Penerimaan

40 18 94
                                    

Hujan kembali turun membasahi kota Jakarta. Udara panas sedikit berangsur sejuk karena guyuran hujan yang membasahi aspal. Akhir-akhir ini sering sekali terjadi banjir, mungkin penyebabnya karena limbah plastik yang terlampau banyak. Sama sekali tidak ada kesadaran oleh masyarakat untuk memungut sampah, bahkan mereka sendiri malah membuang sampah sembarangan.

Di siang hari Astra menyusuri kota jakarta, bajunya dibiarkan basah begitu saja. Sudah dua hari ia tidak masuk sekolah, begitu juga dengan pulang kerumah. Tujuannya sekarang adalah rumah Hiro, tidak peduli jika ia di marahi atau di beri kata-kata pedas oleh Hiro. Ia hanya ingin melepas penat sekaligus menenangkan pikiran dari ribuan masalah yang bersarang di kepalanya.

Tak lama kemudian Astra pun sampai, lalu mengetuk pintu rumah Hiro. Akan tetapi tak ada jawaban dari sang pemilik rumah. Sambil mengeluarkan ponselnya ia pun melihat jam disana, pukul setengah satu. Pantas saja tidak ada orang di rumah, sekolah saja belum pulang sekarang. Alhasil mau tak mau Astra pun menunggu Hiro sampai pulang.

Sambil memperhatikan ponselnya, ia mengetik nama Bunda di sana, lalu menekan tombol panggilan. Sempat ada keraguan dalam hatinya, akan tetapi tetap ia beranikan diri untuk berbicara dengan Bundanya walaupun melalui ponsel. Selang beberapa detik suara dari seberang sana pun menyapanya sambil mengucap salam.

"Wa'alaikumussalam Bun," jawab Astra. Wajahnya yang semula tegang sekarang berangsur tenang.

"Bunda," sapa Astra. Sembari menarik napas pelan, ia bertanya tentang kabar Bundanya, begitu juga dengan sang adik. Rindunya pun terobati karena mendengar suara dari sang Bunda, walau pun hanya berpisah selama dua hari. Ia sangat merindukan Bundanya itu, takut akan terjadi masalah yang tidak ia inginikan. Apa lagi ancaman yang baru saja di berikan oleh Ayahnya, membuat ia semakin khawatir akan mereka.

"Bunda, sedang tidak ada masalahkan? Astra sekarang sedang menginap di rumah teman. Ada tugas kelompok, jadi nggak bisa pulang dulu." Ia sengaja berbohong pada Bundanya, karena tidak ingin membuatnya khawatir.

Bagaimana tidak, bekas lebam di sudut bibirnya masih sangat jelas terlihat. Ia tidak bisa berbohong kalau sudah menatap mata Bundanya. Itu sebabnya ia pergi kerumah Hiro, ingin berteduh dan juga meminjam beberapa pakaian. Bisa-bisa ia masuk angin karena terus memakai baju yang terlampau basah ini.

Setelah lama bercakap-cakap dengan Bundanya, Astra pun mengakhiri panggilannya. Tak lupa juga mengatakan pada Bundanya untuk meminum obat.

Astra termenung sambil melihat rintik hujan yang turun dari langit. Hingga ia tak sadar dengan kedatangan Hiro.

"Ada apa?" tanya Hiro menatap Astra.

"Eh, sudah pulang?"

"Masuklah." ujarnya mempersilahkan. Tak ada lagi kata penolakan dari Hiro membuat Astra sedikit tercengang. Padahal ia pikir Hiro akan mengusirnya.

"Pakailah ini, bajumu sangat basah." kata Hiro sambil menyodorkan baju kaus berwarna hitam.

"Tau aja gue kesini mau minjam baju," Astra terkekeh, melepaskan bajunya lalu memakainya. Cukup pas di badan Astra, karena badan Hiro yang sedikit kecil di banding badannya.

"Celana nggak sekalian Ro?" tanya Astra, sontak membuat Hiro menatap lama padanya lalu menghembuskan napas kasar.

"Di kasih hati malah minta jantung!" ujar Hiro, lalu melempar celana panjang tepat mengenai wajah Astra.

Hiro sengaja tidak menanyai tentang Astra yang tidak sekolah selama dua hari belakangan ini. Ia tidak mau mengganggu hal yang tidak mau di ceritakan oleh sang pemilik cerita, itu sebabnya ia hanya diam layaknya tidak terjadi apa-apa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang