"Terima kasih sudah mau mengantar kami," ucap Cassie sebelum memutar tubuhnya.
Sementara itu, Kyle jadi bergerak tak nyaman. Muncul keraguan di wajah si pria bermata cokelat. Sesekali, ia memperhatikan hutan kabut, kemudian menatap kembali si wanita bertopi jerami. Pada akhirnya, Kyle tersenyum kaku sebelum mengucapkan terima kasih, lalu berjalan melewati jembatan batu mengikuti sepupunya yang sudah berdiri di seberang sana.
Si wanita topi jerami hanya mengembuskan napas pelan, kemudian ia menengadah sambil bibirnya bergerak memanjat doa. Barulah, dia menghentak tali kekang dan pergi meninggalkan dua manusia yang masih menatap tingginya pepohonan. Setelah kereta gerobak yang ditumpangi wanita topi jerami pergi, Kyle menoleh. Mata cokelatnya memperhatikan wanita itu sebelum menghilang di turunan bukit.
"Ayo kita masuk," ajak Cassie seraya melangkah ke kedalaman hutan kabut.
Embusan angin dingin bertiup pelan, Kyle mengepal tangan kanannya. Ia mengerutkan dahi, angin dari hutan itu sangat berbeda dengan angin yang berasal dari Pryham. Pikirannya mulai menduga bahwa dirinya baru saja memasuki dunia lain.
"Aneh bukan, semakin dalam kabutnya semakin tebal," tukas Cassie sembari memperlambat langkah.
"Lebih aneh lagi anginnya seperti angin musim dingin," sahut Kyle dengan nada waswas. Pria itu tahu masuk ke sana perlu ekstra waspada.
Langkah perempuan berambut cokelat terhenti, kepalanya bergerak menatap Kyle yang berada di sampingnya. "Shadowglass seharusnya berada di barat, kan?"
"Seharusnya begitu." Tangan kanan Kyle bergerak merogoh sesuatu dari balik mantel, sebuah kompas berwarna perak dengan simbol keluarga Rosehearts di atasnya. Kemudian, ia membuka kompas tersebut. "Arahnya sudah betul."
Cassie mengangguk dengan senyum merekah di wajah. "Baguslah, instingku tidak pernah salah."
Mereka kembali melanjutkan perjalanan, tetapi jarak pandang mereka semakin terbatas. Kali ini hanya berjarak dua meter saja, mengharuskan dua manusia itu berjalan pelan. Kyle memberikan kompas perak pada Cassie, kemudian mengeluarkan sihir cahaya dari telapak tangan kanannya.
Cassie tertegun, sepupunya itu menggunakan sihir tanpa harus repot-repot mengucap mantera. Tingkat kemampuannya jauh lebih tinggi dibandingkan si perempuan, sampai-sampai membuatnya iri. Namun, setidaknya Cassie besyukur Kyle bersamanya, sebab ia tidak perlu repot-repot menggunakan obor atau lampu kristal ajaib.
"Perasaanku mulai tidak enak," celetuk Kyle. Membuat Cassie mendengkus keras seolah-olah meremehkan sepupunya. "Sebetulnya sejak berangkat pun perasaanku tidak enak."
"Ayolah, Kyle. Tidak akan ada hal buruk yang akan terjadi," timpal Cassie.
Akan tetapi, ucapan si perempuan seakan berbalik. Sebuah suara ranting patah yang diinjak terdengar tak jauh dari lokasi mereka, membuat Cassie dan Kyle seketika menghentikkan langkah. Mata mereka tak bisa melihat darimana asal suara tersebut, sebab kabut mengelilingi mereka. Keduanya saling bertukar pandang sebelum kembali melanjutkan perjalanan. Lagi-lagi suara ranting diinjak kembali terdengar, tetapi kali ini diikuti suara dengusan.
"Mungkin itu kuda," bisik Cassie pada Kyle yang sudah berubah khawatir. Perempuan itu bergegas menarik lengan kiri Kyle untuk kembali melangkah.
"Kau yakin itu kuda?" tanya Kyle waswas. Mata cokelat tersebut tak hentinya memperhatikan sekitar. "Bagaimana jika itu serigala? Atau yang lebih parah—"
"Kyle, diamlah! Kau terlalu paranoid." Cassie berdecak sebal.
Mereka kembali meneruskan perjalanan, tetapi kali ini suara geraman anjing terdengar dekat. Keduanya kemudian menoleh ke belakang, dan tidak mendapati apa pun. Kyle sebenarnya yakin kalau makhluk yang kemungkinan anjing itu berada di belakang mereka, mengikuti. Jadi, ia mendekatkan kepalanya pada telinga Cassie seraya berbisik, "Pegang tanganku dan kita lari."
Setelah mendapat anggukan, keduanya langsung berlari sekencang mungkin. Benar saja, suara gonggongan anjing mengikuti mereka, tidak hanya satu. Anjing-anjing itu mengejar Cassie dan Kyle seolah dua manusia itu adalah makanan. Pendar cahaya yang dihasilkan dari sihir Kyle dilemparkan ke udara, kini pria itu menarik tangan Cassie supaya tidak terpisah. Sementara itu, tangan kiri si perempuan sibuk mengangkat rok gaunnya. Ia benci berlari dengan gaun panjang, untung saja ia sedang tidak memakai crinoline.
