HAPPY READING!
Liana berjalan dengan agak tergesa melewati koridor. Beberapa kali sapaan dari para pelayan terdengar di telinganya, namun hanya ia tanggapi dengan anggukan singkat.
Beberapa saat kemudian, Liana sampai di depan sepasang pintu kayu berukuran besar.
Liana membungkuk, menumpukan kedua tangannya ke lutut. Napasnya ter engah-engah bagai lari keliling lapangan bola 30 putaran, keringat mengucur bebas di pelipisnya namun langsung ia seka dengan punggung tangan.
Liana mendongakkan kepalanya ke atas.
"Tempatnya yang ini kan?" Gumamnya lirih diselingi dengan helaan napas.Tak ingin berlama-lama di depan pintu Liana mendorong salah satu gagang pintu yang terlihat begitu kokoh dan melangkah masuk ke dalam. Liana mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan. Mendapati ruangan besar yang hanya hanya ada buku dan beberapa tempat duduk membuatnya yakin bahwa ini adalah tempat yang ia cari.
"Huft, akhirnya ketemu"
Kalian tahu ruangan apa yang Liana cari? Yap, perpustakaan. Dia harus berkeliling kediaman besar ini untuk mencari perpustakaan karena hampir tidak ada perpustakaan di ingatan Yeryvica. Mau bertanya pada pelayan pun enggan, bisa-bisa di cap sebagai pemalas yang tidak mengetahui perpustakaan di rumahnya sendiri.
' Mungkinkah Yeryvica memanglah pemalas yang tidak pernah membaca buku? Huh lupakan, bukan waktunya memikirkan itu' Batin Liana diikuti dengan gelengan ringan.
"Tapi perpustakaan ini besar sekali, level orang kaya memang beda ya" ucap Liana pelan dengan sorot mata terkagum.
Liana berjalan ke arah rak, menyusuri satu persatu rak buku yang berjejer demi mencari buku yang diinginkannya. Beberapa kali ia menaiki tangga untuk menjangkau rak di bagian atas.
Dan sekitar 30 menit kemudian, ditangannya telah terdapat beberapa buah buku yang bertumpuk."Urgh, berat sekali" Gumam Liana yang terlihat kepayahan membawa buku-buku.
Liana mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mendapati sepasang meja kursi kayu di sudut ruangan samping jendela yang menampakkan pemandangan langit jingga.
'Sepertinya tempat itu nyaman'
Liana berjalan ke arah sepasang meja dan kursi itu. Menaruh buku yang ia bawa di meja dan mendudukkan diri di kursi.
"Wah, tempat ini lebih nyaman dari dugaanku"
Sepertinya Liana telah menemukan tempat duduk favoritnya di perpustakaan.
Liana mulai membuka buku pertama. Raut wajahnya berubah serius.
Suasana terasa hening selama beberapa waktu, hanya suara jarum jam di sudut ruangan yang terdengar. Liana menaruh konsentrasi penuh pada buku bacaannya.
Satu persatu buku telah ia baca, dan hanya meninggalkan satu buku yang tersisa.
"Kenapa kebanyakan buku tentang sihir hanya membahas soal White Magic, dan hampir tidak ada yang membahas soal sihir hitam?"
Liana mengambil buku terakhir, dan mengamatiya. Buku itu terlihat tua jika dibandingkan dengan buku-buku lainnya, dengan sampul bewarna hitam dan tulisan "Origin of Magic" menghiasi sampul. Namun Liana tak mau ambil pusing mengenai penampilan buku itu. Perlahan lahan Liana membuka sampul bukunya, membaca kata demi kata yang tertera di kertas.
"Loh, apa ini?"
Berbeda dengan buku lain yang menjelaskan tentang sihir White Magic, buku ini malah menjelaskan tentang sebuah menara di sebuah pelosok desa.
Dahi Liana mengernyit bingung.
Liana kembali menilik sampul bukunya, mencoba memastikan bahwa buku yang di ambilnya tak salah.
'Aku tidak mengambil buku yang salah, tapi kenapa isinya begini?'
"Huh, sudahlah"
Liana menyandarkan kepalanya ke kepala kursi. Mata Liana melihat ke sekeliling , dan terhenti pada jam dinding di pojok ruangan.
"Ah, sudah jam segini, aku harus pergi untuk makan malam"
Liana berdiri, berjalan ke arah rak dan menaruh buku yang diambilnya satu persatu pada tempat semula. Dan tinggalah buku tua bersampul hitam yang ada ditangannya.
Liana kembali berjalan dan berhenti di depan rak buku lain. Tangannya terangkat mencoba menaruh buku yang dibawanya ketempat semula. Namun saat Liana hampir menaruh buku itu di rak, tangannya terhenti.
'Apa lebih baik aku simpan saja? Mungkin saja sebetulnya buku ini berguna'
Tangannya yang terangkat kembali di turunkan. Liana pun berbalik, meninggalkan perpustakaan dengan tangan kanan yang menggenggam buku bersampul hitam.
To Be Continued
Halo, masih ada yang inget cerita ini?
Maaf ya, udah update nya lama banget chapter nya pendek lagi wkwk
Seperti biasa makasih buat yang udah vote dan baca ceritaku yang gaje ini.
Nggak nyangka loh vote nya tembus 1k😭Thank you all
Sampai ketemu di chapter depan dahhh🌼( Kemarin part ini udah aku publish, tapi aku unpublish lagi karena ada beberapa yang mau aku ubah)

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Jadi Tokoh Figuran!
FantasiaLiana Anelia, seorang gadis modern berusia 21 tahun yang masuk kedalam sebuah novel. Ia bersyukur karena merasuki tubuh salah satu tokoh yang tidak penting , bukanlah tokoh antagonis maupun protagonis yang akan terasa merepotkan menurutnya. Sampai s...