When The Wind Blows
by sehooney with HunHan GS...
PROLOGJam digital yang menunjukkan pukul delapan lebih sekian menit, adalah hal yang pertama kali Luhan lihat setelah ia terbangun dari tidur. Matanya terpejam sejenak, mendengar suara rerintik hujan dari balik jendela. Kemudian matanya terbuka, menatap sekitar lamat-lamat. Pandangannya buram. Tapi ia bisa tahu kalau saat ini ia sedang berada di sebuah ruangan bernuansa kuning. Setelahnya, Luhan mendudukkan diri. Rasa pening mendera kepala dan membuatnya meringis kecil.
Rasa pening itu pasti datang karena semalam ia meminum terlalu banyak alkohol. Luhan merutuki diri sendiri karena ceroboh sekali. Luhan bukan tipe perempuan yang kuat minum. Baru seteguk saja ia bisa mabuk dan itu memalukan sekali baginya.
Butuh beberapa saat baginya untuk menetralkan rasa pening di kepala. Kemudian Luhan mencari-cari kacamatanya, memakai benda pemerjelas pengelihatannya itu setelah ketemu. Sedetik setelahnya, Luhan mengerutkan kening bingung. Saat ini dia sedang tidak berada di kamarnya sendiri.
Loh, ini kamarnya siapa?
"...jangan bertele-tele. Jawab pertanyaanku dulu, Sehun!"
Suara seorang perempuan dari arah luar kamar terdengar samar di telinga Luhan. Luhan merasa tak mengenal suara perempuan itu. Apalagi nama yang disebut si perempuan. Sehun? Siapa dia?
"Aku kan sudah bilang padamu kalau tidak mungkin juga aku membawa perempuan itu ke apartemenku." Suara seorang lelaki menyahut kemudian. Mungkin lelaki bernama Sehun lah yang menjawab.
"Oh iya. Ibumu pulang." Kata si perempuan menyahut. Kemudian ia kembali melanjutkan, "Lalu kenapa kau membawanya ke apartemenku?" kali ini terdengar gemas.
Oh, Luhan mulai paham arah pembicaraan kedua orang di luar sana. Luhan pikir, mereka sedang membicarakan dirinya. Jadi saat ia kembali mendengar suara orang-orang di luar sana, Luhan turun dari tempat tidur yang nyaman ini, berniat untuk menengahi dan menjelaskan. Luhan merapikan diri sebelum ia keluar. Begitu membuka pintu dan melengokkan sedikit badannya, Luhan rasanya membeku kikuk. Tiga pasang mata tiba-tiba menatapnya. Sesaat suasana menjadi canggung. Luhan jadi menciut, perlahan melupakan kalimat penjelasan untuk ketiga orang yang berada di depannya. Namun begitu satu-satunya perempuan yang ada di sana―selain dirinya, tentu saja― tersenyum padanya, juga menghampirinya, Luhan merasa hangat.
"Oh, kau sudah bangun?" tanyanya ramah. Luhan mengangguk kecil sebagai jawaban. "Bergabunglah dengan kami. Aku sudah menyiapkan sup pereda mabuk untukmu."
"Eh, tidak perlu. Kau tidak perlu repot-repot membuatkannya untukku." Kata Luhan dengan tangan yang mengibas-ngibas di udara.
Si perempuan asing terlihat tak peduli di balik senyuman hangatnya. Tangannya terulur, meraih tangan Luhan, lalu menariknya menuju meja makan tempat di mana dua orang lelaki asing duduk di sana. Luhan duduk di salah satu kursi, masih berlagak canggung. Kemudian ia membenarkan kacamata, sementara matanya refleks melihat kedua orang lelaki di depannya. Luhan tak mengenal lelaki yang duduk sibuk memainkan ponselnya. Tapi Luhan merasa kenal dengan lelaki lain yang memperhatikan si perempuan asing dengan tangan bersedekap.
Luhan mengingat-ingat.
"Sehun, kau berhutang cerita padaku." Kata si perempuan. Lelaki yang bersedekap itu mengangguk malas sebagai jawaban.
Luhan membulatkan mata samar. Sehun? Sehun?!
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Wind Blows
Fanfiction[RE-UPLOAD FROM FanFiction.Net] HUNHAN GENDERSWITCH FANFICTION!! Sehun membuatnya sadar. Bahwa Tuhan selalu memberi ganti yang lebih dari cukup untuk membuatnya bahagia. This story was dedicated for my beloved sister, Apriltaste. Posted on FanFictio...