"Itu pasti anjing-anjing liar!" seru Cassie sembari mengikuti ke mana Kyle membawanya.
Kadang kala, mereka nyaris menabrak pohon karena terhalangi kabut. Namun, untung saja dengan cepat mereka berhasil berlari ke sisi samping pohon. Di tengah pelarian itu, Cassie menoleh ke belakang, sekadar ingin tahu seberapa dekat jaraknya dengan anjing-anjing itu. Namun, matanya terbelalak saat menyadari ada yang aneh dengan hewan-hewan pengejarnya. Mereka sepenuhnya berwarna hitam, persis seperti bayangan anjing yang hidup. Bahkan Cassie sama sekali tidak bisa melihat gigi-giginya, padahal ia yakin anjing-anjing itu pastilah memamerkan taringnya.
"Monster!" teriak Cassie seraya kembali menoleh. Ia mempercepat larinya.
Kyle yang mendengarnya, sontak terkejut. Ia pun turut menoleh ke belakang, lalu tercekat. "I-itu ... apa?"
Tiba-tiba saja, sebuah sulur hitam layaknya bayangan melilit tubuh Cassie dan Kyle. Kemudian mengangkatnya ke udara, sedangkan anjing-anjing itu menggonggong keras sambil meloncat berusaha menggapai dua manusia yang terlilit sulur. Meskipun kabut menghalangi pandangan, tetapi anjing-anjing itu masih bisa mengendus aroma dua manusia tersebut. Baik Cassie maupun Kyle meronta, mereka mengira kalau dirinya telah tertangkap oleh jebakan sihir.
"Pergilah. Sana cepat pergi," ucap seseorang dengan suara melengking. Namun, orang itu sama sekali tidak bisa terlihat.
Cassie sudah berhenti memberontak, ia langsung menoleh pada sepupunya dengan tatapan bingung. "Penyelamat?"
"Aku tidak yakin," jawab Kyle yang juga berhenti meronta.
Tak lama kemudian, sulur-sulur yang melilit Cassie juga Kyle bergerak menurunkan mereka. Setelah kaki dua manusia itu menapak tanah, mata mereka membesar tatkala melihat seorang gadis dengan surai merah gelap, mata biru gelap, dan jubah hitam yang tampak kebesaran. Gadis itu tersenyum ramah sambil menyerahkan dua koper milik Cassie juga Kyle. Dua benda itu terjatuh saat mereka diangkat paksa ke udara oleh sulur-sulur sihir.
"Apa kalian baik-baik saja?" tanya gadis yang tidak diketahui namanya.
Cassie mengangguk sambil mengambil kopernya. "Iya, terima kasih."
"Ah, syukurlah. Aku sangat takut jika hewan-hewan itu melukai Tuan dan Nyonya," kata si gadis rambut merah gelap dengan nada seramah mungkin.
"Nyonya?" Sontak Cassie pun tertawa. "Aku sepupunya, dan belum menikah."
"Oh, maafkan aku." Gadis itu menutup mulutnya dengan satu tangan, gerakannya begitu anggun bak seorang putri bangsawan. "Kalian pasti tersesat."
"Kebetulan tidak," ujar Cassie sembari mengedikkan bahu. "Kami tahu ke mana harus pergi."
"Apa kalian menuju Shadowglass?" tanya gadis itu lagi.
Cassie mengangguk, sementara Kyle menatap curiga gadis itu di depannya.
"Kalian beruntung, jalan menuju Shadowglass tinggal belasan meter lagi. Lurus saja, di sana akan ada jembatan kayu yang langsung menghubungkannya ke Shadowglass." Gadis bermata biru gelap menunjuk arah di belakangnya, senyuman masih merekah di sana.
"Terima kasih," ucap Cassie seraya tersenyum senang. Perempuan itu lantas menarik Kyle menuju jembatan kayu.
"Berhati-hatilah, Tuan dan Nona. Kabutnya sangat tebal, dan bisa membahayakan!" seru si gadis sambil melambaikan tangan disertai senyuman.
❇❇❇
A/N dulu.
Hai, bagaimana kabar kalian? Semoga baik-baik saja ya. Sepertinya, mulai beberapa minggu ke depan cerita ini akan dikebut karena deadline depan mata (╥﹏╥)Tokoh baru juga mulai bermunculan, cuman tokoh favoritku belum muncul nih muehehehe.
Btw, terima kasih yang sudah baca chapter ini. Jangan lupa tekan vote atau komentar yaa buat memberi saya dukungan (づ ̄ ³ ̄)づ
See you in next chapter.
Wonderland, 21 Agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadowglass Covenant [TERBIT]
Fantasy(Sebagian isi telah dihapus untuk kepentingan penerbitan. Bisa dipesan di Tokopedia dan Shopee) "Saat kau memasuki Shadowglass, kau akan menemukan rahasia gelapnya. Tapi, perlu kau ingat bahwa seseorang yang masuk ke kota itu tidak pernah keluar dar...