Cassie sama sekali tidak bergerak, kepalanya kembali memutar ingatan mimpi dengan sang ayah. Rumah mengerikan, lantunan musik, perabot dan dinding dalam rumah yang gelap, Krigg berubah jadi Shadows, juga Shadows yang berusaha menariknya. Semua memori tersebut membuat Cassie sakit kepala, tanpa disadari ia jatuh terduduk.
"Cassie. Cassie. Kau baik-baik saja?" tanya Kyle sambil memegangi kedua lengan sepupunya. Raut wajah pria itu menunjukkan kepanikan, sementara Eversly di belakangnya memasang ekspresi khawatir.
"Kyle, tempat ini ... tempat ini ...." Telunjuk kanan Cassie menunjuk bangunan.
"Ada apa?" sahut Kyle.
"Tempat ini yang ada di mimpiku saat ayah berkunjung." Kalimat yang lolos dari bibir si perempuan bermata hijau langsung membuat Kyle dan Eversly terbelalak. Mereka berdua tak percaya jika Cassie pernah ke tempat ini di mimpinya.
Eversly orang pertama yang kembali ke mode normal, gadis itu langsung saja menarik si perempuan berambut cokelat untuk berdiri. "Kita tak punya waktu banyak, Anda bisa menceritakan sisanya nanti."
Ucapan Eversly benar, mereka seharusnya tidak membuang waktu. Bisa saja penghuni rumah itu mengetahui kehadiran mereka kalau tidak hati-hati. Ketiga orang itu pun langsung kembali berjalan mengendap-endap menuju taman samping rumah. Di taman samping hanya diisi oleh pohon-pohon besar dan kursi kayu. Sama seperti sebelumnya, Eversly kembali memimpin jalan. Rumah keluarga Obumbratio benar-benar besar, Cassie bahkan sempat salah mengira kalau rumah itu lebih layak disebut kastil seram. Dalam hatinya dia memang mengatakan itu.
Eversly berhenti di dekat sebuah dinding bangunan. Dari jauh, dinding itu tampak biasa saja, tetapi begitu didekati rupanya ada patahan yang terlihat rapi seperti memang sengaja dibuat demikian.
"Ini pintu rahasianya. Kita bisa aman jika melalui pintu ini. Di dalamnya ada lorong panjang rahasia yang nantinya keluar di bawah tangga menuju lantai atas." Tangan pucat Eversly meraba-raba balok bata yang ada di sana. Setelah menemukan yang ia cari, barulah gadis itu menekannya. Dalam sekejap, dinding tersebut terbuka sedikit. Jadi, Eversly pun mendorongnya.
Hal pertama yang mereka lihat adalah lorong gelap dengan hawa mencekam. Lagi-lagi Cassie teringat dengan mimpinya. Interior bagian dalam rumah Obumbratio yang menyeramkan membuat nyalinya ciut. Mendadak saja si perempuan bermata hijau enggan untuk memasuki lorong. Dari ekspresinya yang benar-benar terlihat jelas, berhasil membuat Kyle dan Eversly paham. Jadi, gadis pucat itu masuk terlebih dahulu.
"Aku akan menyalakan obornya," ucap Eversly sembari mengeluarkan korek api dari balik saku gaun.
"Kau punya korek api?" tanya Kyle dengan raut terkejut. Akan tetapi, pertanyaannya tidak dijawab.
Eversly yang sudah menyalakan satu obor memberi isyarat pada Cassie dan Kyle untuk masuk. Kepala pria berambut cokelat menatap sepupunya, dan dengan gerakan lembut langsung menggenggam tangan si perempuan. Senyum yang terlihat menenangkan berhasil memberikan suntikan keberanian untuk Cassie.
"Baiklah, ayo kita lakukan ini. Setidaknya kita sudah sejauh ini, kan?" ujar Cassie mencoba menyemangati dirinya sendiri.
"Jangan khawatir, aku akan melindungimu," bisik Kyle seraya berjalan menuntun sepupunya ke dalam lorong.
Lorong itu gelap, persis seperti lorong bawah tanah dalam cerita-cerita horror dan thriller. Dinding yang tadinya menjadi pintu kembali tertutup saat Eversly mendorongnya. Sekarang cahaya dari luar benar-benar lenyap, tergantikan oleh api obor. Suara yang terdengar selain deru napas mereka adalah cicitan tikus. Kyle dan Cassie sudah menduganya, sesekali mata mereka memperhatikan tanah yang dipijak. Jaga-jaga jika tikus melewati mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadowglass Covenant [TERBIT]
Fantasy(Sebagian isi telah dihapus untuk kepentingan penerbitan. Bisa dipesan di Tokopedia dan Shopee) "Saat kau memasuki Shadowglass, kau akan menemukan rahasia gelapnya. Tapi, perlu kau ingat bahwa seseorang yang masuk ke kota itu tidak pernah keluar dar...