BAB 8

52 14 1
                                    

P.S
Lagu di mulmed dinyalakan setelah ada tanda 👉 ◀ Play Song ▶ di adegan kedua.

❇❇❇

Kota Shadowglass terlihat sangat tua, bangunan-bangunannya terbuat dari kayu dan tampak lapuk. Selain itu, suasana mencekam begitu terasa. Ketika Cassie dan Kyle berjalan di sekitar bangunan-bangunan berdempet, mereka menyadari bahwa bangunan itu tidak layak huni. Kebanyakan kaca jendelanya pecah, bahkan ada dinding yang berlubang ditutupi kain kumal. Mereka menyadari bahwa kota tersebut sangat jauh berbeda dari Eriwald. Selain itu, hanya ada beberapa orang yang terlihat berlalu-lalang. Shadowglass seakan-akan kota mati.

Setelah lama berjalan, mereka menemukan sebuah bangunan dengan pagar batu setinggi pinggul orang dewasa. Di dekat pagar, terdapat papan kecil bertuliskan ROLAND TAVERN yang warnanya nyaris pudar. Bangunan itu memiliki dua lantai, atapnya ditutupi genting merah muda berlumut. Sepertinya, sejauh Cassie dan Kyle melihat, hanya bangunan itu saja yang terbuat dari tembok. Bahkan rumah kecil di sampingnya terbuat dari kayu yang diwarnai hitam.

Saat keduanya memasuki tavern, mereka terkejut menyadari bahwa tempat itu sepi. Hanya ada dua orang pria tengah mengobrol di meja bar. Di hadapan mereka, ada satu gelas bir kosong. Salah seorang pria menyadari kehadiran Cassie dan Kyle, langsung terbelalak alih-alih membalas sapaan Kyle. Tentu saja, hal ini membuat si pria yang duduk sembari mengangkat satu kaki menoleh. Pria itu juga sama-sama terkejut.

"Orang baru?" kata dua pria itu bersamaan.

"Maaf, kami ingin bertanya sesuatu," ujar Kyle dengan senyum ramah. Tangannya bergerak untuk melepas topi.

"Apa yang kalian lakukan di Shadowglass?" Pria yang berdiri di belakang meja bar menatap tidak percaya. "Tidak seharusnya kalian di sini, atau kalian ...."

Seorang pria dengan kulit kuning langsat, rambut hitam, dan mata cokelat menurunkan satu kakinya. Ia lalu berdiri memandangi dua pendatang baru dengan datar sebelum mengembuskan napas keras. "Wah, sepertinya kita bakal pesta lagi. Kalau begitu aku mau cari daging."

Menyadari kalau pria berambut hitam berjalan santai ke arah pintu, si pria di balik meja bar pun langsung mendengkus. "Setidaknya kau bayar dulu, Ace! Sudah banyak bir yang tidak kau bayar!"

Tanpa menoleh, pria bernama Ace itu hanya melambaikan tangan. "Hutang dulu, ya."

"Hah? Kau kira aku tidak rugi?!"

"Ayolah, Roland. Aku tidak punya cukup uang. Nanti kuganti deh dengan daging rusa atau ikan." Setelah itu Ace pergi ke luar tavern, meninggalkan si pemilik kedai bersama Cassie juga Kyle yang kebingungan.

"Dia itu suka sekali tidak membayar," gerutu Roland. Mata abu-abunya lantas melirik dua pendatang yang masih setia berdiri tak jauh dari posisinya. "Jadi, kau mau tanya apa?"

Kyle tampak terkejut, tetapi segera memasang senyum ramah. "Kami mencari penginapan."

"Penginapan? Tidak ada penginapan di sini." Roland mendengkus. "Lagi pula, siapa yang mau datang ke kota terkutuk? Aku yakin sekali orang-orang di luar hutan kabut juga tak mau mendekat. Hanya orang tak takut mati saja yang mau."

Kyle menatap Cassie dengan alis terangkat, lalu kembali menatap Roland saat pria itu melanjutkan ucapannya. "Meski banyak orang-orang penasaran datang kemari, mereka tak pernah bertahan lama. Lebih seringnya mereka meninggalkan barang-barang yang ujung-ujungnya dibuang, atau diperebutkan warga kalau ada uang atau pakaian."

"Berarti memang banyak yang datang kemari?" tanya Cassie sembari berjalan mendekati meja bar.

Roland yang saat itu tengah mengelap meja bar langsung mengangguk. "Ya. Mereka punya tujuan masing-masing saat datang kemari. Nah, bagaimana dengan kalian? Apa tujuanmu datang ke—ah, apa pun tujuan kalian, lebih baik tinggalkan kota ini sebelum dia menemukan kalian."

Shadowglass Covenant [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang