15

1.3K 145 3
                                    

"AARRGGGG" Teriakan Bulan terdengar nyaring.

Hayden berlari, mengbiarkan darah yang mengalir saat ia mencabut paksa selang infus itu dari tangannya. Membiarkan rasa sakit pada jaitannya.

Ia tidak peduli, dipikirannya hanya ada nama Bulan. Hayden berdoa semoga gadis itu baik baik saja.

"Bulan" panggil Hayden saat sampai di ruang rawat adiknya Bulan. Mata Hayden menatap Bulan yang kini terlihat sangat kacau, rambutnya yang berantakan, matanya yang sembab.

"Bulan" panggil Hayden sekali lagi, kaki Hayden melangkah mendekati Bulan.

"Adikku pergi" isakan Bulan terdengar sangat menyakitkan bagi Hayden, Bulan terluka, Bulan kehilangan adiknya.

Hayden memeluk tubuh mungil Bulan, memberi kehangatan, membisikan kata kata penenang.

"Adik ku Hayden, Langit pergi hiks" tangisan Bulan mengeras, Hayden membiarkan Bulan menumpahkan kesedihannya didekapannya. Hayden ikut merasakan kehilangan saat mendengar Bulan terus saja berkata 'Tolong kembali' di depan tubuh pucat Langit. Tubuh pucat langit persis seperti pucat kak Jerico.

"Saya titip anak saya ya nak" Ucap pria paruh baya yang sudah dipastikan itu ayah Bulan.

"Hayden tangan kamu" ucap Bulan sesegukan.

Hayden menggeleng. "Sudah jangan pikirkan aku Bulan"

Bulan menggeleng ribut, tangannya mengambil tasnya. "Luka nya sembuhin dulu ya Hayden" ucap Bulan terbata bata karena sesegukan.

"Terimakasih Bulan"

"Nanti pemakaman adikku, kamu mau ikut ?"

Hayden mengangguk lalu mengusap bahu Bulan "Atur nafas dulu ya? kasian Bulannya Hayden ini sesegukan jadi susah ngomong"

"Jangan tinggalin Bulan ya Hayden? Bulan gak mau kehilangan orang yang Bulan sayang"

"Bulan sayang Hayden?" tanya Hayden.

"Sangat sayang"

'Tidak janji ya' batin Hayden.

[ Kanarandra ]

Bulan sudah pulang, kini Hayden sedang dikamar rawatnya sendirian. Mama nya sedang bekerja.

"Gimana kabar Jayden ya?" Hayden memutuskan menjenguk saudaranya itu.

Tidak memakai infus lagi, karena Hayden sempat menangis. Memohon agar tidak diinfus.

Sakit katanya.

"Permisi" Hayden mengetuk lalu membuka pintu kamar rawat Jayden. Terlihat ramai, ada ayah, bunda, kakak kakaknya, dan kembar.

"Hayden Kabarnya gimana?" tanya Jayden saat melihat kedatangan Hayden.

"Hayden baik" jawab Hayden.

Tatapan bundanya dingin sekali.

"Cepat sembuh Jayden" gumam Hayden.

"Hayden ayo sini kita main game" Hayden mengangguk antusias lalu mengeluarkan hanphone nya.

Raditya yang melihat anak anaknya tertawa dan saling jail satu sama lain membuat hatinya menghangat.

'Semoga terus begini' doa Raditya.

"Hayden tidak dekat dekat Suster Bina kan?" tanya sang bunda. Ah iya sepertinya Hayden lupa bilang, mama nya mengunjunginya itu diam diam agar tak ketahuan Bundanya, Ayahnya teebenarnya tidak apa apa.

Hayden jadi heran kenapa Bundanya benci sekali kepada mama nya?

Mamanya salah apa? mama kan sangat baik.

Sepertinya ada rahasia lagi yang Hayden tak tau. Tapi ia sama sekali tak berniat mencari tau.

[ Kanarandra ]

Jam sudah menunjukan pukul 3 pagi tapi Hayden sama sekali tak bisa menutup matanya.

"Aku takut akan pergi tanpa kenangan indah" gumam Hayden.

Hayden mengambil kertas, menuliskan keinginannya sebelum pergi. Kata 'Pergi' sangat menyakitkan bagi manusia, termasuk Hayden.

 Kata 'Pergi' sangat menyakitkan bagi manusia, termasuk Hayden

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----------------
Selamat tinggal Langit

----------------Selamat tinggal Langit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kanarandra  [END] / RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang