Langit masih gelap, Jasmine beranjak bangun sebelum waktu subuh masuk, perempuan itu sudah terbiasa untuk bangun lebih awal.
Dia melirik Aleo yang ada disampingnya. Seketika ia teringat kejadian kemarin. Kata-kata yang Aleo ucapkan sangat menyayat hati, apa yang dia lakukan selama ini, hanya untuk mengisi kekosongan yang ada di hidupnya.
Namun nyatanya, hidup tidak berjalan sesuai keinginannya, sepi itu tidak pernah lepas dan pergi, bahkan takdir juga merenggut kebahagiaan Aleo dari hidupnya.
Jasmine bangun, ternyata sekarang masih jam setengah empat, dia segera bangun untuk melaksanakan sholat tahajud. Sholat ini memang batas waktunya hingga masuk waktu subuh, namun lebih afdol jika dilakukan di sepertiga malam.
Di sisa waktunya, Jasmine habiskan untuk membaca Al-Waqiah. Bukan hanya itu, dia juga membaca dua hingga tiga surah, setelahnya dilanjutkan dengan memperbanyak dzikir dan beristighfar.
Sepertinya kemarin ia terlalu larut untuk tidur, hingga sekarang kantuk masih terus menyerangnya.
Aleo mengerjap-erjapkan matanya. Dia refleks terbangun saat mendengar lantunan suara merdu seseorang. Dan ternyata itu adalah Jasmine, istrinya sendiri.
Laki-laki itu tidur dengan posisi miring, kepalanya pening, namun ia berusaha untuk tidak bersuara. Aleo mengingat kembali apa yang terjadi kemarin, hingga dia ingat, laki-laki itu memejamkan matanya erat.
“Aleo kamu udah bangun?” Tanya Jasmine yang melihat laki-laki itu memijat pelipisnya.
Aleo berdehem. “Kamu bangun gih, terus wudhu udah mau subuh.” Suruh Jasmine, perempuan itu berdiri, membuka lemari di kamar Aleo dan mengambil sesuatu disana.
Ternyata Jasmine mengambil sarung dan peci berwarna putih.
Semenjak pindah, Jasmine tidak melihat Aleo yang sholat, maka dari itu ia meminta Mbok Mirna untuk mencarikan sarung dan peci ini dirumah lama laki-laki itu.
Jasmine menempatkan sarung dan peci itu diatas tempat tidur, lalu menatap Aleo dengan berkacak pinggang.
“Gue pusing.” Gumam Aleo masih memijat pelipisnya.
“Nanti aku buatin susu,”
“Lo pikir gue anak kecil.” Sungutnya kesal.
“Emang orang dewasa nggak boleh minum susu apa,” Balasnya lalu pergi dari kamar itu.
××××××
Jasmine hanya menunduk kala Aleo berjalan melewatinya tanpa melihatnya sedikit pun. Jasmine melirik Aleo sembari mengembungkan pipinya. Laki-laki itu sudah rapi dengan seragam sekolahnya dan bersiap akan pergi.
Semudah itukah Aleo melupakan kejadian tadi malam?
Daripada gugup dan canggung seperti ini lebih baik dirinya memanggil Aleo yang akan pergi. "A-Aleo kamu nggak mau makan dulu? Aku juga udah buatin susu." Panggil Jasmine menghentikan langkah Aleo yang akan pergi.
"Nggak, lo makan aja sendiri." Jawabnya datar membuat Jasmine jadi bertanya-tanya, apa dia ada salah? Lagi? Terkadang dia heran dengan laki-laki itu, yang terkadang lembut, terkadang cuek dan dingin.
"Dan satu lagi, jangan bawa makanan buat gue. Gue nggak suka lo deket-deket sama gue di sekolah." Tegasnya membuat Jasmine sedikit menatapnya bersalah.
"Maaf." Cicitnya yang dianggap angin lalu olehnya.
“Assalamualaikum,” Tutur Jasmine namun entah, apakah Aleo menjawabnya atau tidak. Aleo sudah pergi tanpa sepatah kata lagi, membuatnya semakin bingung dengan sikap Aleo yang suka berubah-ubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasmine
Storie d'amoreJasmine itu gadis lemah lembut dan tertutup. Namun berbeda dengan pandangan Aleo dan teman-temannya, yang menganggap Jasmine hanya sok alim. Semua berawal dari kejadian saat mereka melihat Jasmine menghasut Viona agar menolak berpacaran dengan Lio...