence?" Tanyanya, yang bediri tepat di depanku.

"S-saya baik-baik saja. Tapi dimana ini? Kenapa saya bisa bersama dengan Anda? Dan dimana kakak saya?"

Pertanyaan beruntun ku lemparkan pada Claudius karena tak sanggup lagi membendung rasa penasaranku.

Belum sempat Claudius menjawab, seseorang dengan kasar mendobrak pintu ruangan yang sedang kutempati dengan kasar. Rupanya itu adalah Louis.

"Kakak"

Lega rasanya melihat ia baik-baik saja, walau ada perban di pergelangan tangan kanannya.

Louis berjalan cepat ke arah ku berada, dan menjauhkan aku dari pria bernama Claudius itu.

"Jangan menyentuhnya!" Ujar Louis dengan nada lantang ke arah Claudius.

"Jangan salah paham Tuan Muda, jika saya memiliki niat jahat saya tidak akan repot-repot menyelamatkan kalian berdua dari menara itu" Sanggah Claudius dengan nada datar yang selalu digunakannya.

"Aku hanya berhati-hati, pengguna sihir hitam seperti kalian gemar ber omong kosong"

"Jika penyihir hitam lain mungkin iya, tapi saya tidak"

Tepat setelah Claudius menyelesaikan ucapannya ia berjalan keluar ruangan meninggalkan aku dan Louis. Tak lama kemudian seorang gadis muda dengan pakaian pelayan datang dan berkata akan membantu ku untuk mandi.

Mendengar hal itu pun Louis bermaksud untuk pergi, tapi ada sebuah pesan yang dia sampaikan.

"Yery, jangan terlalu percaya dengan pria tadi"

Kata-kata Louis menciptakan sebuah tanda tanya baru di kepalaku, padahal sudah ada ribuan tanda tanya terkait kejadian yang kualami dari penculikan dan tempat yang kusinggahi sekarang.

Untungnya beberapa saat kemudian aku mendapat kesempatan untuk bertanya. Setelah selesai mandi pelayan muda tadi memberiku makanan dan mengantarku ke sebuah ruangan lain yang rupanya telah terdapat Louis dan Claudius yang menungguku.

"Duduklah, Nona Clarence" ucap Claudius mempersilahkanku duduk. Aku memposisikan diri duduk tepat disamping Louis, dan berhadapan dengan Claudius.

"Anda mungkin bingung dengan situasi yang terjadi saat ini. Namun sebelum itu, saya akan memperkenalkan diri saya terlebih dulu"

'Memperkenalkan diri? Bukankah itu sudah pernah ia lakukan?'

To Be Continued

thank you for reading my work which is still full of flaws🌼

Aku Jadi Tokoh Figuran!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang