13

1.3K 203 2
                                    

Bina berlari di lorong rumah sakit.

Ia harus membawa anaknya pergi, pergi sejauh mungkin.

Sudah cukup Hayden memberikan apa yang seharusnya menjadi miliknya.

Ketukan pintu membuat Hayden membuka matanya.
"Mama" panggil Hayden.

"Nak"

Hayden menangis, ia tak kuat menahan sakitnya
Hayden menunjuk jaitannya "Sakit ma"

"Iya sayang, nanti mama marahin sakitnya ya? biar dia pergi" Bina mengelus rambut Hayden sayang, Hayden senang. Bina wanita yang tulus, pelukannya, senyumnya menjadi penyemangat Hayden.

"Nanti kalau sudah besar Hayden mau punya istri kayak Mama" Bina mengangguk, menatap anaknya lekat.

"Jangan tingalin mama ya nak?"

"Tidak bisa janji ya ma?"

"Hayden sayang mama, sayang sekali. Walau bukan mama yang ngerawat Hayden tapi kehangatan mama tak bisa digantikan. Tatapan mata mama saat menatap Hayden berbeda dari yang lain, Pelukan mama hangat. Senyum mama menjadi penerang saat Hayden melangkah di jalan yang gelap" lanjut Hayden.

"Maaf nak, Seharusnya mama lebih cepat. Mata ini" Bina menjeda perkataan nya, membelai perban yang ada di mata Hayden.

Lalu melanjutkan ucapannya "Seharusnya mata ini menjadi milikmu, sehatusnya tidak boleh diambil.  Ginjal ini juga milik mu, maaf mama tidak bisa menjagamu"

Hayden menggeleng pelan, sakit saat ia berusaha menggerakan anggota badannya.

"Tidak ada yang salah ma, tidak ada juga kata seharusnya. Hayden percaya sama rencana Tuhan, Hayden gak mau ngeliat saudara Hayden sakit"

"Dia bukan saudaramu nak"

"Tapi Hayden menanggapnya begitu ma"

Mendengar itu Bina hanya bisa menghela nafas kasar.

Kenapa anak nya sangat baik? apa dia tidak marah saat mata dan ginjalnya diambil ?
Begitu pikir Bina.

"Jangan terlalu baik nak, nanti ruginya di kamu. Jangan percaya sama perkataan manusia, tidak ada yang bisa dipercaya didunia ini sayang"

"Kebaikan seseorang pasti ada balasannya ma. Ga ada yang rugi ma, Hayden ga pernah percaya sama perkataan manusia. Tapi ada satu orang yang Hayden percaya" Hayden melebarkan senyumnya.

"Siapa nak?" tanya Bina.

"Mama" hati Bina rasanya menghangat mendengar kata itu.

"Ikut mama ya?" Hayden menggeleng.

"Kenapa?" tanya Bina lembut.

"Hayden punya utang budi ma sama keluarga kanarandra"

"Tidak! mereka jahat sayang!"

"Jangan liat kesalahannya ma, Kalau ga ada mereka mungkin Hayden ga bisa hidup. Bunda yang ngajarin Hayden jalan, baca, berhitung, mengenal nama binatang masih banyak lagi ma" seperti ada belati tajam menusuk hati Bina setelah mendengar ucapan Hayden.

"Alasan mereka baik kan ma? mereka pengen anak anaknya sembuh"

"Tapi mama gamau kalo kamu harus pergi demi mereka nak" nada bicara sang mama meninggi.

"Nanti ya ma? biarkan Hayden membantu mereka sekali lagi"

"Mama tidak setuju Hayden"

"Tolong ma, Hayden ga mau mati sia sia"

"Hayden!! jaga ucapan mu nak!"

"Tidak kuat ma, rasanya sakit sekali"

Bina memeluk Hayden erat, "Bertahan nak, sebentar lagi"

"Jangan gini nak, pikirkan masa depan mu"

"Mama mau janji gak?"
"Janji apa?" tanya Bina.

"Jika nanti Hayden pergi, tolong jangan nangis. Hayden sedih ma ngeliat mama nangis"

Bina terdiam, tak tau harus mengatakan apa.

'Tuhan, tunggu sebentar ya? jangan sekarang. Tunggu Hayden bisa membuat mama bahagia, setelah itu terserah padamu tuhan' Doa Hayden.

------------

Maaf jika ada typo.

'Cantik sekali yang baca dan ngevote'

'Cantik sekali yang baca dan ngevote'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


10 Vote up nanti malem.
Kalo ga 10 tetep bakal up kok tenang aja tapi besok ya? terimakasih <3

Kanarandra  [END] / RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang