#ParadeCakraBatch."Kebersamaan merupakan suatu kebahagiaan yang tak bisa di ungkapkan dengan cara apapun itu, karena sumber dari kebahagiaan tersebut, tak lain tak bukan adalah Istriku."
~Adnan Muhammad~
•||•Aku begitu kesal karena sikap Istriku Aida, beberapa hari ini tingkah laku wanita itu sangatlah tidak bersahabat, bahkan terkadang seolah acuh dan asik sendiri dengan beberapa Mbak Ndalem yang bertugas di dapur. "Temani Mas aja lah, jangan ngegibah melulu." Akhirnya, aku beranikan diri untuk berucap demikian padanya. Raut wajahnya seketika berubah drastis, tidak begitu menenangkan jika dipandang.
"Yang ngegibah siapa toh Gus? Panjenengan kok asal tuduh. Wis lah, kalau sudah selesai panggil saya." Terlihat, Aida langsung berlalu dari hadapanku, bahkan aku tak habis fikir dengan mudahnya dia mengganti embelku dengan sebutan Gus? Ish, padahal sudah beribu kali aku menjabarkan, jika aku ini bukanlah Gurunya, melainkan suaminya. Paling tidak, gunakan panggilan yang terkesan menyenangkan kek, Mas Aad, Sayang, Zauji, atau apalah.
Seusai menyantap sarapan pagi yang wanita itu buatkan, seterusnya aku hanya bisa menyibukkan diri dengan mengkaji ulang isi dari beberapa kitab kuning yang sudah jarang dibuka. Pasalnya, hampir satu mingguan lamanya, aku di rawat secara intensif di rumah sakit. Waktuku seolah terbuang sia-sia, tidak menggambarkan sesuatu yang nantinya dapat diingat oleh orang-orang tercinta.
"Aida, harus temani Mbak Tika ke pasar, njenengan nggak keberatan 'kan kalau tak tinggal sebentar." Aku menoleh ke ambang pintu, setelah mendengar wanitaku berucap demikian. Dia mendekat ke arahku, setelahnya menggalurkan tangan. "Ridho saya menyertaimu selalu, asal jangan meniupkan api yang sudah padam, termasuk bertemu Gus Hafiz secara diam-diam lalu mengingat kembali semua kenangan yang sudah kalian kubur, waktu lalu." Sengaja, aku memberi Istriku sindiran halus dan sama sekali tidak menatap wajahnya.
Karena tanganku sendari tadi tidak aku alurkan, akhirnya wanita itu langsung meraih tanganku paksa. "Jangan suka su'uzon sama Istri sendiri Gus. Assalamu'alaikum ...." Aida langsung pergi tanpa berniat meninggalkan jejak dipipi. Entah apa yang telah terjadi pada wanita itu selama aku terpenjara di rumah sakit, padahal kemarin lalu ia begitu menyambut kedatanganku antusias, bahkan begitu memanjakan diri ini, lain halnya dengan sekarang.
Karena merasa sedikit penasaran dengan aktivitas Aida selama di rumah, akhirnya aku berinisiatif untuk mengajukan beberapa pertanyaan kepada Ummah, istri keduanya Abi. Melihat Beliau yang tidak begitu sibuk, seperti Ummiku. "Ummah," panggilku ketika melihat Ummah Laras yang ingin beranjak dari duduknya. Beliau melihat ke arahku, lalu duduk seperti semula. "Adnan, ada apa sayang?" Walaupun aku hanyalah Anak sambung Beliau, tetapi sendari dulu wanita yang kini hampir memasuki waktu senja itu, tak pernah berniat membandingku dengan Sang putra kandung Beliau, Hamzah.
"Hm, Aad boleh tanya-tanya sedikit pada Ummah Laras?"
Ummahku terlihat tersenyum, lalu mengangguk dua kali. "Tentu, mau tanya apa, Aad?"
Sebelum akhirnya mengeluarkan segala unek-unek di dalam sana, 'ku tarik dahulu napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. "Selama Adnan di rumah sakit, apa Aida sering keluar rumah?"
Ummah Laras menggelengkan kepalanya pelan, lalu memberiku balasan. "Setahu Ummah, Istrimu hanya keluar rumah, jika ingin mengantarkan makanan untuk kalian, selebihnya hanya berdiam diri rumah dan ikut Mbak santri ke Asrama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Putra Kyai✔
RomanceAida, yakni seorang Mbak Santri ndalem yang terpaksa menerima perjodohan yang di ajukan oleh Kyainya. Namun, Pria yang akan menikahinya bukanlah seorang Pria yang sempurna, melainkan seorang Pria lumpuh dan tengah mengidap penyakit kanker otak stadi...