04

2K 246 17
                                    




"Nyonya izinkan saya menemui anak saya nyonya saya mohon"

"Diamlah! Dan jangan pernah bermimpi. Maaf Anak saya sedang butuh saya"

"Bunuh saya nyonya jangan anak saya, jangan ambil anak saya,jangan memanfaatkan anak saya nyonya" wanita paruh baya itu kini terisak ia tak henti menitiskan air matanya. berteriak dan memohon anaknya dikembalikan namun Yuna adalah Yuna, keras kepala dan tetap pada pendiriannya.

"NYONYA" teriak wanita paruh baya itu memanggil Yuna.


[ Kanarandra ]


"Bunda"

"Iya Jaya bunda disini, kuat ya nak. Jaya pasti bisa melihat lagi"

"Jaya gamau bun, gapapa Jaya ga bisa liat dengan dua mata. Jangan ambil mata Hayden ya bun"

Yuna menggeleng ribut, menolak keras kalimat yang dilontarkan anak bungsunya "Tidak nak, nurut bunda ya sayang. Buat kebaikan jagoan bunda" Yuna mengusap bahu Jaya guna memberi ketenangan, Yuna hanya ingin melakukan yang terbaik! apa salah?



[ Kanarandra ]



"Buka mata kamu perlahan Jaya" ujar sang dokter yang menangani Jaya

"Bunda dimana Hayden?" tanya Jaya setelah melihat kedua saudara kembarnya dan orang tuanya.

"Dikamar rawat sebelah sayang, Jaya istirahat ya nak. Jayden sama Rafan jagain adeknya ya? Bunda sama ayah mau liat Hayden"

Setelah menutup pintu kamar rawat Jaya sang bunda menahan tangan raditya yang ingin berjalan menghampiri Hayden. "Dia kembali mas, dia meminta apa yang sudah menjadi milik kita. Tapi gabisa mas, kita butuh anak itu!"

Raditya hanya menghela nafas kasar, kepalanya berdenyut nyeri memikirkan ini semua.

"Bahas nanti ya? kita temui Hayden dulu" jelas Raditya lembut.

[ Kanarandra ]

"Hayden" Raditya memeluk Hayden erat.

'Tidak ada kehangatan Yah' batin Hayden.

Raditya melepas pelukannya.

"Hayden denger bunda, Hayden sayang bunda?" Hayden mengangguk sebagai jawaban.

"Hayden sayang saudara kembar Hayden?" lagi lagi Hayden mengangguk, ah dia tau kemana arah pembicaraan ini.

"Hayden mau berkorban" Hayden mengangguk ragu.

Yuna memeluk Hayden lalu membisikan "Hayden mau merelekan semua demi kebahagiaan saudara Hayden" Hayden mengangguk lagi sebagai jawaban.

Yuna mengusak rambut Hayden singkat lalu pergi dati ruang rawat Hayden diikuti sang ayah.

Sebelum benar benar meninggalkan ruangan itu Yuna menyempatkan diri untuk tersenyum kearah Hayden.

'Tak ada ketulusan disenyum Bunda, Kalian penuh kebohongan'

Perlahan Hayden menoleh kesamping, memegang matanyanya yang diperban. Lalu tersenyum.

'Tak apa, ini kan demi Jaya' gumam nya.

Ia memilih merebahkan kembali tubuhnya, tak tau mengapa rasanya lelah sekali. Padahal ia tidak melakukan hal berat, ia memilih memejamkan matanya dan menjelajahi dunia mimpinya.

-------------

Foto Hayden saat dipasar malem dan sebelum kehilangan mata kanan nya.

Foto Hayden saat dipasar malem dan sebelum kehilangan mata kanan nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kanarandra  [END] / RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang