19

1.1K 139 0
                                    

Jika kalian bertanya mengapa Hayden masih bertahan, Karena . . . ia sendiri bahkan ragu.

Apa ini hanya untuk membalas budi?
Untuk mama nya?
Untuk Bulan nya?
Atau untuk saudaranya?

Biar Hayden pikirkan lagi nanti, ia kembali teringat pada mimpinya semalam.

"Oit, bengong aja nih" seru Rafan mengagetkan Hayden.

"Hampir aja jantung ku copot"

"Pasang lagi" sahut Jayden yang kini sedang duduk disamping Hayden.

Ah iya Hayden teringat sesuatu! "Jayden, masi digangguin?"

"Udah gak, udah tobat mereka mungkin" jawab Jayden ragu. Hayden yang mendengar itu bernafas lega 'Syukurlah'

"Kenapa?" tanya Jaya kepada Hayden.

"Tidak ada, hanya bertanya" Jawab Hayden.

"Permisi ini bakso nya"

"Terimakasih" ucap keempatnya sopan.

"Tumben kita dipesenin" sahut Rafan.

"Karena Hari ini jam istirahat kita sama" balas Hayden.

"Eh nanti pada ikut ekstra?" tanya Hayden.

"Gak dibolehin ayah lagi ekstra basket" jawab Jayden, Jayden dan Hayden memang mengikuti ekstra yang sama.

"Aku juga ga dikasih ekstra futsal lagi" jawab Jaya, sedih sih tapi mau bagaimana lagi? terkadang Jaya iri melihat Hayden yang memiliki tubuh yang sehat.

"Rafan?" tanya Hayden.

"Sama, tidak boleh mengikuti ekstra voli lagi. Kata ayah gak boleh kecapean" jawab Rafan.

Hayden mengangguk paham, "Nanti kalian pulang duluan aja ya? aku habis ekstra langsung pulang kok" ujar Hayden.

[ Kanarandra ]

Hayden sangat tidak sabar, sebentar lagi hari minggu.

Itu artinya ia bisa bermain sepeda bersama Bulan.

Dari perjalanan pulang senyum Hayden tak luntur, bibirnya terus saja merekah.

"Hayden" panggil sang bunda, Hayden yang baru mau memasuki kamarnya menoleh kebelakang.

"Iya bun?" senyum Hayden memudar saat menatap wajah serius sang bunda.

"Ayo kemeja makan dulu, bunda mau ngomong"

Hayden mengangguk dan mengikuti langkah Yuna, 'Ia Harus merelakan apa lagi' batin Hayden bingung.

"Kamu tau kan anak saya kondisi badannya lemah?" tanya sang bunda.

Hayden mengangguk, menunggu bundanya melanjutkan kalimatnya.

"Mereka sedih karena ga bisa ikut ekstra, Hayden mau keluar dari ekstra basket?" Mendengar itu membuat Hayden terdiam, keluar dari ekstra?? bukan kah bundanya tau Hayden suka sekali dengan basket? ia menarik nafas pelan, baiklah tak apa, ini untuk saudaranya.

"Iya"

"Terimakasih"

"Bunda Hayden mau keluar dulu, bosen dirumah" sang bunda hanya mengangguk sebagai balasan.

Hayden melangkahkan kakinya menjauhi dapur, berjalan lesu keluar dari rumah. Kaki nya melangkah dengan tujuan 'Kerumah mamanya'

Jalanan sangat ramai, banyak kendaraan berlalu lalang.

Melihatnya membuat Hayden tersenyum tipis, ia memandang langit biru yang sedikit menyilaukan mata kirinya sejenak. Tangannya memegangi mata kanannya yang sudah diberikan kepada Jaya.

Menyesal? tentu tidak, Hayden akan merelakan semua jika itu untuk orang yang ia sayangi.

Sesampainya dirumah mamanya Hayden segera mengetuk pintu, "Mama ini Hayden"

Pintu terbuka menampilkan mamanya dengan keadaaan kacau, Hayden tentu saja panik melihat mamanya seperti ini.

"Dia datang, dia datang" seru mamanya dengan nada ketakutan.

'Dia siapa?' batin Hayden bertanya.

Hayden membawa mamanya masuk, mengambil segelas air lalu ia berikan kepada mamanya "Minum dulu ma"

"Hayden dia datang, dia hiks" panik mamanya memegangi kedua bahu Hayden, Hayden bisa melihat ketakukan dan kecemasan dari tatapan mata mamanya.

"Tenang ma Hayden disini" Hayden memeluk Bina, mencoba memberi ketenangan.

"Takut" ucap Bina pelan namun masih terdengar ditelinga Hayden.

"Tenang ma, ada Hayden disini" Hayden mengusap punggung sang mama, membisikan bahwa semua akan aman, ada dirinya. Ia akan menjaga mamanya dari 'dia' yang Hayden sendiri tak tau itu siapa.

Awalnya Hayden berniat membagi lukanya, tapi melihat mamanya yang seperti ini membuat Hayden mengurungkan niatnya. Ia akan menyimpan lukanya terlebih dahulu, yang terpenting mama nya dan orang orang yang ia sayangi memiliki sandaran dan tempat berbagi cerita.

Dirinya? ia bisa memikirkannya nanti.

Ia melonggarkan pelukannya guna menatap sang mama, tidur.

Mungkin mama nya lelah, Hayden membaringkan mamanya pelan agar mamanya tak terganggu.

[ Kanarandra ]

Kita akan membahas mimpi Hayden tadi.

Hayden bisa melihat Mamanya yang ketakutan sedang menahan sakit akibat pukulan laki laki yang Hayden sendiri tak tau itu siapa, wajahnya seperti sengaja diburamkan.

Hayden berteriak memanggil mamanya, mata Hayden menutup tak kuat melihat mamanya yang tersiksa.

Setelahnya ia terbangun, terakhir yang Hayden lihat adalah kepala mamanya dihantam pot bunga.

--------

Terimakasih udah vote <3

Nazwa usahain bakal up minimal sehari sekali, tapi gak janji yaa soalnya PTS.

Sampai ketemu di chapter selanjutnya!

semoga nilai PTS kita diatas kkm, amin.

Kanarandra  [END] / RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang