07

1.7K 217 3
                                    


Pagi ini Hayden berjalan di lorong rumah sakit dengan tangan kanannya memegangi kresek berisikan bubur.

Jaya drop.

"HAYDEN" teriak Taraka memanggil nama adiknya.

Hayden menoleh. "Kebetulan ada kamu, ini buat kamu" Ucap Taraka memberikan kotak yang Hayden sendiri tak tau isinya apa.

"Ini bom?" tanya Hayden. Taraka menggeleng pelan sembari terkekeh lucu sekali apa tadi? bom? Hahahaha begitu batin Taraka.

"Kakak mau kekampus dulu, nitip salam buat jaya ya"

"Iya bye kak Tara" Hayden yang melihat punggung tegap milik kakaknya semakin menjauh memilih melanjutkan tujuan utamanya. 'Menjenguk sang adik'

[ Kanarandra ]

"Oit jelek"

"Setan asu" Kaget Marcel.

1 detik

10 detik

30 detik

"HAH?! KAK JERICO?!"

"Yoi, kangen kakak ya?" Marcel menggeleng ribut, ini mimpi??

"Beneran. Bukan mimpi"

"Kok bisa disini?" heran Marcel, jujur Marcel belum mengerti sama sekali.

"Masih ada janji, jadi belum bisa ketahap setelah mati" lirih Jerico.

"Apa? Janji apa?"

"Jaga seseorang."

"Lebih Spesifik"

"Kepo kamu" ujar Jerico lalu menghilang.

"Jadi hantu jangan ngilang jalan kek. kaki ga nampak dasar setan" kesal Marcel

"Makanya jadi hantu biar ngerasain cara ilang"

"Ngeri anjrit ada suara gak ada wujud ihh"

[ Kanarandra ]

"Mata kamu masih sakit?" tanya Jaya disela makannya, Hayden menggeleng.

"Maaf"

"Jangan maaf Hayden ga suka"

"Maaf"

"Di bilang jangan maaf!"

Suara pintu terbuka membuat atensi keduanya beralih, menatap siapa yang datang.

Suster yang sama saat memberi Hayden makan siang.

Hayden tersenyum menatap mata yang terasa familiar itu.

Suara pintu terbuka terdengar lagi, terlihat orang tuanya memasuki ruangan. Jaya tersenyum senang melihat bundanya datang.

"Jaya sayang masi sakit?"

"Tidak bunda"

Yuna mendekat lalu memeluk tubuh ringkih Jaya, mengusap rambut anaknya sayang. "Jangan sakit nak, jangan buat bunda khawatir"

Mata Hayden tidak perpindah, masi tersenyum menatap suster itu, Rasanya tenang.

"Nanti kalau mimisan lagi tekan tombolnya saja, saya izin keluar. Permisi"

Senyum Hayden seketika hilang bersamaan dengan pintu yang tertutup. Matanya beralih menatap bunda nya yang sedang memeluk Jaya sayang, seolah jika pelukan itu terlepas Jaya akan ikut Jerico pergi selamanya.

Tidak, Hayden tidak iri dia hanya . . . ah lupakan.

"Dua hari lagi ulang tahun kalian, cepet sembuh ya jagoan ayah" ujar Raditya mengusak rambut putranya.

Hayden seperti cicak disini, ada namun tak dianggap. Hahaha bercanda.

"Tapi tanpa kakak Jerico?" Raditya yang mendengar itu langsung ikut memeluk tubuh Jaya. Memberi kehangatan sekaligus ketenangan.

Hayden menatap ketiganya sendu, ah ia jadi rindu kakaknya. lalu Hayden memilih keluar dari ruangan itu dan berjalan menuju taman, orang tuanya dan Jaya saja tidak sadar Hayden yang sudah keluar dari ruang rawat Jaya.

Tanpa disadari Jerico mendengar dan melihat semuanya. Ia senang ternyata keluarganya tidak melupakannya.

---------

Ini saat Jaya pentas disekolah, cepat sembuh Jaya....

Ini saat Jaya pentas disekolah, cepat sembuh Jaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kasian. Gabisa balik, karena punya tugas dibumi

3 Vote up lagi nanti malem, sore ga bisa mau nemenin mama saya arisan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



3 Vote up lagi nanti malem, sore ga bisa mau nemenin mama saya arisan

Kanarandra  [END] / RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang