Tiga bulan semenjak kejadian itu, Jasmine memilih untuk melupakan segalanya, dia bahagia semua sudah baik-baik saja. Jasmine terlihat lebih baik, ia tidak lagi mengenang kejadian itu, karena dirinya sudah meminta maaf, pada Tuhannya. Berharap sang pencipta alam, mau memaafkan kesalahannya di masa lalu, dia juga manusia, dan ia juga bisa melakukan kesalahan, walau Jasmine tau kesalahan itu bukan dari dirinya sendiri.
Seperti biasa, pagi ini, suara mobil sport masuk ke dalam pekarangan sekolah. Yang tak bukan dan tak lain itu adalah mobil sport milik Aleo.
Sebelum masuk ke dalam kelas, entah takdir macam apa, mata Jasmine selalu bertemu dengan mata Aleo yang tengah lewat itu. Namun, setiap kali pandangan mereka bertemu, Jasmine memilih membuang muka, menganggap kalau mereka memang tidak pernah saling mengenal.
Sehabis istirahat, Jasmine ditugaskan untuk membawa beberapa buku tebal yang akan ia berikan pada petugas perpustakaan. Namun saat di lorong itu, tak sengaja ia melihat Aleo, bersama seorang gadis di sampingnya.
Gadis itu bernama Olivia, perempuan cantik, dengan rambut sebahu yang diikat kuda. Ia merupakan ketua dari tim cheeleders di sekolah ini. Viona mengatakan padanya, bahwa perempuan itu adalah tunangan Aleo, hanya sebagai hubungan kerja sama antar perusahaan ayah mereka berdua.
Jasmine tidak peduli, ia sudah mengatakan agar dirinya dan Aleo tidak pernah saling mengenal lagi. Semuanya sudah usai, antara dirinya, juga Aleo.
Jarak mereka semakin terkikis, Jasmine yang memilih menatap lurus, begitupun Aleo yang sedang digandeng mesra oleh Olivia.
Mereka berakting layaknya orang asing yang sebelumnya tidak pernah bertemu.
“Pertunangan kita udah ditentuin....” Samar-samar Jasmine mendengar percakapan Olivia, namun sekali lagi, ia mencoba tidak peduli.
Andai Olivia tahu perilaku bejat yang dilakukan oleh tunangannya itu. Mungkin gadis itu akan membatalkan pertunangannya, atau mungkin juga tidak. Jelas, Aleo itu tampan, kaya, pintar, namun perilakunya sangat buruk.
Sebelum itu, Aleo berbalik, menatap punggung perempuan berjilbab putih itu dengan tatapan datarnya. Dia takut pada satu hal, namun sepertinya itu semua tidak akan terjadi, karena selama tiga bulan ini, Jasmine nampak baik-baik saja.
Mungkin.
××××××
“Assalamualaikum, ini buk, bukunya sudah lengkap. Empat puluh kan buk?” tanya Jasmine pada ibu petugas perpustakaan. Wanita paruh baya itu mengangguk dengan tersenyum.
“Waallaikumussalaam. Iya, Jasmine.” jawabannya. Di tengah kesibukan Jasmine, petugas itu menatap wajahnya.
“Kamu sakit, Jas? Kok muka kamu pucat gitu?” Tanya petugas itu membuat Jasmine menyentuh wajahnya sendiri.
“Eh? Udah kok buk, cuman kayaknya kemarin saya kehujanan, jadi sekarang agak nggak enak badan, aja.” Jawabannya masih tersenyum.
Memang, tubuh Jasmine akhir-akhir ini sering lelah dan suhu tubuhnya naik, ia juga pusing dan terkadang mual hebat. Sepertinya dia demam, namun masih memaksa untuk masuk.
“Kalau kamu sakit, coba minta ijin dulu buat satu mapel, nanti kamu malah tambah sakit lagi.” Jasmine mengangguk dan tersenyum.
“Iya buk, terima kasih atas perhatiannya. Kalau gitu, saya balik dulu ya buk, Assalamualaikum.”
“Waallaikumussalaam,”
Setelah berjalan keluar, Jasmine merasakan pusing dikepalanya semakin menjadi-jadi, dia sudah merasakan ini sejak pagi tadi.
Jasmine tak sengaja melihat Listya di lorong sekolah. Dia adalah perangkat kelas di kelasnya. Melihat Listya yang sepertinya akan kembali ke kelas, Jasmine lantas mengejarnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/277692446-288-k985692.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasmine
Storie d'amoreJasmine itu gadis lemah lembut dan tertutup. Namun berbeda dengan pandangan Aleo dan teman-temannya, yang menganggap Jasmine hanya sok alim. Semua berawal dari kejadian saat mereka melihat Jasmine menghasut Viona agar menolak berpacaran dengan Lio...