Sudah hampir 2 seminggu berlalu. Jasmine yang awalnya masih berada di ruang ICU, kini sudah dipindahkan ke ruang rawat, namun masih tetap dipantau dengan intens.
Belum ada kabar baik mengenai kondisinya, masih sama setiap harinya. Aleo tidak pernah lelah menunggu Jasmine, selagi perempuan itu tidak pernah pergi darinya untuk selama-lamanya.
Apa kabar dengan Zaki? Laki-laki bejat itu sudah diamankan dan diurus oleh pihak berwajib. Semua urusan sudah ditangani langsung oleh Bara, termasuk Bella yang ternyata juga ikut andil dalam kejadian itu.
Aleo merasakan rasa puas saat Zaki bisa berada di dalam jeruji besi, sama seperti ayah laki-laki itu dulu.
'Buat tidak pernah jatuh dari pohonnya' orang bilang ungkapan itu adalah benar. Namun mau berapa kali pun orang mengatakan itu, Aleo sama sekali tidak percaya. Dari dulu, Aleo selalu percaya bahwa sifat yang kurang baik dari orang tua, tidak selalu menurun kepada anaknya.
Tetapi, apakah dirinya masih percaya dengan hal itu setelah melihat semua perlakuan Zaki yang tidak jauh dari perlakuan ayah laki-laki itu dulu?
Pemuda dengan jaket kulit berwarna coklat itu masuk ke dalam ruang rawat. Tangannya membawa bunga tulip merah yang masih nampak begitu segar.
Dia Aleo. Laki-laki yang sedang berjalan sembari meletakkan bunga itu rapi di vas yang ada diatas laci. Aleo tahu, bunga kesukaan Jasmine, yakni tulip merah. Ia selalu berusaha menggantinya jika bunga yang kemarin ia beli telah layu.
Jasmine bilang, tulip adalah salah satu simbol dari cinta yang abadi, kesempurnaan cinta yang tak akan pernah punah oleh waktu.
Aleo tidak percaya akan hal itu, iya, karena dia laki-laki, salah satu makhluk hidup yang selalu menggunakan logika untuk berpikir.
Laki-laki itu meletakkannya dengan rapi di atas laci yang berdiri sebuah Vas, Vas yang masih berisi bunga layu itu, ia ganti dengan bunga baru yang lebih segar.
Setelahnya dia duduk tepat disamping tubuh Jasmine.
"Udah lama, Jas. Lo nggak sadar-sadar. Gue kangen denger suara lo lagi." Tangan besar itu terangkat menggenggam tangan lentik yang tergeletak diatas brankar.
"Saat lo sadar nanti, mungkin orang yang pertama kali lo liat bukan gue, tapi gue bakalan jadi orang pertama yang selalu nungguin lo pulih."
"Jas, gue nggak bisa ninggalin lo. Aneh, baru kali ini, gue ngerasa nggak bisa kalau nggak bareng sama lo walau cuman sehari aja. Gimana nanti waktu lo nggak bareng gue lagi?"
"Maaf, gue nggak punya pilihan lain. Seakan-akan semua pilihan dalam hidup gue nggak pernah ada yang namanya jauh lebih baik, semua ngeberatin gue. Mereka pikir, gue bisa ngejalanin semuanya dengan baik, padahal gue nggak pernah bisa milih antara lo atau papah. Itu sulit Jas."
"Dan maaf Jas, kalau gue nggak bisa nolak papah."
"Gue...gue udah putusin, kalau gue bakalan pergi ke London. Tempat yang bakalan gue singgahin, selama beberapa tahun."
"Semoga keputusan ini nggak pernah nyakitin lo, Jas." Dialognya, berbicara seolah Jasmine akan menerima semua keputusannya, padahal nyatanya, Aleo saja sangat keberatan, apalagi Jasmine.
Air mata itu terjatuh begitu saja dari mata Jasmine yang tertutup, dia ingin mencegah Aleo untuk pergi, pergi darinya dalam kurun waktu yang lama.
××××××××
"Kenapa lo dateng kesini?"
"Lo pikir gue mau nemuin orang bangsat kayak lo?" Tanya Aleo balik dengan tatapan sengit.
![](https://img.wattpad.com/cover/277692446-288-k985692.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasmine
RomanceJasmine itu gadis lemah lembut dan tertutup. Namun berbeda dengan pandangan Aleo dan teman-temannya, yang menganggap Jasmine hanya sok alim. Semua berawal dari kejadian saat mereka melihat Jasmine menghasut Viona agar menolak berpacaran dengan Lio...